BAB XLV: Last Night 2

Start from the beginning
                                    

"Iya, aku minta maaf Amon" balas Erza sambil menguap kecil.

Setelah dirasanya Amon tidak akan mengatakan apapun lagi, Erza menaruh kepalanya kembali ke bantal. Lagi pula tidak mungkin kamarnya dimasuki seseorang, semalaman dirinya tidak bisa tidur dan hanya memainkan beberapa senjata api yang ada di kamarnya.

Dan sekarang baru dirasanya efek dari begadangnya tadi malam, dia sangat mengantuk bahkan hanya untuk memfokuskan pengelihatannya ke Amon saja tidak bisa.

Amon, tentu pria itu terkejut melihat nonanya malah kembali tidur. "Nona, kemarin anda bilang ingin bersekolah. Apa dibatalkan saja?" tanya Amon jelas kebingungan.

Seketika Erza bangun dari tidurnya, menatap Amon dengan wajah yang seolah bertanya 'Benarkah, aku boleh pergi?' dengan sangat jelas.

"Tentu nona, tuan mengijinkan anda. Dan saya akan mengantar anda kesana" jawab Amon setelah melihat wajah nonanya.

Erza tersenyum senang mendengar jawaban Amon. "Yay!" teriaknya senang lalu berlari menuju kamar mandi dengan cepat.

Menggeleng Amon melihatnya, namun pria itu senang. Nonanya terlihat lebih ceria mulai sekarang, dia berharap tidak akan ada hal buruk yang dapat membuatnya kembali murung.

.

.

.

Lain dengan keadaan Erza yang mulai kembali bersemangat, perusahaan mengalami banyak sekali kerugian atas semua masalah yang ditimbulkan oleh Al's crop. Tidak, mungkin lebih tepatnya Alex yang membuat perusahaan Barms kacau seperti sekarang.

Sebenarnya dia tak terlalu mempermasalahkan jika perusahaan kecil ini akan gulung tikar nantinya, tapi dapatkah dia membayar semua kerugian dan semua karyawan diperusahaan itu.

Erza, putri kecilnya itu bisa dibilang bisa hidup walau tanpa uang. Kebutuhannya sudah terpenuhi segalanya dan terjamin tanpa perlu membelinya.

Barms yang duduk memikirkan itu semua mencoba memijat pelipisnya yang terasa pening. Dia tidak boleh terlalu banyak berpikir, itu akan mengganggu kesehatannya. Ia pun ingin semua masalah ini selesai, dan tentu dengan batuan mereka secara penuh masalah ini akan tuntas dalam sekali jentikan jari. Namun Barms tidak ingin bergantung kepada siapapun sekarang.

Clak?

"Bisa kita bicara?"

Barms mendongak, menatap Alex yang masuk tanpa permisi kedalam ruangannya. Pria itu tidak suka dengan sifat yang Alex miliki setelah mendengar cerita dari Amon dan yang lainnya. "Bicara apa?" tanya Barms secara langsung tanpa basa basi.

"Ikut aku" perintah Alex berdiri diambang pintu yang terbuka, membuat Barms mengatupkan giginya kesal.

"Muda, tapi tidak memiliki sopan santun" singgung Barms dengan sengaja, dan terlihat disana Alex menautkan alisnya sebagai respon.

"Putriku sangat pintar, jelas dia tidak akan mau dengan pria seperti dirimu. Tidak peduli setinggi apa pangkatmu, dimata Erza kau tidak lebih dari orang aneh yang selalu mengusiknya" lanjut Barms sambil tersenyum mengejek. Seolah memang berniat memperburuk situasi.

Grap!

Alex menggeram sambil mencengkram leher Barms kuat, namun pria itu sama sekali tidak melawan balik. Barms tersenyum lalu menatap Alex tepat dimata, dan tentu Alex artikan bahwa pria itu tidak takut kepadanya.

"Lihat sikapmu, menjijikan. Kau ingin membunuhku?" tantang Barms.

Membuang nafas kasar Alex melepaskan tangannya dari leher Barms, tentu Alex tidak bisa membunuh pria itu sesuka hatinya. Karena dia membutuhkannya untuk memancing Erza agar datang kepadanya.

Sniper Mate: Demon BloodWhere stories live. Discover now