Bab 20. [END] Sampai jumpa Indonesia.

20.1K 2K 829
                                    

Masih ada waktu sepuluh jam sebelum Picka meninggalkan Indonesia. Mengunjungi makam Mamanya mengatakan pamit pergi. Sudah lama Picka tidak datang berkunjung. Seperti biasa, makam tersebut selalu bersih ditaburi bunga di atasnya.

Hidup dan mati menjadi takdir dan alasan, tergantung bagaimana orang yang menjalankan. Picka menemukan apa yang dicari di dunia. Usai mengalami berbagai macam kondisi hidup dan mental. Picka bertemu orang-orang yang tulus menyanyanginya. Picka beruntung, karena tanpa Mama, Picka tidak akan mengenal mereka.

Terima kasih telah melahirkan Picka. Terima kasih telah berkorban nyawa demi melahirkannya. Picka berjanji pada diri sendiri akan hidup lebih baik, mengganti kehidupan yang tidak bisa dirasakan oleh Mama.

Picka punya rumah yang dituju. Picka tidak akan melupakan, ia berjanji akan datang berkunjung lagi menemui Mama.

"Nangis?" Tanya Capta menurunkan sedikit kacamata di hidung Picka.

"Nggak, ada air aja yang keluar dari mata," Kata Picka cemberut. Mengusap hidungnya dengan tissue.

Capta tersenyum, mengelus kepala Picka kemudian menggenggam tangan Picka, mencium punggung tangan Picka. Mengendarai mobil dengan satu tangan, Capta menuju tempat selanjutnya yang ingin Picka datangi.

Pandawa Internasional High School.

Picka mendengar kabar bahwa fotonya terpanjang indah di Pandawa. Tidak ada kenangan buruk yang Picka ingat di Pandawa, semua ingatan sangat indah. Melihat fotonya sendiri membuat Picka bangga.

"Ini foto kapan ya, aku lupa," Picka menyipitkan mata dengan tangan terlipat di dada. Picka dan Capta sudah berada di koridor Pandawa. Banyak sekali perubahan yang terjadi. Gedung baru, kelas baru dan fasilitas sekolah jauh lebih lengkap.

"Nggak ingat, bukan lupa," Capta mendorong kepala Picka.

"Lupa tandanya nggak ingat, Captain,"

Capta mendengus kemudian tertawa kecil mengacak rambut Picka.

"Aku baru sadar ternyata aku secantik itu dulunya," Kata Picka membusungkan dada membuat Capta menoleh cepat dengan kening berkerut. "Sekarang aku tau kenapa kamu tergila-gila sama aku. Terlalu sempurna untuk dimiliki seorang Captain,"

Capta tertawa lagi. Memilih duduk di bangku dekat koridor. Melipat tangan di dada.

"Terus ini, kenapa disini? Ganggu aja," Picka mendengus pelan, memandang tidak suka pada satu foto yang terpajang tepat di sebelah foto miliknya.

"Pandawa punya tempat special bagi muridnya yang berjasa dan berdedikasi." Kata Capta membuat Picka berbalik badan menghadap Capta.

"Yang berjasa itu aku," Picka menunjuk dirinya tersenyum. "Tapi dia? Adek kamu berjasa dalam hal apa? Si Playboy satu itu," Picka berdecak pelan.

"Kamu baca aja list penghargaan yang Yuan dapatkan selama di Pandawa. Lebih banyak dari kamu," Capta menunjuk dengan dagunya.

Picka berbalik badan lagi, mengambil dua langkah mendekat melihat daftar penghargaan sebagai keterangan kenapa foto tersebut ada di sana. "Anj- sory mulut aku keterlaluan. Seriusan, Cap? Dia, Yuanes adek kamu?"

Capta tertawa pelan melihat ekspresi Picka. "Iya," Katanya mengangguk pelan. "Dia nakal tapi otaknya jalan,"

"Gila sih, keturunan gue nantinya bukan kaleng-kaleng. Lo jauh lebih pintar dari dia," Picka berbalik tersenyum. Duduk di sebelah Capta, memeluk lengan Capta sembari memandangi dua foto, dirinya dan Yuan.

"Sayangnya anak kita nggak akan sekolah disini," Picka cemberut.

Capta mengelus kepala Picka. "Sudah melepas rindu? Kita pulang,"

CAPTAIN PICKA 2 [COMPLATE]Where stories live. Discover now