🐬Prolog🐬

1K 60 64
                                    

Still Love Him

Prolog

🐬🐬🐬🐬🐬🌷🌷🌷🐬🐬🐬🐬🐬

Alvie menatap gerbang sebuah sekolah, di mana dulu itu merupakan tempatnya pernah menimba ilmu. Sudah hampir tiga tahun berlalu sejak ia meninggalkan tempat ini di hari kelulusan. Tempat yang menyimpan penuh kenangan, memori, kisah suka maupun duka. Kisah penuh warna di masa putih abu-abunya.

Keadaan sekolah tampak sepi karena saat ini masih waktunya jam pembelajaran. Ia menatap penuh haru saat secuil kisah mulai menyatu di ingatan. Membentuk puzzle-puzzle yang tersusun menjadi kisah di salah satu hari. Ah, ingatan itu ... membuat wanita itu merindukan teman-temannya.

Teman-teman? Alvie tersenyum miris, ia tidak tahu sama sekali perihal kabar teman-temannya. Sejak ia meninggalkan tempat ini, sejak itulah dirinya memutus segala koneksi di antara mereka. Jangan tanyakan apa alasannya, karena hal itu masih menimbulkan nyeri di dada.

"Nak Alvie?" panggil seseorang. Saat Alvie menatap ke depan, ia melihat laki-laki paruh baya yang masih bisa diingat siapa beliau.

Menerbitkan senyum, Alvie turut mendekati laki-laki itu lalu mencium tangannya. "Pak Subkhi," sapanya. Beliau adalah penjaga sekolah yang baik hati, Ramah dan suka berteman dengan murid-murid di SMA RP.

"Bagaimana kabar kamu, Nak?" tanyanya. Terdengar nada kebahagiaan di sana. Alvie ingat, jika ia memang salah satu murid yang lumayan dekat dengan Pak Subkhi.

"Alhamdulillah, Pak baik. Bapak sendiri?"

"Baik." Keduanya saling melemparkan senyum. "Sudah lama Bapak tidak melihat kamu. Bahkan, saat teman-teman kamu mengadakan reuni, kamu pun tidak ada di sana."

Alvie tersenyum. "Iya, Pak. Alvie tinggal di Surabaya. Alvie kerja di sana. Jadinya enggak bisa ikutan," jelasnya santun.

Pak Subkhi mengangguk dengan mulutnya membentuk huruf o. "Lalu, apakah sekarang sedang libur? Makanya kamu pulang ke sini?"

Alvie dan Pak Subkhi sama-sama tertawa pelan. "Bisa dibilang seperti itu, Pak. Tapi, saya dan keluarga pulang karena mengunjungi keluarga Ayah sekaligus memberitahu mereka perihal pernikahan saya."

Ada sedikit mimik terkejut dari wajah Pak Subkhi. Namun, laki-laki itu segera mengubahnya menjadi senyuman. "Alhamdulillah. Jadi, memutuskan nikah muda?"

"Iya, Pak." jawabnya sembari mengangguk.

"Kalau boleh tahu, siapa nama calon suaminya?" Sebenarnya, Pak Subkhi sedikit ragu saat menanyakan itu. Mengingat Alvie yang-

Ah, lebih baik tidak mengingat masa lalu. "Namanya Rakka, Pak. Asli dari Surabaya." Pak Subkhi mengangguk.

"Jadi, apakah Nak Alvie ke sini mau bertemu dengan para guru untuk mengundang?" Alvie tersenyum kecut lalu menggeleng, membuat dahi Pak Subkhi terlipat.

"Lalu?"

"Alvie hanya ingin menengok tempat Alvie sekolah dulu, Pak." Ucapan Alvie terdengar ragu. "Saya hanya ingin melihatnya sebelum status saya berubah menjadi seorang istri."

Pak Subkhi menyadari adanya keberatan dalam ucapan Alvie. Seperti ... ada beban di sana.

"Nona," panggil seseorang yang membuatnya menoleh. Itu adalah suara sopir yang ditugaskan Rakka untuk mengantarnya.

"Ayah Nona sudah menghubungi saya, meminta Non Alvie agar segera pulang," lanjutnya kemudian.

"Ayah?" tanya Alvie dengan kening terlipat. Sedangkan si sopir hanya mengangguk. "Kenapa Ayah tidak menghubungiku langsung?"

Still Loving Him ( Po / End) Where stories live. Discover now