Hampir Saja!

10.5K 615 80
                                    

Sudah berapa lama aku gak update cerita ini🤔

Adakah yang masih inget sama Axel dan Elena?🧐

Emot buat part ini dong😉

SPAM KOMEN YANG BANYAK YA🥳🥳

Happy Reading

Baru saja Axel akan membawa Elena duduk bermaksud agar Elena lebih tenang setelah kejadian tadi, tapi detik itu juga Elena menolaknya--kembali menatap tajam Axel.

"Sudah selesai kan pak? Kalau begitu saya permisi!" ucap Elena dingin, lalu pergi dengan cara menutup pintu dengan kasar membuat Max yang berdiri di depan ruangan terlonjak kaget sampai mengelus dadanya.

"Bos, Lo ngapain Elena sampai marah kayak gitu?" tanya Max begitu masuk ke ruangan dan disuguhi pemandangan Axel yang tengah duduk santai sambil menyesap kopinya--seolah tidak ada apapun yang terjadi.

"Gak gue apa-apain" jawab Axel kalem bikin Max geregetan. Bullshit, kalau gak ngapa-ngapain! Max gak percaya, dia sangat tahu bagaimana sifat Axel termasuk sifat bahwa Axel pandai bersilat lidah.

"Emang gak gue apa-apain," ucap Axel lagi tahu bahwa Max tidak percaya. "Kecuali gue ancem sama kissing bentaran," lanjut Axel—Max menganga. Andai saja, Axel bukan bosnya pasti Max sudah timpuk kepala Axel dengan sepatu—inginnya sih batu—sayangnya Max hanya sebatas kacung alias bawahan.

"Parah Lo Bos, parah! Gak heran kalau Elena sampai marah dan nangis kayak tadi," seru Max heran. Dirinya cuma bisa geleng-geleng kepala, tingkah bosnya ini memang benar-benar tidak diprediksi.

"Tapi btw, pipi Lo kenapa merah-merah gitu Bos? Habis ditampar?" tanya Max dengan nada bercanda.

"Ini emang bekas tamparan," jawab Axel memegang pipi yang menjadi korban tamparan Elena. Tidak ada raut marah, Axel malah senyum-senyum tidak jelas--Max bergidik ngeri. Tingkat kewarasan Axel perlu dipertanyakan.

"Ditampar Elena? Kok bisa sih Bos?"

"Gue ancem dia pake Niall. Dan yeah... Elena syok karena gue tahu tentang Niall. Mau gimana lagi, dia terlalu keras kepala dan gue terpaksa pake Niall buat ancem dia," jelas Axel.

"Emang gak ada cara lain selain Niall? Kalo gitu caranya, Elena bisa makin benci sama Lo," ujar Max tidak paham akan pemikiran Axel.

"Gue gak peduli. Yang terpenting saat ini, dia harus cepat-cepat pergi dari sini."

"Tapi Bos, menurut gue Lo mending terus terang aja sama Elena. Jelasin tentang yang sebenarnya terjadi, supaya dia gak terus-terusan benci sama Lo. Jujur, gue kasian sama Lo Bos," ungkap Max prihatin.

"Gue gak perlu Lo kasihanin. Karena ini udah jadi kewajiban gue buat lindungan mereka, sekalipun Elena benci banget sama gue, I don't care. Itu udah jadi konsekuensi yang harus gue terima. Toh, Elena tetap jadi milik gue sejak lima tahun yang lalu."

🔥🔥🔥

Elena berjalan menuju toilet berada sambil menunduk. Mengucapkan maaf ketika ia tak sengaja menabrak dan menyenggol orang. Elena bahkan mengabaikan sapaan dari karyawan lain, biarlah dikira sombong, yang jelas sekarang Elena butuh tempat menyendiri.

Elena terduduk diatas kloset, menangkup wajahnya dengan kedua tangannya lalu menangis--menumpahkan segala rasa dalam tangisannya.

Tak sampai lima menit, Elena menghapus kasar air matanya--sadar akan kesalahannya yang menangis. "Gak seharusnya gue nangis kayak gini, gue harus kuat buat lawan bajingan itu supaya dia gak perlakuin gue seenaknya kayak dulu lagi."

Axel's ProtectionDonde viven las historias. Descúbrelo ahora