14. Swipe Left

21 1 0
                                    

Dea duduk di teras rumahnya terdiam sambil memandang ayahnya dan Jonah yang sedang memandikan kucing yang baru mereka selamatkan di jalan. Terhitung sudah dua minggu sejak kejadian di rumah William dan selama dua minggu ini juga Jonah berkunjung kerumahnya. "Gue tuh ngerasa bersalah banget, kak. Gue juga ada andil bikin keadaan runyam gini, jadi ini bentuk tanggung jawab gue. Mungkin kehadiran gue engga bikin masalah selesai karena balik lagi ini masalah hati lo sama bang Wewe tapi setidaknya gue mau di sini sebagai temen curhat atau apapun deh selama masa galau lo," begitu ucapnya diakhiri cengiran di bibirnya. Tapi alih-alih menjadi teman curhat kehadiran Jonah di sini malah seperti anak baru ayah dan ibu. Jonah yang selalu menemani ayah ke pasar, kadang menjemput ibu sepulang mengajar, mencicipi resep baru ayah bahkan teman bermain gitar mas Adam.

Tapi setidaknya kehadiran Jonah bisa menditraksi keluarga dari hubungannya dan William yang Dea sendiri tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya. Dua minggu yang lalu semua masih bisa dikatakan baik-baik saja mereka masih saling bertukar pesan dan sesekali melakukan video call. Tapi seminggu yang lalu hubungan mereka semakin berjarak, Dea kadang tidak membalas pesan William atau menolak panggilan teleponnya.

Ini semua berawal dari jadwal terbit majalah The Summer yang membuat William menjadi sibuk dan jarang menghubunginya. Ia masih bisa memakluminya karena sudah terbiasa dengan semua itu tapi beberapa hari yang lalu Kara mengiriminya screenshoot dari instagram milik Diana, di sana terlihat keluarga Diana dan keluarga William sedang makan malam di restoran. Dea masih bisa berpikir positif mungkin mereka sedang menyelesaikan semua masalah yang belum terselesaikan dimasa lalu.

Dea terus menunggu William untuk menjelaskan hasil dari pertemuan itu tapi sampai sekarang William tidak membahas masalah itu. Dea merasa semua pesan yang William kirim hanya basa basi yang tidak lain menanyakan masalah makan dan pekerjaan Dea. Bahkan Jonah yang setiap hari ada di rumahnya pun tidak memberikan penjelasan apapun.

Dea tidak tahu apa yang ia rasakan sekarang sedih, marah dan kecewa semua bercampur menjadi satu. Dea tidak tahu bagaimana kelanjutan hubungannya dengan William, jika William datang nanti apakah ia harus menerimanya atau memutuskannya.

"Nanti lunch bareng di tempat soto betawi dekat kantormu mau gak?"

Dea membaca pesan yang dikirimkan Niko beberapa menit yang lalu setelah membalasnya Dea memasukan ponselnya kedalam tas.

"HEI," mas Adam menjentikan jarinya tepat di depan wajah Dea. "Kamu nih bengong mulu, ayo cepat nanti kamu telat," katanya sambil memakaikan helm dikepala Dea.

Di perjalanan tidak ada percakapan antara dua bersaudara ini. Dea masih sibuk dengan pikirannya sendiri bukan hanya William yang berada di pikirannya, belakangan ini kehadiran Niko juga sedikit menganggunya. Dea sadar betul Niko kembali mendekatinya dan Dea juga sadar pendiriannya mulai goyah.

Apakah ini juga yang dirasakan William terhadap Diana?

"Dea ada baiknya kamu ambil cuti beberapa hari ini," tegur mas Adam

"Tapi aku baik-baik aja, mas. Ngapain cuti?"

"Baik apanya? Dari muka kamu aja kelihatan hati dan pikiran kamu engga baik-baik aja," katanya sambil merapikan rambut adiknya yang berantakan karena helm. "Boleh gak mas kasih kamu saran?" Dea mengangguk.

"De, mas cuma mau bilang mas gak suka sama yang kamu lakukan di belakang Wewe beberapa hari ini. Mas tau Niko antar kamu pulang dua hari ini. Cukup ya, De. Untuk memilih antara Niko dan Wewe itu memang urusanmu tapi mas harap kamu tunggu dulu penjelasan Wewe dan kalo memang kamu gak bisa terima penjelasannya kamu boleh putusin baru kamu balikan sama Niko."

Dea mengangguk lemah lalu masuk ke dalam kantornya.

Jujur saja Adam kesal dengan kelakuan William tapi rasa kesalnya terhadap Niko jauh lebih besar. Beberapa hari yang lalu Adam sempat mengkonfrontasi Niko yang sedang menunggu adiknya di parkiran kantor. Adam menanyakan tujuan mendatangi adiknya dan dengan gamblang Niko menjelaskan bahwa ia medapatkan cerita dari Ernest tentang rengganggnya hubungan Dea dan William dan ia ingin mendapatkan Dea kembali. Adam sudah menasehatinya untuk menunggu keputusan Dea nanti tapi bukannya menurutinya Niko malah makin menjadi mendekati adiknya.

"Lo mau ngapain kesini?" tegur Adam begitu Niko keluar dari mobilnya

"Eh mas Adam nganter?"

"Gue tanya lo ngapain kesini?"

"Mau antar sarapan buat Dea mas." Niko menunjukan paper bag dengan logo toko roti kesukaan Dea. Adam merebutnya "Dea udah sarapan!"

"Niko, lo tuh paham gak sih apa yang udah gue omongin kemarin?"

"Mas lo tuh gak ngerti. Ini tuh waktu yang paling pas buat gue rebut lagi hatinya Dea."

"Tapi kalo gini cara lo salah, Nik!"

"Gue udah gak peduli soal salah dan benar selama itu untuk dapetin Dea, mas. Gue sayang banget sama Dea."

"Lo bilang sayang sama Dea tapi yang lo lakuin engga menunjukan lo sayang Dea. Harusnya lo bisa ngelepas Dea karena dia udah bahagia sama orang lain."

Niko terkekeh pelan "Bahagia? Tapi Dea engga terlihat bahagia tuh."

Adam berusaha menahan amarahnya sepertinya sia-sia obrolannya dengan lelaki di depannya ini. "Terserah lo deh ya cuma gue ingetin jangan pernah paksa Dea dan satu lagi bukan cuma keluarga lo yang engga kasih restu kehubungan kalian karena keluarga kami pun engga merestui hubungan kalian karena apa yang udah lakuin ke Dea waktu itu." Adam memakai helmnya lalu melajukan motornya meninggalkan Niko sendirian.

Dea mencebikan bibirnya "Kenapa cepet banget udah jam pulang sih," ucapannya mendapatkan reaksi beragam dari teman-teman kantornya. "Pak Budi tolong buka lagi rolling door nya, ini mba Dea masih mau nerima nasabah," teriak salah satu temannya.

"Sepanjang gue berteman kayanya lo doang mba yang galau jadi produktif," bisik Siska, salah satu juniornya. Dea tertawa pelan, ia cuma ingin sedikit melupakan masalahnya dengan bekerja.

"Tapi ya mba lo kalo mau cuti juga boleh kok, gue siap backup." Siska mengamit tangan Dea sambil berjalan keluar kantor

"Ini kenapa semua orang nyuruh gue cuti sih."

"Ya abis lo tuh kaya zombie tau, mba. Lo kerja kaya cuma badan lo aja yang di sini tapi hati sama pikiran lo engga tau di mana. Gue perhatiin lo tadi beberapa kali bengong tapi ya untungnya lo udah senior dan berpengalaman lama jadi kerjaan lo bener semua. Tapi beneran deh kalo lo mau cuti gak apa-apa. Istirahatin pikiran lo, mba, jalan-jalan kemana gitu kek. Kalo kata pacar gue healing haha." Tawa keduanya terhenti karena suara dua orang yang memanggil nama Dea secara bersamaan.

"Dea pulang sama saya," ucap seseorang sambil meraih tangan Dea

"Oh iya kenalin saya Jasmine CALON MERTUANYA DEA!" ucap ibu Willliam sambil menjulurkan tangannya ke arah Niko.

BERSAMBUNG

Ya Allah, setelah menggantung cerita ini bertahun-tahun akhirnya aku update lagi. Maaf ya kalau lama banget 🙏

SWIPE RIGHT!Where stories live. Discover now