7. Swipe Right

78 10 2
                                    

Dea merebahkan tubuhnya di kasur dan memandangi langit-langit kamarnya. Ia memikirkan kebetulan yang sangat menyakitkan yang baru saja terjadi. Dari puluhan atau bahkan ratusan bioskop yang ada di Jakarta kenapa mereka harus nonton di bioskop yang sama. Walaupun terlihat samar Dea masih bisa melihat jelas siapa orang di bioskop tadi dan Dea juga masih ingat bagaimana wajah terkejut Niko begitu melihatnya.

Ada hal yang lebih mengagetkat dari saat tatapan mereka bertemu tadi, yaitu melihat siapa perempuan yang digandeng Niko. Nikita, perempuan yang menjadi salah satu alasan mereka putus, perempuan yang menurut Niko hanya sebatas teman yang memiliki passion yang sama dan tidak mungkin ia pacari.

Saat Dea berpikir ia sudah bisa memulai segalanya dengan dari awal dengan William ternyata ia salah. Rasa sakit ini mengingatkan dirinya bahwa ia masih sangat mencintai dan menyayangi Niko, rasa sakit ini juga membuat Dea berpikir untuk merebut Niko kembali.

Dea memandangi layar ponsel ditangannya, ada dua pesan dari dua orang yang berbeda tapi belum dibalasnya. "Kamu udah tidur, De? Aku mau telpon, boleh?"

.....

Senin

"Ini ngapain si Niko masih aja chat lo, pake ngucapin selamat pagi lagi," cerocos Kara begitu melihat pesan yang muncul di layar hand phone Dea.

"Ih Kara ngapain sih ngintip-ngintip hp gue. Lagian biarin aja dia ngucapin selamat pagi," kata Dea sambil memoles lipstik di bibirnya.

"Hari ini selamat pagi, terus nanti nanya udah makan apa belom, terusnya ngajak makan bareng eh besokannya balikan."

Dea membalikan badannya menghadap Kara. "Engga, Ra. Tenang aja," Kara langsung memegang muka Dea "Itu kenapa mata lo sembab gitu? Wewe engga ngapa-ngapain lo kan semalem?"

"Astaga William," Dea langsung teringat pesan yang belum ia balas semalem.

"Ih jawab gue dulu."

"Engga, Ra. Dia engga ngapa-ngapain gue. Sumpah."

"Apapun kesalahan aku yang bikin kamu marah tadi, aku benar-benar minta maaf ya, Dea" pesan dari William yang tidak sempat terbalas karena telpon Niko semalam. Dea bingung bagaimana cara dia menjelaskan ke William soal tadi malam, jadi Dea memilih untuk membiarkan pesan itu tidak terjawab.

Seharian ini Dea tidak fokus ke pekerjaannya, ada dua orang nasabah yang komplain karena kelalaiannya. Ia terus memikirkan tentang Niko dan pesan William yang belum dibalasnya.

Sesampainya di rumah pun Dea masih saja memikirkan hal itu. Semua omongan yang keluar dari mulut Kara dan Bella tidak ada satupun yang ia dengar.

"De, aku serius ya. Ini sebenernya ada apa sih?" Bella menarik wajah Dea agar berhadapan dengannya

"Gue bingung, Bel."

"Lo kenapa, De?" tanya Kara dengan nada khawatir.

"Jadi semalem gue kan nonton terus gue ketemu sama Niko. Nonton film yang sama di studio yang sama, dia duduk di sebrang gue, Ra."

"Terus?"

"Yang bikin gue kesel, kenapa dia harus sama Nikita dan dia nonton dihari Minggu, hari yang selalu dia haramin buat jalan-jalan selama ini."

"Hah serius?". Dea mengangguk, "Terus lo cemburu, De?" Dea menatap Kara dan mengangkat bahunya.

"Sebenarnya perasaan lo ke Wewe gimana sih, De?"

"Gue juga bingung, Ra. Gue nyaman sama dia, dia baik banget sama gue dan dia selalu ngertiin gue, sering banget nurutin kemauan aneh gue, dia selalu ketawa sama jokes receh yang padahal engga lucu. Tapi.."

SWIPE RIGHT!Where stories live. Discover now