47. Pesta yang gagal

Mulai dari awal
                                    

Mendengar itu, tanpa sadar Rily tersenyum.

"Ayo naik," ajak Raka dan mengulurkan tangan. "Awas jatuh,"

Rily menerima uluran tangan Raka dan naik ke atas motor Raka dengan perasaan senang. Ia menepuk pelan pundak Raka. "Yuk kang, jalan."

**

"Gimana kalau nanti malam, kita adain party?!"

Rily menghela napas. "Ter-se-rah," sahutnya malas menatap Risa yang antusias.

Amanda tampak berpikir, ia berdecak lalu mengangguk setuju. "Gue sih ayo!" sahutnya tampak berbinar.

Naza menyikut Rily. "Gas lah! Gitu aja lemah!"

"Kalian ngadain party ... apa?" tanya Ica ragu.

"PIYAMA!" sahut Amanda, Risa dan Naza.

"Dirumah siapa .... ?" tanya Ica lagi.

"RILY!" sahut Risa, Amanda dan Naza kompak.

Rily memutar bola mata, sudah ia duga.

"Jam berapa ... ?"

"Banyak tanya lu dora," cibir Risa.

Ica mengerucutkan bibir bawahnya. "Kan gue nanya, nanti bakal ditanyain gitu sama Bunda."

"Gue bakalan bantu, tenang aja." Amanda menepuk pundak Ica dan tersenyum.

Ica mengangguk antusias. "Gue bawa banyak makanan!"

"Gue bawa minuman," Risa diam sejenak. "Anggur merah." ucapnya dan terbahak.

Naza ikut tertawa hingga terpingkal-pingkal. Amanda yang biasanya cuek, kini ikut tertawa. Ica yang bingung-pun tertawa paksa, yang terpenting ia ikutan tertawa bersama teman-temannya.

Kini mereka menjadi sorotan anak kelas yang sedang jam kosong.

Rily mengerutkan dahi. "Pada setres ya?" tanya nya walau tak dihiraukan oleh teman-temannya.

Kring ....


"Eh, udah pulang!" Ica berdiri antusias. "Risa, ayo pulang!

"Eh, eh, eh! Tas gue, tas gue!" Risa dengan cepat meraih tas nya dan tertarik paksa keluar kelas. "Dadah sayang-sayangku semuanya, aku pergi duluu!" teriaknya di luar kelas yang masih bisa di dengar oleh Rily dan yang lainnya di dalam kelas.

Amanda berdiri. "Sampai jumpa nanti malam!" ucapnya dan meraih tas. "Gue duluan, mau siap-siap, bye."

Naza melambai antusias kepada Amanda yang sudah berjalan keluar kelas.

"Yuk Ril,"

Naza dan Rily berjalan keluar kelas.

"Udah lama juga gue nggak nginap di rumah lo, kangen masakan tante." Naza mengerjap. "Oh ya, lo baik-baik aja, kan, sama tante?"

Rily menoleh, ia mengendalikan ekspresi dan menganggukkan kepala pelan. "Hm ...." sahutnya bergumam.

"Kangen jahilin bang Rilan juga," Naza tertawa, namun tiba-tiba netra matanya menangkap sesuatu. "Eh Ril,"

You Hurt Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang