Penyusup

17 4 13
                                    

Rasa lelah kini sangat jelas kentara pada wajah kuyu Saga. Tak mengherankan memang, momen pulang sekolah yang seharusnya menjadi waktu istirahat dengan kembali kerumah untuk melabuhkan rasa penat akibat mengkonsumsi berbagai macam mata pelajaran, harus tertunda karena adanya latihan basket.

Pemilik nama Sagara Arandra ini memang manjadi salah satu anggota basket. Dilihat dari postur tubuh yang tinggi atletis, sangat memungkinkan dirinya masuk dalam tim basket di sekolahan nya.

Dengan mata bak elang serta hidung mancung yang dibingkai dalam wajah rupawan, menjadi nilai tersendiri dari seorang Sagara. Membuatnya banyak dielu - elukan dan diperbincangkan banyak gadis di sekolahan nya.

Saga merebahkan tubuhnya pada sofa yang beada di ruang tamu, sejenak melepas penat. Rumahnya terasa sangat sepi, padahal matahari telah siap kembali ke peraduaanya. 'Mungkin lagi banyak kerjaan', tebak Saga dalam hati.

Sayup - sayup terdengar suara tangisan dari lantai atas. Hal itu membuat Saga waspada dan segera bangkit dari posisi rebahannya.

Berjalan pelan menaiki tangga, Saga berusaha mencari sumber suara tangisan itu, tak lupa dia meraih sapu kesayangan Sang Bunda sebagai senjata. Taku-takut ada pencuri yang membobol masuk ke dalam rumahnya.

Langkah kaki membawa Saga menuju kamarnya. Saga berhenti selangkah dari pintu kamar bercat coklat di depannya. Suara tangisan itu terdengar semakin jelas. Keringat seketika membasahi seragam milik Saga yang memang sudah basah oleh keringat sebelumnya. Mengatur nafas yang tiba-tiba tak beraturan, Saga semakin erat memegang sapu di tangannnya.

'Apa mungkin itu pencuri? Tapi mengapa Dia menangis? Apa mungkin Dia tak menemukan barang berharga di kamarku? Apa mungkin hantu? Arrgg.... entahlah Aku harus memastikannya.' Pikiran Saga merancau menerka-nerka makhluk apa yang sebenarnya ada di kamarnya.

Dengan gerakan cepat Saga membuka pintu yang memang tidak terkunci.

Brakk...

Terpampang lah kamar luas berdinding putih gading dengan barang yang tidak terlalu banyak. Hanya ada sebuah ranjang ditengah-tengan ruangan, satu lemari pakaian, satu meja belajar di salah satu sisi ranjang dan satu sofa di sisi lainnya. Jangan lupakan kamar mandi dalam yang berada di sudut ruangan.

"Aaaa..... Bundaaa ada kuntilanak beranak," teriak Saga dengan tidak etisnya saat melihat kepala dengan rambut terurai berantakan yang menyembul dari balik selimut, bahkan tanpa sadar Saga melepaskan sapunya.

"Dasar mulut emang nggak pernah disekolahin, asal ngejeplak aja. Cewek cantik bak bidadari kek gini Lo samain sama Kunti. Dasar bambu karatan!" Umpat sosok yang tadi bersembunyi di balik selimut Saga sambil melempar bantal kearahnya dan bantal itu berhasil ditangkap

Dia adalah Veyla, atau biasa dipanggil Vey yang merangkap sebagai sahabat juga tetangga dari Saga. Dan hanya dia juga yang berani mengatai Saga dengan sebutan Bambu karatan, karena Saga itu tinggi bak pohon bambu katanya.

"Sembarang Lo kalau ngomong, mana ada bambu karatan? Yang ada Sagara cowok paling tampan," balas Saga tak mau kalah.

"Ngapain sih kesini? Ganggu orang lagi nonton aja Lo," omel Vey yang kemudian mematikan laptopnya, ah bukan itu laptop milik Saga.

"Heh, yang ada Gue tanya Lo ngapain disini? Ini kamar Gue, rumah Gue," balas Saga.

"Lewat mana Lo?," lanjut Saga.

"Seperti biasalah Sag. Kayak nggak tahu aja Lo," jawab Vey yang di balas gelengan kepala dari Saga.

Tak habis pikir lagi Saga terhadap sahabatnya satu ini. Kejadian Vey yang menyusup ke dalam kamar Saga bukan hanya terjadi sekali, tapi sudah seperti kebiasaan rutin bagi Vey. Lebih parah lagi Vey sering masuk malului balkon kamar Saga dengan menggunakan bantuan tangga, ditambah rumah mereka yang bersebelahan menjadikan kemudahan bagi Vey. Sedangkan Saga hanya bisa pasrah terhadap ulah Sahabat anehnya itu.

Vey hanya meringis. Beranjak dari kasur, Vey kembali berbuat ulah dengan mengobrak-abrik lemari pakaian Saga.

Merasa jengah dengan perbuatan Vey, Saga menarik baju seragam Vey agar Sang empu mundur. Benar seragam sekolah Vey masih melekat pada tubuhnya. Karena memang Vey langsung menyusup ke kamar Saga tanpa melepas baju segamnya, melainkan hanya mengganti rok seragamnya dengan celana sebatas lutut.

"Eh...eh...eh.... apaan nih. Lepasin kali Sag. Haduhh seragam Gue bisa lecek Lo tarik- tarik," rengek Vey.

"Mau apa lagi Lo?" Tanya Saga.

"Sagara Arandra, yang katanya tetangga terbaiknya Veyla. Pinjem kaosnya dong. Pulang sekolah Gue langsung kesini, mana sempet ganti baju."

Saga diam tanpa merubah ekspresi kesalnya.

"Ayolah Sag, nggak kasian sama Gue apa? Gue janji deh, Gue balikin kaos Lo sama kaos yang kemarin-kemarin juga. Ya ya ya please," mohon Vey kepada Saga.

"Ya udahlah terserah. Lagian percuma dilarang kalau akhirnya Lo berontak juga."

Ya, memang percuma saja apabila Saga melarangnya, karena dapat dipastikan Vey tetap akan melakukan keinginannya. Apapun caranya.

"Gitu kek dari tadi," balas Vey yang kemudian mengambil salah satu kaos dari dalam lemari Saga lantas berlari menuju kamar mandi.

Saga berjalan kearah balkon, untuk menutup pintu balkon kamarnya. Tatapannya berubah sendu saat menatap kamar Vey yang memang berhadapan dengan kamarnya. Alasan mengapa Vey malas berada di rumahnya sendiri dan lebih senang untuk melarikan diri ke rumah Saga, itulah yang membuat Saga membiarkan Vey melakukan hal apapun yang gadis itu sukai di rumahnya. Karena biar bagaimana pun Vey adalah teman pertama yang pernah dirinya miliki disini.

Brakk...
Saga menutup pintu. Lantas merebahkan diri di ranjang kesayangannya. Hah... nikmat setelah melakukan kegiatan yang melelahkan adalah rebahan, tak peduli bahwa tubuh masih berbalur keringat. Saat akan memejamkan mata, tak sengaja tangan Saga menyentuh selimut miliknya. Saat itu pula Saga merasa ada yang tidak beres. Alhasil Saga kembali duduk untuk mengeceknya, dan betapa terkejutnya Saga melihat sesuatu yang menodai selimut coklatnya.

"VEYLAA.... TANGGUNG JAWAB LO. AIR MATA DAN INGUS LO NEMPEL DI SELIMUT GUE!"











































Hai.....hai......haiiii...........
Saya datang dengan kisah baru
Yuhuuuuuu
Ehehehehe...........
Btw ini cerita bersambung pertama yang coba saya selesaikan dengan segenap jiwa dan raga yang mageran.(alay bat dah)

Maafkan kalau ada kata2 aneh, nggak jelas, nggak nyambung, nggak asik, dan lain-lain🙏🙏

Saya hanya mau bilang terimakasih jika ada yang sudi membaca, vote atau pun komen.

Dah lah itu aja, bingung mau omong apa lagi😂

Just Friend ? Where stories live. Discover now