Bab 9. Purnama kegelapan Ke Permukaan

16.8K 1.7K 1.4K
                                    

"Hai," Sapanya.

Capta memejamkan kedua matanya. Kemudian terbuka pelan, menatap perempuan di hadapannya.

Athella mendekat, mengintip siapa yang datang di balik punggung Capta. Matanya beradu pandang dengan perempuan di hadapan Capta yang juga menatap ke arahnya. "Siapa?" Tanya Athella pelan.

"Maaf ganggu, Kak," Yocelyn tersenyum kaku pada Capta lalu memilih pergi, ia tidak ingin menganggu karena ada perempuan di dalam sana. Apa daya ketika Capta merebut koper tersebut dan mendorongnya masuk ke dalam. Yocelyn bingung, ia mengikuti Capta dengan menundukkan kepala pada perempuan yang berdiri di dekat pintu masuk. "Kak, aku pulang aja," Katanya menghalang Capta.

Capta sudah memakai bajunya kembali, mengambil ponsel lalu menghempaskan pantatnya di sofa menghubungi seseorang. Yocelyn duduk di samping Capta, menghadap penuh lelaki itu. Ia menatap Capta penasaran karena sedang menghubungi seseorang.

"Lo kabur?" Tuduh Capta menatap Yocelyn yang duduk sangat dekat dengannya. Bahkan Capta tidak merasa risih atau terganggu saat Yocelyn menyentuh tubuhnya.

Yocelyn menggeleng cepat. "Aku libur! Dua minggu." Kata Yocelyn tegas kemudian tersenyum, membuat matanya berbentuk bulan sabut.

Capta berdeham, mencoba menghubungi Yuan.

Yocelyn cemberut, memainkan pipinya dengan cara menggembungkan mulutnya. Ia tersenyum pada Athella yang duduk di sofa single saat ini. "Sebelum pulang, aku udah coba hubungin Amora, tapi dia nggak mau angkat. Terus aku cari teman Kakak tanya alamat, mereka kasih jadi aku kesini. Amora emang susah di hubungin ya? Atau jaringannya emang nggak sampai ke Indo?"

Capta menggaruk telinganya. "Dimana?" Tanya Capta dalam dua detik Yuan mengangkat panggilannya, sedangkan Yocelyn butuh ribuan panggilan tidak terjawab agar Yuan mengangkat panggilannya. Capta membungkam mulut Yocelyn yang ingin berbicara. "Kesini, sekarang." Capta menutup panggilannya.

"Aku mau bicara, Kak," Yocelyn menghempaskan tangan Capta.

Athella tersenyum kecil melihat tingkah gadis mungil di sebelah Capta. Entah apa hubungan keduanya, mereka terlihat dekat.

"Mandi dulu," Capta berdiri, mendorong koper besar ke kamarnya di ikuti Yocelyn.

"Permisi," Yocelyn tersenyum hangat, menundukkan kepalanya pada Athella dan berlari menyusul Capta. "Air hangat ya!" Teriaknya pada Capta.

Pintu tertutup rapat, Athella tersenyum pedih. Capta dengan mudah mengizinkannya masuk begitu saja.

Yocelyn menghempaskan tubuhnya di ranjang milik Capta, memeluk guling. Pinggang rasa ingin patah karena perjalanan panjang. Yocelyn tersenyum menatap langit kamar sementara Capta menyiapkan air hangat untuknya mandi.

"Mandi," Kata Capta, Yocelyn mengangguk dan berlari ke kamar mandi.

Capta kembali ke luar, Athella menyiapkan makan malam. Tanpa di sangka, Yuan membuka pintu. Terlihat berlari dengan nafas terengah ia berjalan masuk dan menghempaskan tubuhnya ke sofa.

"Sebentar, gue atur nafas dulu," Yuan mengangkat tangannya. Menormalkan pernafasannya yang naik turun dengan cepat. Yuan berlari, tidak biasanya Capta meminta Yuan datang. Sepuluh detik kemudian ia duduk, melihat sekilas ke dapur bertepatan dengan Athella yang juga menatapnya. Yuan tersenyum kecil, ia sudah dengar dari Mama tentang perempuan yang tinggal bersama abangnya.

Athella menghampiri Yuan, meminta Yuan untuk makan malam bersama sebelum pulang.

"Gue udah makan," Tolak Yuan sopan, menatap Capta. "Kenapa?"

Capta menghempaskan tubuhnya di sofa hadapan Yuan. "Sepuluh menit," Katanya melihat jam dinding.

Yuan tidak mengerti. Selagi menunggu, Yuan tergoda dengan masakkan Athella, Yuan mengambil piring makan karena sangat menggugah selera. Makan sambil menonton TV. Yuan mengarahkan matanya ke arah pintu kamar Capta yang tiba-tiba terbuka, ia tersedak saat melihat seorang perempuan muncul dari sana. Rasa pedas yang Yuan makan masuk ke hidung, sakit sekali.

CAPTAIN PICKA 2 [COMPLATE]Where stories live. Discover now