02. Sindiran tetangga

1.7K 121 35
                                    

~ Juna Alvaro Sabekti Nugraha

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

~ Juna Alvaro Sabekti Nugraha

Banyak yang bilang jomblo itu menyedihkan, nyatanya apa yang aku alami saat ini tak seperti apa yang dibicarakan orang di luar sana. Dimana aku sekarang tampak biasa saja, tidak mengeluh meskipun aku tidak punya pasangan.

Bukannya jodoh sudah diatur? Kenapa harus bingung? Hanya berdoa dan berusaha pasti semua ada jalannya.

Dengan santainya aku duduk di teras depan rumah, di samping gerbang ada teras. Tempat duduk yang tidak terlalu panjang hanya sedang saja, mungkin akan muat untuk beberapa orang saja yang menginginkan duduk di sini.

Di sini aku bukan hanya duduk-duduk saja melainkan menunggu tukang bakso lewat, biasanya sih sudah datang sejak sepuluh menit yang lalu, nyatanya yang di tunggu tak kunjung datang juga.

"BAKSO ASOY DI GEBOY! Yuhu! abang bakso ganteng datang."

Aku menoleh ke arah selatan di mana tukang bakso dengan gerobak warna biru muda itu berteriak keras, sudah kebiasaan seperti itu malah kalau lagi badmood suka teriak-teriak lagi.

"Bang, ke sini bang."

"Wah, idola saya ini. Selamat sore pak ganteng." Abang tukang bakso mulai mendekat ke arah di mana aku duduk sekarang ini.

"Pak, bapak memangnya saya bapak kamu? Saya masih muda nih."

"Muda? Bukannya dulu anda pernah bilang kalau anda sudah berumur tiga puluh tahun?"

"Hm."

"Kok hm, idola saya mana?"

"Idola apanya? Urusin itu bakso kamu, buatkan apa yang saya pesan. Banyak omong saja."

"Baik."

Maklumlah yang jualan sedikit aneh, tingkah lakunya seperti laki-laki tapi cara bicara ngomel seperti perempuan. Merinding bulu ketiakku melihat tukang bakso yang berbeda dari yang lainnya.

Lama sudah aku menunggu pesanan akhirnya sampai juga bakso bang asoy. Mulai dari bentuknya sudah menggugah selera makan saja. Aku lantas memakannya, baru satu suap dari gang kecil komplek terlihat ibu-ibu komplek yang baru saja senam melirikku dengan tatapan tajam sekali. Aku hanya diam, tak menatap balik ibu-ibu itu membuang waktu saja!

Ternyata mereka juga ikutan makan bakso di sini ada tempat duduk satu lagi di depanku yang mereka duduki.

"Eh, kalian pada tau nggak jeng. Anaknya Mbak Win nggak kawin-kawin, mana sudah gede waktunya menikah itu."

"Benar jeng, ganteng-ganteng nggak kawin-kawin gak malu apa sama kucing yang sudah beranak cucu. Bahkan mau adain pernikahan lagi hahaha."

Aku hanya diam saja, sepertinya mereka sedang menyindirku dengan obrolan pedas mereka. Obrolan itu masih berlanjut dan yang ini membuatku sangat ingin mengulek mulut mereka.

Married with Cewek Ndeso[SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now