"Ken, berapa nomor rumahnya?" tanya Rey melalui ear pich yang dipakainya.

"Nomor  19, setelah taman ini langsung belok kanan," ucap Ken yang didengar mereka semua.

Setelah itu mereka tiba disebuah rumah mewah dengan gaya Eropa. Memiliki 4 pilar tinggi, cat berwarna putih dan halaman yang cukup luas, yang cukup untuk mobil mereka masuki.

Mereka bergegas keluar dari mobil dan langsung mendobrak pintu rumah tersebut.  Dengan melupakan tata krama seorang tamu, mereka menerobos masuk rumah hingga sampai disebuah ruang tamu. Disana mereka melihat Rara tengah duduk bersama Jin dengan tangannya memegang sebuah gelas.

Tanpa basa basi Hendrey langsung berlari menuju Rara dan memeluknya dengan erat.

"Akhirnya Papa menemukanmu sayang..."

"Papa sangat merindukanmu, kamu baik-baik saja kan?"

Hendrey memeluk Rara erat melepas semua kerinduan padanya. Ia mengecup puncuk kepala Rara dengan sayang.

Rara yang sadar bahwa yang memeluknya ini adalah Hendrey  ia segera menangis tersedu-sedu. Ia membelas pelukan Hendrey tak kalah erat. Air matanya membasahi kemeja yang dipakai Hendrey.

"Papa... Maafin Rara. Seharusnya Rara nggak keluar mansion. Ini salah Rara, udah bikin kalian khawatir."

"Maaf udah bikin kalian kesusahan terus. Maaf sikap Rara yang kekanak-kanakan. Maaf udah bikin kalia—"

"Sstt... Enggak sayang. Jangan minta maaf, ini sudah kewajiban kami sebagai keluarga. Kamu sama sekali tidak mengecewakan kami. Kamu tau kan, kami sayang kamu?"

"Ini kami lakukan sebagai bukti betapa kami sangat menyayangimu, betapa pentingya kamu bagi kita."

"Jangan menyalahkan dirimu. Ini sudah selesai, yang Papa harapkan untuk kedepannya... Rara tidak melakukan ini lagi."

"Kami semua menyayangi Rara, semua yang kami lakukan untuk melindungimu. Mungkin kami terlalu overprotectiv, tapi ini semua demi kebaikan Rara. Kamu mengerti kan sayang?"

Rara menganggukan kepalanya. Mendengar kata-kata Hendrey, membuat Rara semakin menyesal. Ia merasa sangat bodoh. Meninggalkan keluarganya yang sangat berharga demi kebebasan dan egonya sendiri. Ia tidak bisa membayangkan, betapa khawatirnya mereka padanya. Ia juga tak bisa membayangkan bagaimana keadaan kedua Mamanya nanti.

Ia tak ingin melihat wajah sedih mereka nantinya. Ia sungguh-sungguh menyesali perbuatannya. Berharap ia dapat mengembalikan masa lalu dan tak melakukan tindakan bodoh seperti ini.

"A-aku berjanji. Aku tidak akan melakukannya lagi. Maafin Rara," ucap Rara disela tangisnya.

"Iya sayang. Sudah pasti," ucap Hendrey menenagkan.

Mereka yang berada diruang tamu tidak menganggu moment tersebut. Membiarkan Rara dan Hendrey saling berbicara. Meluruskan masalah mereka.

"Pa, sekarang aku boleh meluk Rara?" tanya Eunwoo, memecahkan keheningan. Ia sudah tidak sabar ingin memeluk kembarannya.

"Baiklah, kamu boleh memeluknya," ucap Hendrey sembari terkekeh.

Setelah Hendrey melepas pelukannya. Eunwoo segera memeluk tubuh Rara dengan erat, dan diikuti kakak-kakaknya yang lain. Mereka memeluk, mencium, dan mengelus puncuk kepala Rara. Mereka merasa lega, akhirnya pencarian mereka tidak sia-sia. Akhirnya mereka telah menemukan adik mereka. Permata berharga mereka.

"Rara, lo gak boleh ninggalin gue lagi," ucap Eunwoo berbisik kepada Rara.

Rara menganggukan kepalanya yang berada dipelukan Eunwoo.

MY POSESSIVE BROTHER (END)Where stories live. Discover now