Cuplikan

7.3K 267 2
                                    


"Alay!"

"Namanya Ayya, ih! Bukan Alay."

"Iya, 'kan ada Alay-nya. Pie sih?" 

Kedua balita ini memang tak pernah akur jika bertemu. Mereka bertetangga, jadi tidak menutup kemungkinan jika jarang tidak bertemu. Tapi, begitu salah satunya tidak ada pasti saling mencari. 

"Manggilnya Ayya aja, nggak usah ada alay." Ayya mencebik kesal. "Dasar sol sepatu!" 

"Una kok sol sepatu! Tak laporin Pak Polisi, kapok!"

"Sana laporin sana!" 

"Dimasukin empang, tau rasa." Una memang tak pernah nyambung, 'kan.

"Dek, yang baik sama temen," tutur Silmi melerai perdebatan kecil. Mereka sedang bermain di depan rumah. 

"Alay itu ngeselin, Akak." ungkapnya mengadu dengan bibir yang dibuat-buat. 

"Ya, udah. Ah, aku pulang aja! Males sama sol sepatu." Ayya memilih beranjak pergi dengan berlari. Begitu sampai di rumah, ia langsung menangis. 

"Bunda!" 

Kalea langsung menghampiri Ayya lantas mengomelinya. "Biasaan, pulang-pulang nangis." Ayya memeluk bundanya kembali menangis. "Besok-besok nggak usah main lagi, kalau pulang-pulang nangis gini."

"Dengerin bunda ngomong." Ayya terisak dalam pelukan, akhirnya Kalea pun membalas pelukan Ayya menenangkan. 

Akala merangkak menghampiri kedua perempuan itu, ia menggapai celana yang dikenakan bundanya. "Ma."

Kalea melirik ke bawah, Akala sedang duduk tepat di samping kakinya. Bayi itu mendongakkan kepala kemudian mengulurkan tangannya. Beginilah, aktifitas Kalea di siang hari. Yang satunya tidak bisa ditinggal satunya lagi tidak mau mengalah. 

"Bentar, Kak." Kalea melepaskan pelukan Ayya yang langsung kembali menangis, merasa tersakiti. Padahal ibunya itu hanya ingin menolong adiknya saja. "Kok nangis lagi?"

Posisi kini Kalea sedang menggendong Akala, kemudian menggandeng tangan Ayya lantas ia tarik pelan agar mendekat. "Sini, sayang." 

Kalea mengajak Ayya duduk di sebelahnya. Akala yang belum mengerti apapun memukul lengan Ayya. Sementara yang dipukul langsung menyembunyikan wajahnya di bawah ketiak bundanya. Males menanggapi. 

"Ma!" 

Kalea fokus pada Akala yang melenggokkan tubuhnya, minta digendong. "Eh, mau kemana?" 

Akala hanya merengek saja. 

Bagaimana Kalea tidak bingung mengurus kedua buah hatinya jika semua merajuk berjamaah. Seperti memiliki anak kembar saja. Tapi semua bisa teratasi, ia terus belajar untuk menjadi ibu yang baik bagi kedua buah hatinya. Apalagi sekarang ada suami yang bisa membantunya walaupun hanya sebentar saja atau pun menjaga anak-anaknya. 

Akhirnya Kalea memilih menurunkan Akala dari pangkuannya dan langsung merangkak jauh tak lagi merengek. "Adek!"

Akala mengabaikan dan terus merangkak menuju pintu.   

.

.

.

Sekadar info aja, kalau cerita ini sudah tamat dan bakal ada versi cetaknya yang tentu saja berbeda dari versi wattpad. Karena hasil revisi dari sekian purnama wqwq jadi sedikit banyak ada perubahan dengan menambahkan extra part lagi. Yang terakhir di posting 'kan POV Dirga kalau di versi cetak ada POV Kalea dan tambahan lagi Ayya yang bermain dengan Una--jika kalian inget siapa dia. Hehew. Bisa jadi yang cuplikan di sini akan ditambahan di versi cetaknya. Semoga rezeki kalian lancar, agar bisa membeli versi cetaknya :) terima kasih atas vote dan krisan kalian, karena tanpa kalian cerita ini tiada artinya. 


Q_Q

1882020

R E P E A T | TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang