Welcome To Karanganyar

7.7K 1.1K 214
                                    

"Pak, janji, ya. Nanti kalau ketemu Kevin, kita nggak boleh ketawa. Sumpah, ya, Pak. Pokoknya jangan ketawa."

Aku menyumpah pak Mursid sebelum mobil kami sampai di pom bensin, tempat di mana Kevin ketinggalan.

Pak Mursid mengangguk, mukanya merah padam, nahan ketawa."InsyaaAllah, Mbak."

Tapi pas mobil kami udah sampai di depan pom bensin dan melihat Kevin berdiri di deket parkiran persis kayak bule ilang ....

"Huwahahahahahaha!"

Tawa kami meledak.

Sambil megangin perut, aku nepuk-nepuk pundak pak Mursid."Ntar, Pak. Ntar. Jangan dibuka dulu pintunya. Kita ngakak aja dulu."

Pak Mursid masih ketawa sampai keluar air mata."Kasihan, Mbak. Orangnya udah melas gitu. Saya nggak tega."

Pak Mursid ini emang dasarnya orang baik. Kalau aku jadi dia, masih kubiarin si Kevin di luar sana sampai kami puas ngetawain dia. Momen langka lho ini. Jarang-jarang lihat bule kayak anak ilang gini.

Eh, tapi jangan ding. Dia nanti jadi nggak mau ngasih spermanya lagi. Rugi dong aku.

Tok! Tok! Tok! "GET OUT!"

Astaga. Kaget!

Kevin teriak sambil ngetuk kaca jendelaku kenceng banget. Untung kacanya nggak sampai jebol.

Melihat dia ngamuk kayak gitu, aku berhenti ketawa dan segera keluar dari mobil. Gawat kalau dia sampai ngambek beneran nggak mau ngawinin aku.

Kutangkupkan kedua tangan di depan dada sambil membungkuk."Mohon maaf, kami tidak sengaja meninggalkan Mister di sini."

Tadinya napas cowok itu memburu. Tapi pas lihat aku minta maaf, berangsur-angsur napasnya kembali normal."Aku hanya pergi ke toilet sebentar, tapi waktu kembali, kalian sudah tidak ada. Apa kau sengaja meninggalkanku di sini?"

Wah. Dia udah main tuduh aja. Padahal udah dijelasin kalau aku sama pak Mursid nggak sengaja ninggalin dia. Sensi juga nih bule.

Kugelengkan kepala menolak tuduhannya."Nggak gitu, Mister. Sumpah mati, aku sama Pak Mursid sama sekali nggak ada niatan ninggalin kamu di sini. Kami nggak tahu kamu pergi ke toilet. Lagipula, seharusnya kamu ijin dulu pada kami mau ke toilet, jadi kami nggak akan meninggalkanmu seperti tadi."

Dia kicep, nggak bisa balas omonganku, terus berlagak acuh masuk ke mobil. Kali ini, dia ganti duduk di jok depan, nggak duduk belakang kayak tadi. Takut ketinggalan lagi kali, ya.

Fine. Asalkan nggak disuruh duduk di atap mobil, nggak masalah. Bagiku duduk di jok depan atau belakang, sama saja.

Perjalanan kami dilanjutkan lagi. Pak Mursid kembali fokus nyetir. Aku kembali masang headset lanjut dengerin podcast fiksi. Sedangkan Kevin ... nggak tau lagi ngapain. Aku nggak denger dia bersuara. Mungkin dia masih ngambek, atau lagi keasyikan lihat-lihat jalan. Entah. Aku nggak peduli.

Mending kulanjutin podcast fiksi-ku, Cerita Misteri Alya. Seru banget. Aku sengaja dengerin cerita fiksi audio di podcast, bukan baca di platform. Soalnya, kalau baca dalam mobil yang berjalan gini, aku pasti mual.

*****

Sejak memasuki kabupaten Magetan, medan perjalanan kami jadi berkelok-kelok. Lalu, sesampainya di daerah Sarangan menuju Tawang Mangu, kabut tebal mulai turun menyelimuti pucuk-pucuk gunung dan pepohonan tinggi menjulang yang berderet-deret di sepanjang jalan.

 Lalu, sesampainya di daerah Sarangan menuju Tawang Mangu, kabut tebal mulai turun menyelimuti pucuk-pucuk gunung dan pepohonan tinggi menjulang yang berderet-deret di sepanjang jalan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Baby Bala Bala (Completed)Where stories live. Discover now