PEMBUKA

6K 378 85
                                    

"Putus?"

Kafin menghela napas panjang. Ia kemudian mengangguk lemah. Terlihat begitu putus asa.

Sungguh, ia begitu mencintai gadis di depannya ini. Gadis yang telah tiga tahun ia pacari. Gadis yang diam - diam berhasil mengobrak - abrik isi hatinya dan tentu gadis yang sering kali membuatnya nyaris hilang kendali.

Gadis itu masih diam.  Wajahnya terlihat tegang kala memandang wajah pria yang berhasil membuatnya berhenti bermain - main dengan banyak pria. Pria, yang sempat ia musuhi sejak kecil. Namun berhasil merobohkan dinding egonya karena sebuah ketulusan.

Bukannya menjawab ucapan Kafin, gadis itu justru bangkit dari tempat duduknya. Ia melangkahkan kaki dan duduk persis di atas pangkuan Kafin.

"Sayang...." Gadis itu melingkarkan tangannya di leher Kafin. Sesekali ia mencuri ciuman di sudut bibir pria tersayangnya itu.

"Kamu kalau bercanda enggak lucu banget deh,"  ucapnya lalu terkekeh geli. "Kita lagi enggak merayakan apapun, kenapa harus pake prank kaya gini sih, hmm?"

Kafin mengembuskan napasnya. Terlalu dekat dengan gadis ini bisa membuat kewarasannya hilang. Ia tak ingin hasratnya mengalahkan akal sehatnya.

Tekadnya sudah bulat. Apapun yang terjadi, Kafin harus mengakhiri hubungan ini. Hubungan yang seharusnya tak pernah dimulai karena memang tak akan ada akhir yang bahagia di ujungnya.

"Kak ....," ucap Kafin lembut. Ia menarik tangan gadis itu hingga terlepas dari lehernya.

"Tuh 'kan, kamu kok manggil gitu lagi sih, Yang?"

Kafin memejamkan matanya. Mengambil napas sebanyak - banyaknya sebelum kembali membuka mata.

"Kamea Caley Rianda, aku pingin kita putus."

"Yang--"

"Kak Cal, hubungan kita enggak akan pernah berakhir indah. Pada akhirnya kita akan tetap terluka."

"Kita tahu, hubungan kita enggak akan berlabuh pada kebahagiaan seperti apa yang kita inginkan. Hubungan kita akan bukan cuma akan melukai kamu tapi juga keluarga kita."

Ya, gadis itu Cal. Kamea Caley Rianda. Gadis yang memiliki selisih umur 11 bulan lebih tua darinya. Gadis yang memiliki nama keluarga sama dengannya.

Ya, karena Cal adalah kakaknya. Kakak kandung perempuannya.

Mereka memang tidak terlahir dari rahim yang sama. Namun darah yang mengaliri tubuh Kafin sudah pasti sama dengan darah yang mengalir di tubuh Cal.

Cal menggeleng. Kedua bola matanya sudah berkaca - kaca. "Jangan bercanda, Sayang. Aku enggak suka--"

"Suka enggak suka, kamu tetap harus terima!" potong Kafin sedikit membentak.

Kafin hampir saja luluh karena air mata itu. Namun kali ini hatinya harus kuat, ia harus melakukan hal ini demi kebaikan Cal dan semua orang.

Hubungan mereka tak bisa dibenarkan. Tiga tahun belakangan ini Kafin sudah melakukan kesalahan karena jatuh hati dan menjalim hubungan dengan kakaknya sendiri.

"Kaf, aku sayang kamu...." cicit Cal. Tangannya mencemgkeram erat kemeja yang dikenakan oleh kekasih sekaligus adiknya itu.

Kafin mengangguk lalu tersenyum tipis. "Ya, aku tahu. Aku melakukan ini juga karena aku menyayangi kamu."

"Jangan, Kaf. Aku mohon jangan akhiri ini ya," pinta Cal sudah dengan berurai air mata.

Kafin mengembuskan napasnya. Ia membelai lembut pipi putih Cal sebelum meninggalkan kecupan lembut di kening kakak perempuannya itu.

"I love you, Kak Cal." Cal menggeleng. Ia ingin menolak takdir yang membuat mereka menjadi sepasang kakak dan adik.

"Aku janji, aku bakal terus jaga Ka-Kak Cal." Bibirnya terasa kelu harus memanggil Cal dengan ucapan yang semestinya. Ya, karena tiga tahun belakangan keduanya kompak saling memanggil dengan sapaan mesra.

"Mulai saat ini kita kembalikan keadaan seperti yang semestinya ya," ucap Kafin lirih.

"Aku adik Kak Cal dari dulu dan akan selalu seperti itu."

Penuh kejutan bukan?

Trial ya, pada suka dan penasaran ga?

Lah bukannya pas kecil mereka enggak kur ya? Kok bisa tiba - tiba pacaran kakak adek lagi.

Sabarr yaaa

Mau lanjutin apa engga?

The BloodWhere stories live. Discover now