Gara-gara si Gak asik

412 34 6
                                    

Happy reading

Jangan lupa ya kawan untuk follow akun Instagram aku. Ig : @wy_utami25

Aku hampir tertabrak dengan mobil Lamborghini berwarna putih dan parahnya mobil itu malah kacir begitu saja tanpa bertanggung jawab sekalipun. Sebal deh, Pagi-pagi udah terkena masalah yang begini. Salah apa juga aku ya Allah, batinku.

Hufttt astagfirullah sabar-sabar, ampunilah dosaku ya Allah, batinku.

"Dek, jangan marah-marah dong nanti Abang beli ice cream tambah satu box deh. Gimana? mau?" ucap si gak asik. Dia mengatakan itu agar aku si bar-bar diem ngedumel. Aku hanya mendengkus lalu berkata.

"Gak mau!!" ujarku dengan sarkas. Aku tetap dengan tetap menghadap ke depan untuk fokus menyetir, takut-takut hal yang tidak diinginkan terjadi lagi. Bagas mengernyit heran, lalu bertanya.

"Tumben kamu gak mau?" tanyanya. Jelaslah si gak asik heran melihat aku yang memberikan respon yang seperti itu wong aku itu syaitonnya ice cream dan tiba-tiba menolak penawaran yang menggiurkan itu.

Lalu aku berkata."Tambah tinggal lima box lagi !!" ujarku. Aku menjawab dengan sadis dan tak berperasaan. Dapat dikatakan dikasih hati minta jantung setelah dikasih jantung minta ginjal. Si gak asik malah mendengkus tak suka, iyalah gak suka wong aku mintanya segitu banyak dan  pastinya makan sendiri, kadang kalau aku baik hati dan tidak sombong, aku juga bagikan ke asisten rumah tangga dan satpam biar mereka lebih semangat menjalankan kerja di rumah dan aku gak perlu repot-repot bersihkan rumah. Bukan karena apa sih aku lakukan itu, biar kelihatan seperti majikan baik gitu loh maksudnya. Ckckck

"Mau gak? kalau gak aku turunin nih di sini biar tau rasa kamu bang. Lagian juga tinggal bentar nih nyampe tujuan, bisalah jalan kaki sendiri," ucapku. Aku terus memaksa sekaligus mengancam kakak aku itu.

Emang ya, hidup tanpa paksaan ibarat makan gak ada air, seret. Gak masalahkan kurang ajar sekali-kali sama Abang sendiri? anggap saja gak masalah. muehehe.

"Iya-iya, ntar aku belikan," ucapnya. Dia menoleh kepadaku sambil mendelik kesal sambil melihat ke dalam dompet hitam lusuh miliknya.

"Ini semua gara-gara kamu bang," ucapku. Jujur saja aku masih marah karena masih terngiang dengan kejadian beberapa menit yang lalu.

"Lah kok aku?" tanyanya. Ternyat Bagas tak terima dengan omelanku ini.

"Coba gak minta tolong ke aku untuk antar abang, pasti gak bakalan deh hal yang tadi itu terjadi. Aku sudah nolak loh tadi terus Abang bisa berangkat sama pak Asep. Heran deh sama Abang sendiri," ucapku. Aku berbicara dengan santai tanpa mempedulikan apakah dia tersinggung atau tidak.

"Eh adek aku sayang, ini semua juga bukan gara-gara aku. Lagian juga apa salahnya coba minta tolong ke saudara sendiri. Lagian Abang sudah minta maaf sama kamu. Allah itu sudah ajarkan ke kita umat manusia agar saling memaafkan. Astagfirullah ya Allah," ujarnya. Sempat-sempatnya dia berceramah panjang lebar seperti rel kereta api.

Kini aku semakin mendelik padanya, dalam keadaan ini masih sempatnya menceramahi aku. Apa salahnya coba mengalah sama orang yang lebih muda. Nyebelin emang tuh orang.
Memang kalau dipikir-pikir benar juga katanya, semua yang dikatakannya itu tak salah, tapi aku pura-pura saja gitu bahwa aku membenarkan ucapannya agar rencana palak dia secara tidak langsung dapat berjalan dengan lancar jaya.

"Pokoknya salah Abang titik tanda seru gak ada koma," ucapku.

"Ya udah iyaa, salah aku. Terus gimana? nasi sudah menjadi bubur juga kan, kejadian tadi gak bisa dicegah lagi kan?" ucapnya santai.

"Ya tetap saja dong, Abang yang salah. Gimana sih? katanya pintar tapi permasalahannya begini saja gak tau juga sih !" ucapku. Entah kenapa hari ini aku bawaannya pengen nyolot saja. Ibaratnya nih senggol bacok.

Docter and Misses (Revisi)Where stories live. Discover now