• •
Tingginya rata-rata. Dia mengenakan celana chino hitam pekat dengan atasan kaus polos dipadu jaket jeans belel. Di dadanya melingkar tas kecil. Slayer gelap bermotif aneh menutupi wajah, dari bawah mata sampai ke leher. Topi berlidah yang posisinya maju ke depan menyebabkan matanya semakin tak terlihat, membuatku sulit mengenalinya. Apalagi di tengah kegelapan. Aku mencocokkan postur orang-orang yang kukenal dengan perawakan sosok ini, kira-kira siapa dibaliknya. Yang jelas laki-laki.
Si bayangan hitam menyelinap keluar tanpa menarik perhatian. Tidak menimbulkan suara mencurigakan sedikit pun. Dia menggunakan pintu utama―tentu saja, kuncinya tergantung di sana setiap waktu―dan masih tak ada respons dari serdadu komunitas yang berada di ruangan pribadinya masing-masing. Ia pergi meninggalkan markas dengan langkah yang ringan tapi cepat, menuju ke area pemakaman. Terdapat jalan tikus yang nyaris tersembunyi oleh tanaman baru setinggi mata kaki. Disusurinya jalan tersebut, mau tak mau aku mesti mengekorinya. Persetan dengan alam kubur yang serasa mempromosikan diri kepadaku. Kutepis rasa takut demi mengejar kebenaran. Siapa orang itu dan apa rencananya harus kuketahui karena kemungkinan besar ada kaitannya dengan diriku. Orang yang bepergian biasa tidak perlu beraksi diam-diam semacam ini, memakai kostum ninja pada pukul dua pagi.
Aku berusaha menyeimbangi langkahnya yang lebih cepat, ia selalu beberapa meter di depanku. Kami menelusuri sekitar satu setengah kilometer melalui jalan pintas penuh semak-semak dan keremangan yang tiada habisnya. Setelah itu memasuki lorong tempat pembuangan sampah, melintasi tempat penyewaan sepeda, dan akhirnya tiba di ujung gang sebelum jalan bebas hambatan. Garford Avenue. Sepi sekali. Dengan sengaja, ia menjatuhkan sesuatu di balik tanaman lebat.
Dia menolehkan kepalanya ke samping kanan dan kiri, kemudian menyeberang santai menuju gedung Departemen Kepolisian. Terlihat seorang pria berseragam duduk di dalam ruangan, asyik terkikik di depan komputer. Petugas jaga.
Bayangan hitam bersembunyi di samping gedung, punggung menempel tembok dan telinga waspada mendengarkan. Tiba-tiba terdengar suara gaduh tak menyenangkan, seperti tengah terjadi pergulatan di suatu tempat. Desahan lelah, geraman marah. Suara itu berasal dari walkie-talkie milik si bayangan hitam. Ia mengatakan sesuatu sebelumnya, semacam kode rahasia.
Rencana lelaki itu berhasil, terbukti dari tingkah petugas jaga yang mulai celingak-celinguk mencari sesuatu. Video di komputer dijeda. Pria tersebut berdiri mematung, mendengarkan lamat-lamat. Menyadari adanya sesuatu yang kurang beres, dia meraih tongkat pukul dari kolong meja lalu berjalan keluar. Ketika sudah di depan pintu, si bayangan hitam mematikan alat komunikasi tadi. Namun tak lama kemudian, terdengar suara yang sama. Kali ini bukan dari si bayangan hitam. Suaranya dari arah gang yang baru saja kami lewati. Barang yang ia jatuhkan tadi pastilah walkie-talkie yang lain.
Sang petugas jaga terlihat bimbang. Kakinya maju-mundur, bingung antara tinggal atau pergi. Tatkala suara yang didengar berubah menjadi jeritan seorang wanita, dia tergesa-gesa mengunci pintu. Lantas pergi mencari tahu apa yang terjadi.
Lelaki ninja segera menghampiri kantor polisi, jemari lihainya langsung mengutak-atik gembok pintu. Aku mencoba mengintip wajahnya, berharap memperoleh warna netranya. Dia tidak mengeluarkan suara sedikit pun yang bisa membantuku menelaah. Jadi aku memerhatikan sepatu Levi's yang ia kenakan: berwarna cokelat karamel, bagian alasnya putih, bertali, dan ikatnya disembunyikan di dalam sepatu. Ciri khas seseorang.
Hanya perlu dua menit, kunci berhasil dibajak. Si bayangan hitam mendorong pintu secara perlahan, meminimalisir derit di kesunyian malam. Ia menyusupkan tubuhnya dengan hati-hati. Gerakan bisu. Kuakui dia cerdas.
Seluruh ruangan gelap total kecuali ruang jaga milik pria tadi. Satu-satunya sumber cahaya berasal dari sana, serta sinar matahari yang dipantulkan bulan. Lampu halaman tiada gunanya. Pemuda tersebut merogoh saku celana, memungut sebuah senter mini. Sinar bersudut 50 derajat menyorot, diarahkan dari sudut ke sudut untuk meyakinkan tempat ini tak berpenghuni. Kami melangkahi ruang tunggu menuju ruang kerja para detektif.
ESTÁS LEYENDO
After I Die
Misterio / Suspenso[MYSTERY; THRILLER • END] Suatu pagi di akhir musim dingin, Avaline Ives tewas dalam sebuah kecelakaan. Itu terjadi tepat setelah dirinya mengundurkan diri dari komunitas liar para detektif. Para penyidik menduga kecelakaannya disengaja, akan tetapi...
• 12 • Langit Menjelang
Comenzar desde el principio
