12. Swipe Left

44 4 0
                                    

Kalian udah baca chapter 11 yang versi full kan? 

Aku takutnya kalian baca cerita setengah yang belum ke revisi hehe.

.....

Dea dengan tergesa membereskan tasnya. Lima belas menit yang lalu nenek William mengabari kalau William masuk rumah sakit karena tidak berhenti muntah dari pagi. Dea langsung meminta izin atasannya untung pulang lebih cepat.

Dea melambatkan langkahnya begitu melihat ayah William sedang menelpon di depan kamar, ayah William hanya menganggukan kepalanya lalu melihat ke arah lain dan melanjutkan obrolannya.

Di dalam kamar suasana terlihat canggung. Ada nenek, adik William dan satu perempuan cantik yang duduk di sebelah tempat tidur William.

"Hai," sapa nenek William dengan wajah senang.

"Kamu kesini sama siapa?"

"Sendiri. Gimana William, eyang?"

"Sudah mendingan, kasihan dia dari pagi muntah terus jadi engga ada yang masuk ke badannya."

"Terus kata dokter apa?"

"Kecapekan dan ba-nyak pi-ki-ran." Nenek William seperti sengaja menegaskan kata banyak pikiran. Dea yang tidak mengerti apa-apa hanya mengangguk.

"Tuh biang keroknya ada disitu, huh dasar medusa," bisik nenek William sambil menunjuk perempuan tadi dengan dagunya.

Dea sedikit menggeser posisi duduknya supaya bisa lebih dekat dengan nenek William. 

"Dia siapa, yang?" 

"Mantan pacarnya Wewe. Tapi kamu jangan khawatir sama dia, Wewe udah gak suka lagi sama dia."

"Dari tadi dia gak mau banget eyang suruh geser dari situ, maksudnya apa sih. Harusnya dia sadar kalo dia udah jadi masa lalu," lanjut nenek William berapi-api

Dea hanya menatap perempuan itu sedang mengusap tangan William dengan pelan. 

"Kenapa dia bisa kesini?"

"Jonah bilang lihat status yang dibuat Jonah di Whatsapp.

Pantas saja dari tadi Jonah hanya menunduk, pasti ia merasa bersalah. Tapi apa hubungan mereka sangat dekat sampai saling menyimpan nomer ponsel?

William menggeliat pelan lalu membuka matanya. Orang yang pertama ia lihat adalah Diana, mantan pacarnya. William menarik tangan yang sedang Diana genggam dengan kasar.

"Yang?" ucap Dea

Dea berdiri di sisi tempat tidur berhadapan dengan Diana.

"Masih mual?" 

"Sedikit."

"Pasti kamu kurang istirahat deh kebiasaan. Atau kamu habis makan makanan yang ada santannya?" ucap Diana. Dea terdiam sebentar mengingat semalam mereka baru saja makan ayam kuah santan pedas buatan Dea.

"Aku haus," ucap William tanpa menjawab pertanyaan Diana. Karena posisi Diana yang bersebelahan dengan nakas maka ia duluan yang memberikan minuman.

"Kamu ngapain sih kesini?"

"Aku khawatir sama kamu," ucap Diana yang lagi lagi berusaha menggenggam tangan William

"Gak perlu, Di. Di sini ada eyang, Jonah, papa dan kamu bisa lihat di sebelah aku ada pacar aku. Kita udah gak ada hubungan apa-apa lagi jadi kamu engga perlu repot khawatirin aku."

Diana mulai menangis.

"Maafin aku. Aku tahu aku salah tapi aku punya alasan, We."

"Astaga, Dianaaa." William mengusap wajahnya frustasi.

SWIPE RIGHT!Où les histoires vivent. Découvrez maintenant