Part 1

383 34 0
                                    

Hong Joochan menatap kosong arah jendela kamarnya, Tidak ada cahaya matahari yang masuk didalam ruangan ini. Keadaan kamarnya yang bisa dibilang sangat kacau, serpihan kaca masih berserakan dilantai. Tangannya masih erat mengenggam biola tanpa mau melepaskannya mengabaikan rasa sakit jari-jemarinya sudah lecet dan banyak darah menetes keluar dari jarinya itu.

Suara kedoran pintu yang semakin keras itu tidak dihiraukannya. Benar, beberapa detik kemudian engsel pintu itu terlepas. Suara jeritan histeris perempuan pun seakan sudah tak mempan bagi Joochan. Ia masih terdiam menatap pandangan kosong jendela luar yang bahkan hanya menatap sebuah tirai hitam.

Perempuan itu mendekati dan langsung memeluk erat tubuh itu. Ia merasa bersyukur masih bisa melihat Joochan dalam keadaan baik-baik saja. Ini sudah kesekian kalinya Joochan kembali memberontak seperti ini. Perempuan itu menghapus air matanya, berjalan kehadapan adik kesayangannya ini. Ia tidak bisa menyembunyikan kesedihannya menatap pandangan kosong Joochan, ia rindu adiknya yang ceria seperti waktu yang lalu. Ia rindu adiknya yang cerewet seperti biasanya.

"Chan, Kakak mohon, jangan mengulangi hal seperti ini lagi ya. Kakak takut, takut sekali kehilangan kamu, hanya kamu yang kakak punya," isak Eunbi tak bisa menyembunyikan tangisnya.

"Kita hadapin semua bersama-sama ya, kamu tidak sendirian. Disini masih ada kakak yang akan selalu ada disamping kamu. Percaya sama kakak dan terus genggam tangan kakak. Ayo kita bersama sembuhkan luka ini. Kerena baik kamu maupun kakak berhak bahagia juga," Eunbi mengelus lembut wajah adiknya ini. Ia juga merasa pilu, tidak seharusnya Joochan menerima segala penderitaan ini.

Tidak ada reaksi apapun dari Joochan, selain air matanya perlahan keluar membasahi wajahnya. Cengkraman erat pada biolanya terlepas. Eunbi mengusap lembut wajah adiknya.

"Tolong kali ini percaya sama kakak," Eunbi menggenggam tangan Joochan.

Setelah membersihkan luka dijemari Joochan. Eunbi berjalan kearah ruang tengah menghampiri seseorang yang telah membatunya membukakan pintu kamar Joochan tadi. Choi Sungyoon, menatap mata sayu Eunbi. Ia merasa iba melihat betapa frustasinya Eunbi tadi saat memohon bantuan kepadanya. Sungyoon masih tak habis pikir bagaimana bisa dia berlari ke apatementnya yang jaraknya lumayan, hanya menggunakan sandal rumah dan baju tipis ditengah cuaca yang dingin ini.

"Bagaimana keadaannya" Tanya Sungyoon menatap wajah lelah Eunbi

"Dia baik-baik saja, semoga saja," jawab Eunbi tanpa berani menatap kearah Sungyoon

"Maaf soal pintunya, aku sudah menghubungi seseorang untuk memperbaikinya nanti,"

"Tidak apa-apa, yang terpenting Joochan selamat. Terima kasih atas bantuannya, aku sangat putus asa dan kacau harus minta batuan siapa lagi,"

"Bagiku itu tidak masalah, sudah tugasku untuk membantu. Jadi sekarang apa rencananya?"

"Cepat atau lambat aku harus segera membawa Joochan pergi dari rumah ini. Berada disini membuatnya terus mengingat kejadian kelam itu,"

"Maksudnya, kamu akan membawa Joochan pergi keluar negeri?" Tanya Sungyoon yang hanya dijawab dengan anggukan oleh Eunbi, "apa kamu yakin itu akan membuatnya sembuh dari semua traumanya. Bukankah itu sama saja kalian lari dari permasalahan ini?" lanjut Sungyoon, jujur dilubuk hatinya ia sedikit tidak rela jika kedua kakak adik ini pergi dari sisinya.

Lima tahun telah berlalu...

Siapa yang tidak mengetahui game terbaru yang sedang digemari dan sedang dibicarakan oleh kalangan pecinta game baik yang sudah pro maupun masih baru. Game SBM (Super Bintang Music) merupakan game terbaru yang cara memainkan rhythm music. Perbedaannya, music yang dimainkan bisa memilih lagu favoritnya sesuai dengan music yang ada dalam memori hp itu sendiri. Perusahaan Bongvely selaku perusahaan pembuat game ini, kembali mengalami perkembangan yang sangat pesat, setelah berhasil meluncurkan game terbarunya ini. Tentu dibalik ini ada sosok pencetus game yang sebenarnya hingga menjadi game yang luar biasa ini.

Kim Donghyun tersenyum terpaksa, saat berada diantara banyak insvektor besar, sedang mengelu-elukan dirinya saat ini. Jujur dia sedkit tidak nyaman, ia hanya ingin sesuatu biasa saja saat merayakan sebuah keberhasilan, bukan pesta super mewah seperti ini. Tapi Donghyun sadar disini posisinya juga hanya karyawan seperti yang lain. Tidak punya hak buat melarang pemilik perusahaan itu buat membatalkan pesta ini.

Setelah selesai bercengkrama dengan para insvestor, Donghyun menarik diri menjauh dari kerumunan pergi keluar gedung acara, mencari udara segar di taman sebelah. Ia duduk di salah satu bangku taman tersebut, lalu mengeluarkan earphonenya. Menikmati malam bulan purnama dengan ketenangan mengurai rasa lelahnya. Saat ini butuh kesendirian setelah hiruk pikuk berkutat dengan segudang pekerjaan yang membuatnya sulit untuk bersantai.

Menikmati music klasik seperti ini sangat menenangkan bagi Donghyun daripada musik yang membuat telinga berdengung, didalam gedung itu. Sebuah tepukan menyadarkan Donghyun dari lamunannya, segera ia melihat kearah sosok yang kini berada disampingnya.

"Kebiasaan nih anak, kalau ada pesta malah ilang-ilangan menyendiri kaya gini. Bro ini pesta keberhasilan kita nih, sekaligus buat Lo juga yang paling berjasa banget buat keberhasilan perusahaan kita," ucap sosok yang ada di samping yang merupakan pemilik sekaligus direktur dari perusahaan Bongvely, siapa lagi kalau bukan Bong Jaehyun. Teman satu sekolah Donghyun dulu. Donghyun juga masuk dan kerja di perusahaan Bongvely atas permintaan Jaehyun sendiri.

"Bukan gue yang mau, buat mengadakn pesta ginian. Lo tau sendiri gue gak suka keramaian kaya gini," sahut Donghyun. Ia berani manggil teman yang sekaligus merangkap jadi atasan ini Lo Gue kalau sedang bicara berdua seperti ini saja. Selebihnya saat di kantor dia akan memanggil temannya seperti atasan biasanya.

"Ya udah, sorry banget kalau pesta ini buat Lo gak nyaman. Jadi apa yang Lo mau nih, apapun. Sebagai hadiah atas kerja keras Lo, buat perusahaan gue,"

"Yakin apapun?"

"Iya, gak percayaan banget deh. Lo kenal gue juga engga satu atau dua tahun doang,"

"Gue mau liburan sendirian," jawab Donghyun membuat Jaehyun terdiam sungguh pikiran temenya satu ini sulit sekali buat ditebak, ia kira Donghyun mau sesuatu yang mewah atau naik gaji, ternyata cuma mau liburan aja.

"Jadi Lo cuma mau liburan, gitu doang?"

"Iya, gue mau liburan sebulan,"

"Gila, liburan macam apa itu, hey!" seru Jaehyun

"Ya daripada gue libur selamanya dari perusahaan Lo,"

"Ya engga gitu juga dong, gue enggak pernah dan enggak akan ngijinin Lo buat keluar ya dari perusahaan gue,"

"Sudah gue duga, Lo bakalan bilang gitu," sahut Donghyun dengan santainya. Ia beranjak dari tempat duduknya, "selama gue liburan jangan nyari gue atau hubungin gue masalah kerjaan kecuali ada hal yang lebih penting dari kerjaan," lanjut Donghyun sebelum dirinya menghilang keluar dari taman itu, membuat Jaehyun hanya bisa berdecak kesal.

~¤ECCEDENTESIAST¤~

Ide cerita dari AltairKim

Semoga kalian suka dan menikmati cerita ini

Terima kasih buat yang udah nyempetin baca😇😇

ECCEDENTESIAST || DONGCHAN || SHORT STORY || END✔Where stories live. Discover now