Detak♡25

41 14 5
                                    

Setibanya di sekolah, Rara langsung berlari menelusuri lorong kelas 11 dengan rasa cemas bercampur amarah. Bahkan sepertinya ia tak menyadar ada adik kelas yang tengah berdiri di depannya

Bugh …

Aww …  ringis seorang gadis yang tak sengaja Rara tabrak.

"Sorry, sorry, lo gak papa kan?" tanya Rara seraya mengelus bahu adik kelas yang ia tabrak barusan.

"Iya kak gapapa." jawab adik kelas yang ber-nametag  Aulia.

"Sekali lagi maaf yah. Gue bener-bener gak sengaja," pinta Rara tulus.

Aulia mengangguk, "yaudah kak aku permisi."

"Eh tunggu! Lo liat Adit gak?" tanya Rara.

"Tadi aku liat kak Adit lagi di kantin bareng anak Lion," jawab Aulia.

Jika kalian berfikir mengapa adik kelas tidak takut kepada Rara yang notabennya anggota geng Lion? Ya karena di sekolah ini bukan sekolah yang ada di novel fiksi remaja yang di mana setiap geng selalu di takuti oleh adik kelas bahkan teman seangkatan. Nyatanya di kehidupan nyata geng hanyalah sebuah kata atau sebuatan untuk sekelompok manusia.

Mereka sama seperti siswa lainnya, berhak atas kebebasan untuk menuntut ilmu. Disini tidak memandang siapa yang lebih tinggi, pintar bahkan kaya. Disini hanya di ajarkan untuk saling menghormati satusama lain. "Berdiri sama tinggi, duduk sama rata" tidak ada tahta maupun kuasa.

Di sekolah ini juga tidak ada yang namanya haus kehormatan, namun untuk saling menghormati itu sudah menjadi peraturan. Jika ada yang melanggar baik itu geng lion maupun siswa lain ya tetap akan mendapat hukuman tanpa adanya perbedaan.

Jadi itulah sebabnya mereka tidak takut dengan geng lion. Mereka memandang geng lion sama seperti menatap geng-geng lainnya yang berada di sekolah ini. Hanya saja disini geng Lion sedikit mempunyai kelebihan, yaitu memiliki tempat berkumpul khusus, itu juga tidak di ketahui oleh siswa maupun guru sekalipun.

"Ok makasih." Rara kembali berlari menuju kantin.

Tepat di pintu kantin Rara melihat seluruh penjuru kantin, namun di sana ia tidak menemukan geng Lion tengah berkupul seperti apa yang Aulia katakan tadi.

Ah. Hampir saja Rara lupa dengan tempat rahasia turun temurun itu. Ia yakin bahwa seluruh teman gengnya sedang berada di sana.

Rara melanjutkan langkahnya kedalam kantin, namun ia sedikit berbelok ke arah kanan. Sehingga ia masuk kedalam lorong yang sudah lama tak terpakai. Di sebelah kiri lorong itu banyak sekali pintu-pintu berjejer rapi seakan-akan menyambut siapa saja yang tengah melewatinya.

Tapi siapa yang akan mendatangi tempat kumel dan lusuh ini selain geng Lion. Karena siswa di sini mempercayai bahwa ruangan ini lumayan horor. yang pasti itu hanyalah akal-akalan anak geng Lion angkatan pertama yang membuat opini itu di percayai oleh seluruh murid bahkan pihak sekolah sekalipun dan hebatnya samapi sekarang  tempat ini bisa bertahan menjadi ruangan khusus geng Lion tanpa di ketahui oleh orang lain selain anggotanya sendiri.

Brak …

Pintu ruangan itu terbuka dengan paksa.
Sedangkan di dalam sana, Uhuk … uhuk …  Yoga tersedak cilok yang ia kunyah.

Bugh … awwhh … ringis Adit yang terjatuh dari soffa.

Prang … mangkok bakso yang Dimas pegang jatuh.

Sedangkan yang lain hanya menatap ke arah Rara dengan pandangan kaget, serta muka bantal yang baru saja terbangun dari tidurnya.

Ruangan ini memang tak begitu luas namun memiliki pasilitas yang lumayan komplit. Bisa di lihat dengan soffa, komputer tempat bermain game, tv, AC, kulkas, kamar mandi, dapur mini, serta kasur yang berukuran sedang terpangpang jelas saat pintu itu terbuka.

"Ishh lo apaan si Ra, dateng-dateng ganggu tidur gue aja!" racau Rangga.

Rara menatap Rangga sekilas, lalu berjalan ke arah Adit yang sudah kembali duduk di atas soffa.

"Di mana El?" tanya Rara to the pint

Adit menatap Rara sinis, mengambil kembali ponselnya yang sempat terjatuh tanpa berniat menjawab pertanyaan gadis di hadapannya.

"Gue nanya sama lo, dimana El?"

Tanya ulang Rara dengan nada sedikit lebih tinggi dari sebelumnya.

"Lo apa-apaan sih Ra dateng-dateng udah bikin kegaduhan, sekarang lo nanya El sama Adit. Sebenarnya lo itu kenapa?" timpal Sela yang baru saja keluar dari arah dapur dengan semangkok mie rebus di tangannya.

"Adit gue nanya sama lo dimana El!"
Ulang Rara. Dan mengabaikan pertanyaan adari Sella.

"Gue gak tau Setan!" sentak Adit.

Rara terdiam. Memandang seluruh penjuru ruangan mencari keberadaan seseorang.

Tidak ada.

"Ngga, Feby kemana?" tanya Rara kepada Rangga yang masih sibuk memejamkan mata.

"Izin katanya ada urusan. Kenapa tumben lo nanyain cewe gue?"

"SETAN!" teriak Rara.

Rara keluar meninggalkan ruangan itu serta tatapan bingung dari semua orang.

"Setan ko teriak setan!" sinis Adit

"Itu Rara kenapa sih?" tanya Rangga menatap semua orang.

Sialnya yang di tatap Rangga hanya menggelengkan kepala secara bersamaan.

"Hidup gak fungsi mati gak kungsi!" kesal Rangga. Setelah itu ia kembali mlanjutkan tidurnya.

♡♡♡

Tap …

Tap …

Tap …

Kaki seorang perempuan yang memakai sepatu high hilss terdengar begitu nyaring dipenjuru lorong kamar.

Membuka pintu dengan kasar, membanting barang bawaan di atas kasur Yang sedang El tempati.

"Heh cowok pemalas bangun!" teriaknya di samping El yang masih terpejam.

"Lo gak matikan cuma karena minum alkohol?" ucapnya kembali.

Melihat tak ada pergerakan dari El, perempuan itu kini menepuk-nepeuk pipi El secara kasar.

"Bangun!"

"ERLANDO PRAYAOGA GET UP!"

Kembali melihat El yang enggan untuk bangun, perempuan itu tak habis akal. Ia berjalan kerah kamar mandi, mengambil gayung dan di isi sedikit air. Dan kembali ke samping El.

Byur …

Refleks El terbangun dengan posisi duduk, mengusap wajahnya dengan kasar.

"Siapa yang berani siram gue? Lo kira gue pohon ap-"

"Akhirnya lo bangun juga heuh!" sisnis perempuan di smaping El.

Dengan cepet El mengelihkan pandangannyake arah perempuan itu.

"Lo?"

"Kenapa? kaget? Lo bingung kenapa gue ada disini?" cecarnya

ErlandoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang