Bab 1 (Bertemu)

76 14 4
                                    

"Jika aku tertawa, mungkin aku hanya ingin tertawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jika aku tertawa, mungkin aku hanya ingin tertawa. Tak mungkin ada cinta apalagi pria yang mampu membuatku tertawa sebahagia ini. Bahagiaku adalah tanggung jawabku dan tak ada satupun yang mampu mengatur dan memutuskan kapan aku akan bahagia."

Ruangan itu masih terlihat hangat seperti biasa. Dinding kacanya diterobos oleh cahaya matahari yang dengan ceria memancarkan sinarnya. Cahaya itu begitu hangat dan terang hingga bunga mawar, aster, seruni, lavender, lili, baby's breath dan bunga lainnya di ruangan itu terlihat semakin indah, menawan dan sempurna. Pandangan si fotografer begitu puas mengelilingi toko bunga itu. Ia menang banyak hari itu karena mendapatkan objek foto yang begitu luar biasa. Darrell Davendra  akhirnya berhenti di satu sudut, mengerjapkan mata dan ujung bibirnya terlihat melengkung, sepertinya ia senang dengan bunga itu. Baby's breath.

Si penjaga toko menghampiri pria dengan rambut coklat gelap, bertubuh jangkung dengan sweater oren, celana jeans panjang dan sebuah kamera dikalungkan di lehernya, "Kau tau bunga apa itu?  Dan apa kau tau apa arti dari bunga itu?"

Darrell memutar wajahnya secepat mungkin ke arah sumber suara itu. Suara dari wanita yang bertubuh mungil dan berkulit putih. Matanya tidak seperti milik kebanyakan orang Indonesia, rambut ikalnya panjang dan berwarna hitam. Wanita itu mengenakan terusan berwarna putih dan hanya dia sepertinya yang sedari tadi ada di ruangan itu tanpa Darrell sadari. Darrell yang terdiam sesaat, akhirnya tersenyum lebar.

"Kau terkejut mendengar suaraku? Aku tak bermaksud mengagetkanmu.", jelas suara itu lagi. 

"Ah, tidak. Kau memang mengagetkanku, tapi itu karena aku yang terlalu larut memandangi bunga ini", jelas Darrell sambil tersenyum lebar.

"Kenapa?" kata wanita itu.

Darrell menunjukkan wajah bingung dan menunggu penjelasan tambahan dari wanita itu.

"Itu. Kenapa kau melamunkan bunga itu?" tambah wanita itu sambil menunjuk si bunga yang telah dipandang oleh Darrell selama kurang lebih 10 menit tanpa ia sadari.

"Oh. Bunga itu terlihat berbeda saja. Dia tidak berkelopak dan mekar seperti bunga lain. Batangnya kecil seperti bunga yang tidak berhasil tumbuh. Tapi, ketika kau letakkan mereka bergerombol seperti itu, sangat indah, bahkan terlihat seperti pohon kecil", jelas Darrell sambil masih memandangi bunga itu.

"Tentu saja. Ini bunga favoritkku. Namanya baby's breath. Warnanya yang putih dan kecil ini melambangkan cinta kasih yang abadi. Aku yakin wanita manapun yang diberi bunga ini oleh laki-laki yang tulus, pasti akan langsung jatuh cinta. Dibanding bunga mawar yang sering para pria beli saat hari Sabtu ataupun Valentine, aku lebih merekomendasikan baby's breath sebenarnya", jelas wanita itu panjang lebar.

Darrell terus memandangi wanita itu sambil tersenyum. Hal itu justru membuat si wanita menjadi salah tingkah dan merasa ada yang salah dengan yang ia ucapkan.

The Secret of UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang