Bab 15. Senyuman Pagi

18.2K 1.8K 421
                                    

Sudah empat hari Picka berada di Indonesia, sementara Romeo dan Aluna langsung pulang setelah pemakaman. Picka sudah mendapat izin untuk lebih lama di Indonesia oleh Romeo, menikmati liburan mendadak.

Seperti biasa, Picka bangun terlambat lagi di saat orang rumah sudah pergi bekerja. Beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi. Picka membasuh wajahnya, sikat gigi sambil merapikan rambutnya yang seperti singa. Hari ini Picka berencana menemui Ayesha-sahabatnya sejak SMA.

Ada yang membingungkan disini, Picka mengenal Kansa, Xalio, kedua saudara Capta yaitu Yuan dan Sean. Ia memiliki sedikit ingatan bersama mereka tapi tidak dengan Capta. Picka juga tidak tahu dari mana ia mengenal mereka.

Bibir Picka tersenyum lebar melihat Capta yang sedang membuat sesuatu di dapur. Langkah Picka terhenti, berdiri menikmati sesuatu yang menyejukkan hati pagi hari. Lelaki tampan di bawah sinar matahari. Melakukan rutinitasnya setiap pagi, menyiapkan sarapan untuknya murni buatan Capta seorang diri. Kenapa hanya Capta yang tidak ada dalam ingatannya? Siapa Capta di kehidupan Picka sebelumnya?

Seberapa besar Picka berusaha, ingatan tentang Capta tidak ada sama sekali. Apa yang sudah Picka lupakan.

Menggeleng pelan, Picka mengendap berdiri di belakang Capta. Mengulum senyum sambil mengangkat tangannya menutup mata Capta dari belakang.

Gerakkan Capta terhenti. Senyum indah tercetak di bibir Capta. Halus lembut menyentuh kulitnya. Capta mengelus tangan Picka. "Udah bangun?" Tanya Capta.

Picka tertawa, kedua tangannya turun memeluk Capta dari belakang. Menghembuskan napas pelan, Picka mencari posisi paling nyaman di punggung kekar. Memejamkan matanya sejenak, Picka berusaha untuk mengenali punggung lelaki itu, sentuhannya, aroma tubuhnya, suaranya. Apa Picka pernah melakukan hal ini sebelumnya? Apa Picka pernah sedekat ini sebelumnya? Kenapa rasanya sangat nyaman sekali.

Capta merenggangkan tangan Picka, ia berputar menghadap Picka. Memberi kecupan di kepala lalu mengelus wajah yang terpejam di hadapannya. Capta memeluknya.

"Aku buat jus brokoli, air hangat campur lemon dan wedang jahe pengganti Bulletproof Coffee yang biasa kamu minum tiap pagi,"

Picka mengangguk. Mengeratkan pelukannya di pinggang Capta. "Cap?"

"Em?"

"Aku nggak tau apa yang udah aku lupain." Picka membuka matanya, semakin menekan pipinya di dada Capta. "Kenapa hanya kamu yang nggak ada dalam ingatan aku? Sama sekali."

"Karena aku special?"

Picka tersenyum. "Mungkin," Mendongak menatap Capta. "Cap,"

"Em?" Capta mencubit hidung Picka.

"Aku lapar,"

Capta tertawa, melepaskan pelukkan. Menyajikan sarapan yang sudah ia buat ke meja. Selain itu Capta juga menyiapkan buah dan omlate.

Picka tersenyum kecil, menikmati sarapan bersama Capta yang duduk di sampingnya membuat Picka sedikit salah tingkah. Picka yakin sekali jika hubungannya bersama Capta bukan hanya sekedar teman. Capta pasti tergila-gila padanya.

"Kamu yang tergila-gila," Kata Capta tertawa kecil, menghentikan gerakkan Picka yang menyelipkan anak rambut ke belakang telinga.

Picka meletakkan sendok ke atas piring, memiringkan tubuhnya menghadap Capta penuh. "Kita pasti ada hubungan."

Capta mengelap sudut bibir Picka menggunakan punggung tangannya. "Kalau iya?"

"Hubungan apa?" Tanyanya penasaran.

"Kamu nggak akan percaya kalau aku ceritain."

Picka mengganggu menyetujui. "Nggak mungkin aku yang tergila-gila. Cewek secantik aku mengejar lelaki seperti kamu bukan hal yang masuk akal."

Capta mengangguk. "Cewek itu pasti sudah gila."

"Dia pasti gila." Kata Picka mantap. Melanjutkan sarapan dengan perasaan janggal. Kenapa Capta seolah menyindirnya? Picka yang mengejar Capta? Tidak mungkin. Mustahil. Tapi bagaimana jika itu benar?

"Aku mau ketemu Ayesha,"

Capta mengangguk. "Aku antar, sekalian aku ada kerjaan di rumah sakit,"

"Kamu tau dia dimana?"

"Tau,"

"Kamu temenan sama dia?"

"Nggak."

"Terus? Kok tau?"

Capta menjitak kepala Picka. Menompang dagu menatap lengkap perempuan di sampingnya. Tidak ada yang lebih indah dan membuat semangat ketika orang yang di cintai duduk bersamanya. Semua rindu dan tujuan menjadi satu. Sampai saat ini Capta masih tidak percaya, ia tidak ingin waktu cepat berlalu. Ia ingin lebih lama lagi bersama Picka.

"Kenapa?" Tanya Picka salah tingkah saat Capta terus menatapnya. Akan berbahaya untuk jantungnya.

Capta menggeleng lalu tertawa kecil. "Ini obat kamu,"

"Bisa nggak kalau aku berhenti minum obat?" Picka mengerjapkan matanya, bertingkah imut di hadapan Capta sembari mengulum sendok di mulutnya.

"Bisa," Capta mengambil alih sendok, meletakkan di piring. "Kamu bisa." Kata Capta yakin.

Sudut bibir Picka terangkat ke atas lalu mengangguk. "Kamu suka banget ya liatin muka aku? Emang aku secantik itu?"

"Em," Capta mengangguk membuat Picka mati gaya seketika. "Kamu cantik."

Picka berdeham, tidak baik untung jantungnya. "Btw, Kenapa Mama kamu mau Yuan cepat-cepat nikah?"

Capta mendesah pelan, menghadap depan mengaduk minumannya. "Yuan susah di atur, kamu lihat sendiri. Dia hanya pulang saat pemakaman terus pergi lagi,"

"Sama cewek yang di pemakaman waktu itu?"

Capta mengangguk.

"Siapa namanya?"

"Yocelyn."

Picka mengangguk. Terdiam sebentar dengan pikiran kosong. Kemudian ia berdeham, menghadap Capta ragu. "Kenapa bukan kamu yang nikah duluan?"

Capta menoleh bersama senyuman yang membuat Picka meraba jantungnya sendiri. Kenapa selalu berdebar saat Capta menatapnya.

"Emang kamu udah siap?"

Kedua mata Picka terbuka sempurna. "Em?"

TBC
VOMENT

Otw jemput calon istri

Otw jemput calon istri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Cocok banget seh gila 😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Cocok banget seh gila 😭

CAPTAIN PICKA 2 [COMPLATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang