bagian 1

4 2 0
                                    

“Nata tungguin woi!” teriak della teman kampus Nata, lebih tepatnya salah satu sahabat Nata.
“nggak usah teriak-triak juga kali del, udah kaya tukang sayur yang biasa lewat depan kos gue aja.” Nata memang bukan asli Jakarta, ia disini tinggal sendiri, Nata adalah gadis Bali yang nekat kuliah diluar kota.
“enak aja lo, bilang gue kaya tukang sayur.”
“siapa suruh pagi-pagi dah ribut.”
“eh Nat, lo udah slesai ngerjain tugas yang dikasi bu Manik?”
“udah dong.”
“minta dong nat, gue belum nih tinggal lagi dua nomer.”
“wani piro?” ucap Nata yang menggoda Della
“serius dong Nat, lo  mau gue ngulang lagi gara-gara dikasi nilai D sama bu Manik?” Della yang terus merayu Nata.
“oke-oke tenang aja pasti bakal gue kasi, tapi......” ucap Nata yang tak melanjutkan ucapannya yang malah berlalu meninggalkan Della menuju kelasnya.
“tapi apa woy? Jangan setengah-setengah dong kalo ngomong.”
“tapii, lo harus traktir gue makan nanti dikantin.” Ucap Nata yang mulai duduk di meja tenga- tengah, ia sengaja datang agak pagi agar tidak dapat tempat duduk paling depan, apalagi dosennya bu Manik, dosen kiler yang pelit sama nilai, cuman bersin pas dia ngajar aja dikasi nilai C, coba kalian bayangin.
“dasar lo hobi makan gratis.” Sungut Della.
“iya dong, kan lumayan bisa hemat uang jajan gue, nanti bisa gue tabung trus beli Album terbaru EXO.” Nata memang bukan gadis yang berasal dari keluarga Kaya,ia terlahir dari keluarga sederhana dibandingkan dengan teman-teman kampusnya yang dengan bebas setiap hari jalan ke mall dan habisin uang hanya buat beli baju atau sejenisnya. Tapi bukan berarti dia dari keluarga yang miskin sampe nggak bisa biayain sekolahnya tapi dibandingkan dengan teman kamusnya ia masih dikatakan sederhana, dia juga bukan anak beasiswa, dia kuliah pake uang orang tuanya karna ia tak sebruntung dan tak sepintar itu, ayahnya adalah seorang kepala desa dikampungnya, sedangkan sang ibu adalah guru SD.
“elo mah bucin bener sama tu oppa-oppa korea.”
“kayak lo nggak tau Nata aja.” Sambung Ilham yang baru datang langsung duduk disebelah Nata, Ilham adalah sahabat mereka, ya mereka kenal saat awal Ospek. Dan memutuskan untuk berteman.
“nyambung aja lo,” sahut Nata seraya memukul tangan Ilham.
“yee santai dong mbak, jangan mukul-mukul, lo mau tangan gue yang mulus ini lecet, nanti nggak mirip lagi sama oppa Korea.” Ucap Ilham dengan PDnya.
“dih tampang kek tukang cilok aja sok-sok an mirip sama oppa korea.” Celetuk Della.
“lo belum tau ya, tukang cilok juga ada yang ganteng njirr.” Sahut Ilham tak terima.
“yayaya, terserah lo aja.”sahut Della tak mau berdebat dengan Ilham dan melanjutkan menyalin tugasnya.
“eh katanya, hari ini bakal ada dosen baru yang bakal gantiin bu Manik.” Ucap Ilham.
“eh lo seriusan Ham? Berarti bu Manik nggak ngajar kita lagi?” tanya Nata dengan muka sumbringah, della juga ikut bertanya.
“seriusan Ham?awas lo bohong ya.” Ucap Della.
“yaa seriuslah, yakali gue bo’ong.” Ucap Ilham.
“emang tu bu Maniak kemana?” tanya Nata.
“bu Manik Nat,” Ilham yang membenarkan ucapan Nata.
“ya itu deh pokoknya,” sahut Nata.
“katanya sih dia ambil cuti buat persiapin pernikahannya, nggak tau sampai kapan.” Jelas Ilham, wajar kalo Ilham lebih tau kebetulan dia adalah kordinator kelas atau kaya ketua kelas gitu.
“ternyata ada juga ya yang mau sama bu Manik, yang cerewek kek gitu udah gitu terlalu disiplin, gimana jadinya punya mama kek bu Manik, bisa-bisa tiap hari gue kena semprot.” Ucap Della yang dibalas anggukan Nata.
“kalian julitin bu Manik dibelakangnya aja semangat padahal kalo didepannya sok ramah, baik, caper dasar mahasiswa nggak ada ahlak.” Sahut Ilham.
“alah kaya lo nggak aja.” Ucap Nata.
Begitulah mereka bertiga kalo udah ngegibah sampe lupa waktu padahal mereka baru saling kenal saat Ospek tapi udah kaya sahabatan dari SD, Della dan Ilham memang tinggal di Jakarta berbeda dengan Nata, namun mereka sangat kompak padahal mereka berbeda, Ilham yang beragama Islam, Della yang beragama Kristen dan Nata yang beragama Hindu namun hal itu bukan penghalang untuk menjalin tali persahabatan, karna perbedaan itu indah dari sana kita bisa belajar untuk saling menghargai satu sama lain dan lebih mengenal dunia luas karna belum tentu kita hanya akan berada ditempat yang sama contohnya Nata kini ia harus jauh dari orang tua nggak punya siapa-siapa disini, tapi karna sikapnya yang tak memilih dalam bergaul asal temennya baik nggak neko-neko ia bisa memiliki banyak teman.
Tak terasa kelas akan segera dimulai semua mahasiswa sudah memenuhi kelas dan menunggu dosen datang, saat dosen baru itu memasuki kelas semua mahasiswa cengo apalagi yang cewek bahkan ada yang teriak histeris.

Jangan lupa komen dan vote ya

Oppa My DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang