I Can See You Everyday

54 1 0
                                    


Happy reading!😘 😘
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


Setelah menyalakan pemanas ruangan, Seongwoo berjalan ke dapur untuk membuat kopi. Rutinitas pagi yang tidak boleh di lewatkan begitu saja, terlebih untuk dirinya yang sangat menyukai minuman bercaffein tersebut.

Seongwoo menatap pemandangan kota dari balik kaca besar yang berada diruang tamu apartemennya, sambil sesekali menyesap minuman dari cangkir yang masih mengepul.

Langit sedikit mendung, membuat suasana menjadi sedikit sendu untuknya. Pikirannya melayang entah kemana, terlebih saat ia kembali teringat tentang percakapannya dengan Seohwa beberapa hari yang lalu.

"Seongwoo-ya. Apa kabarmu? Apa kau masih marah padaku? Mengapa kau tidak menghubungiku sejak kau kembali ke Korea?"

"Aku sibuk. Dan aku tidak ingin mengganggumu." jawab Seongwoo singkat.

Sebenarnya ia enggan untuk menjawab telfon dari kakaknya, bukan karna ia marah pada Seohwa. Tapi karna ia marah pada dirinya sendiri yang tidak bisa membawa Seohwa untuk ikut bersama dengannya.

"Maafkan aku Seongwoo-ya. Aku-"

"Sudahlah, aku mengerti. Aku harap kau bisa segera menyelesaikan urusanmu dengannya, dan.. fikirkan kembali tentang ucapanku."

"Seongwoo-ya. Aku baik-baik saja. Jangan khawatirkan diriku, kau harus lebih memperhatikan dirimu karna saat ini aku tidak berada di tempat yang sama denganmu. Kau harus makan dengan benar, dan jangan memikirkan hal-hal yang tidak perlu. Aku tidak ingin kalau kau sampai sakit, Seongwoo-ya."

"Aku tahu. Aku bisa mengurus diriku sendiri." ucap Seongwoo dingin.

Seohwa terdiam beberapa detik "Baiklah, aku percaya padamu. Tapi, jika kau membutuhkan sesuatu, katakan saja pada-"

"Arraseo. Jaga dirimu baik-baik." kalimat terakhir sebelum ia benar-benar mengakhiri percakapannya dengan Seohwa.

Seongwoo memijat pelan keningnya, ingin sekali ia berteriak sekeras mungkin setiap kali ia teringat dengan Seohwa. Jujur saja, sejak ia kembali ke Korea, pikirannya justru semakin tidak karuan.

Hampir setiap malam ia tidak bisa tidur dengan nyenyak, memikirkan apa yang harus ia lakukan untuk bisa meyakinkan Seohwa bahwa ia mampu untuk melindunginya. Tak jarang pula ia menangis setiap kali melihat foto Seohwa dari layar ponselnya.

Seongwoo menekan satu panggilan dari ponselnya, dan tepat di dering ketiga panggilannya terangkat.

"Good morning! Sudah bangun?" Ucapnya sedikit bersemangat.

"Selamat pagi juga. Tapi.. Bukankah ini masih terlalu pagi untuk mengganggu seseorang?" suara parau Dahee membuat Seongwoo tersenyum tipis.

"Aku kesepian dan tidak tahu harus melakukan apa. Jadi, aku menelfonmu." Seongwoo sedikit mengecilkan suaranya agar terdengar menyedihkan.

"Apa kesepian adalah hobimu di pagi hari? Hey, tuan Ong. Ini sudah minggu kedua kau melakukan hal ini setiap pagi padaku, bisakah satu hari saja aku menikmati pagiku dengan indah di atas ranjangku tanpa gangguan apapun? Terutama panggilan darimu?"
Omel Dahee. Namun, Seongwoo tidak memperdulikan hal itu. Ia masih menarik senyumnya.

Feel's of Love [REVISI]Where stories live. Discover now