33. Maaf

510 37 7
                                    

Rily membasuh wajahnya.

"Rily, bisa ngomong sebentar?"

Rily terbelalak, dengan cepat mengusap wajah dan menatap cermin di depannya. Dimana ada wajah Clara juga disana, membuat Rily langsung menghadap gadis itu.

"Ngapain lo?" tanya nya was-was.

Clara tersenyum miris. "Gue nggak niat jahatin lo, sumpah ... "

Rily menyipit curiga, ia sedikit takut. Masalahnya Rily sedang sendirian di toilet, dan Clara tiba-tiba datang menemuinya. Mengajaknya bicara lagi, seakan-akan tidak pernah terjadi apapun di antara mereka.

"Lo masih takut ya sama gue?"

"Hm?" Rily berdeham, menutupi rasa takutnya. Ia mengangkat dagu dengan sombong. "Enggak, pede amat." ucapnya memalingkan wajah.

"Kalau gitu, bisa kita ngomong sebentar?"

"Enggak," Rily menggigit bibir bawahnya.

"Please..."

"Dimana?"

"Taman?"

"Oke."

***

"Maafin gue buat kejadian minggu lalu. Lo tahu kan, gue diskors sampai tiga hari?"

Rily menatap kedua sepatunya yang menginjak rerumputan taman. "Hmm..." sahutnya masih enggan untuk menoleh.

Clara menghela napas, meraih tangan Rily yang bertopang pada bangku panjang taman. Ia menggenggam tangan itu, membawanya ke atas paha.

Rily menoleh, melihat jemari tangannya yang kini berpindah tempat. Ia menyerngitkan alis, menatap bingung Clara yang menggenggam jemarinya.

"Lo pasti masih marah sama gue." Clara menunduk, menatap tangannya yang menggenggam erat tangan Rily. "Tolong maafin gue ... "

"Gue bisa maafin, tapi gue nggak bisa lupain."

"Gue tahu," Clara menyeka air matanya. "Tapi boleh nggak, gue cerita satu hal?"

"Tentang?"

"Raka." Clara memaksakan senyum. "Boleh?" tanya nya, dan air matanya kembali menetes.

Rily tampak menimang, melihat wajah dan tatapan mohon Clara membuatnya tak tega untuk menolak. "Boleh," sahut Rily sembari menganggukkan kepalanya pelan.

"Dulu, waktu SMP gue pernah nyaris bunuh diri."

"Maksud lo?"

"Bokap gue meninggal pas gue kelas satu smp. Tiga bulan kemudian, nyokap nikah tanpa minta restu gue. Dan setelah itu gue punya bokap tiri yang tinggal serumah sama gue. Bokap tiri gue aneh, dia suka natapin gue sampai buat gue risih. Awalnya gue belum curiga apapun ke dia, sampai pas nyokap pergi liburan bareng temen sosialitanya. Bokap gue jadi sering nyamperin gue ke kamar...." Clara menangis sengungukan.

Rily melepas genggaman Clara di tangannya, lalu ia balik menggenggam jemari tangan Clara. Mengusap-usapnya penuh kelembutan, menyalurkan sedikit ketenangan disana. "Jangan dipaksa ... "

Clara menggelengkan kepala. "Gue pengin lo denger ini." ucapnya dan menyeka air matanya. "Terus gue nyaris di lecehkan, pas di ruang makan. Syukurnya, gue berhasil kabur dan malam itu gue nginap dirumah Natila sepupu gue."

You Hurt Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang