Misi Yang Hampir Gagal

8.5K 1.1K 89
                                    

Aku dan Kevin diantar pak Mursid sopir hotel menuju ke warung mak Atik.

Sialnya, warung itu tutup!

"Assalamu'alaikum, Mak!" Kugedor-gedor pintu rumah mak Atik di belakang warungnya, nggak ada respon.

Ini orang ke mana? Padahal tadi pagi udah janji nggak akan tutup warung sebelum aku sama Kevin datang. Lah sekarang malah tutup rapet serumah-rumahnya gini. Ngeselin!

"What happened? Are we too late?" Kevin bertanya cemas di belakangku.

Aku berbalik ke arahnya dengan muka sedih."It seems so."

"Is this her food stall?" Telunjuk cowok ganteng ini mengarah ke warung mak Atik.

Aku mengangguk membenarkan pertanyaannya. Dia mengernyitkan dahi melihat warung itu."Then, whose house are you knocking?"

Kevin nanya rumah siapa yang kuketuk."Her house." Dan kujawab rumah Bi Sumi a.k.a Mak Atik.

"But, you said you didn't know where her house located?"

Waduh! Aku lupa kalau tadi udah bohong nggak tau rumah Bi Sumi di mana. Aku cuma meringis ketahuan bohong. Sebaliknya, Kevin menunjukkan wajah nggak suka. Sial!

"Abâ'na parappa' nyarèh sapah?" Seorang laki-laki tua tiba-tiba datang dari rumah sebelah, mungkin tetangganya mak Atik.

Aku memang nggak bisa ngomong bahasa Madura, tapi karena sudah tinggal di kota ini selama 5 tahun lebih, dikit-dikit aku ngerti. Orang tua ini nanya, kami lagi nyari siapa. Bagus. Aku bisa mencari tahu keberadaan mak Atik dari orang ini."Kami lagi nyari Mak Atik, Pak. Di mana, ya? Warung sama rumahnya kenapa tutupan?"

Bukannya menjawab, orang tua itu malah ngeloyor pergi masuk rumah lagi. Lah! Apa dia nggak ngerti bahasa Indonesia? Soalnya di sini rata- rata penduduk usia tua yang berbahasa Madura nggak bisa berbahasa Indonesia. Great! Terlanjur ngomong berbusa, sekarang aku kehilangan informan penting.

"Hey." Kevin menarik lenganku sampai aku menghadap dia lagi."Her name's Sumi, not Atik."

Eh, kok dia ngerti percakapan kami yang menyebutkan nama lain bi Sumi?

"Yes. But her full name is Sumiati. People call her Mak Atik here." Aku menjelaskan.

Kevin masih nggak percaya sama jawabanku. Dahinya mengkerut. Pasti dia mikir aku bohong.

"You don't trust me that I really have found bi Sumi?" Aku bertanya apa dia nggak percaya kalau aku sudah menemukan bi Sumi.

Dia nggak menjawab tapi wajahnya masih menunjukkan kewaspadaan, terus dahinya juga masih mengkerut. Yaa ... terserah dia kalau nggak percaya sama aku. Nanti kalau udah ketemu mak Atik sendiri dia bakal percaya kalau aku nggak bohong.

Aku balik menghadap rumah mak Atik untuk gedor-gedor pintunya lagi.

"Mbak, Mak Atiknya nggak ada." Tiba-tiba muncul lagi seorang perempuan seusia mbak Nola dari rumah yang sama.

"Ke mana, Mbak?"

"Ke Karanganyar."

Aku melotot mendengar jawaban itu."Kenapa ke Karanganyar? Tadi kami udah janjian mau ketemu."

Perempuan berparas manis berkulit kecokelatan dan berkerudung pink itu menghampiri kami. Raut wajahnya sempat takjub melihat Kevin."Tadi katanya ada kabar kalau kakaknya kritis, jadi dia sama suaminya langsung berangkat ke Karanganyar."

Aku mendesah kecewa."Dia nggak nitip pesen apa-apa?"

Perempuan itu menggeleng."Nggak tuh, Mbak."

"Kira-kira pulangnya kapan ya, Mbak?" Aku belum menyerah mengorek informasi tentang kepergian mak Atik yang mendadak.

Baby Bala Bala (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang