Day-6

228 21 2
                                    

Memang yang aku ingin selama ini itu hanya terus dekat dengan kak saysa, aku terus mengejarnya, dan lama kelamaan aku ini malah terlihat sama seperti bayangan hitam yang selalu mengikutinya kemanapun dia berada.

Nggak salah memang kalau kak sasya terus berlari tanpa memikirkan aku yang sedang kelelahan mengejarnya, aku juga nggak berharap kak sasya berbalik badan lalu mengulurkan tangannya dengan maksud agar kami bisa berlari bersama.

Kak sasya sangat sempurna sangking sempurnanya aku sampai tidak bisa memandangnya secara langsung, entah mungkin kalian bosan dengan perkataanku ini, yang jelas aku akan menjadi sosok yang emosional kalau itu sudah menyangkut kak sasya.

Dan sekarang tanpa aku minta, takdir mengarahkan kak sasya seolah ia berbalik lalu menghadapku, apa ini rencana tuhan? Padahal aku sudah pasrah dan memilih mundur, mencoba sebisa mungkin untuk tidak berbalik menghadap kebelakang, meski berat tapi itulah kenyataan yang aku harus hadapi sekarang.

Kak sasya tinggal di samping kamarku, aku merasa jadi deg-degan setiap kali menghadapkan badan kearah tembok penyekat antara aku dengan kak sasya, aku jadi gugup ketika hendak pergi keluar karna aku harus terlebih dahulu melewati kamarnya, kadang-kadang pintu kamarnya terbuka, aku nggak berani noleh sama sekali, tapi meski begitu aku tetap disapanya, suaranya yang khas menyebut namaku dengan lembut, aku menyukainya, aku menyukai kegilaan ini.

Saat jantungku berdegup kencang, dan konsentrasiku mulai menghilang itulah saat dimana kak sasya ada disekitarku, rasanya adrenalinku semakin lama semakin terpacu, aku jadi tidak segan-segan untuk menyatakan perasaanku padanya, apa aku bisa?

________

Kak sasya memintaku untuk menemuinya di kamar sepulang kuliah, entah sejak kapan aku mulai terbiasa berada disekitarnya, yang jelas aku akan selalu menuruti apapun yang kak sasya minta padaku.

Aku telah berdiri didepan pintu kamarnya kurang lebih sekitar 5 menit, orang-orang berlalu lalang memandangku aneh, tidak ada yang berani menyapaku karna memang kami tidak akrab atau bahkan mungkin tidak saling kenal.

Ku beranikan diriku mengetuk pintu kamar kak sasya tapi didetik berikutnya ku urungkan niatku itu, aku hanya tidak ingin mengganggunya yang mungkin sedang tidur didalam, itulah mengapa aku hanya berdiri dan tidak melakukan apa-apa.

Ku dengar suara kunci pintu yang hendak terbuka, ku putuskan mundur satu langkah agar dia nggak kaget dengan kehadiranku didepan pintunya. "Loh Icha! Udah lama disitu?" suaranya yang riang membuatku tersenyum dan menggeleng, aku dihadapannya menjadi sangatlah pendiam, tidak banyak mengeluarkan suara.

Dia menyuguhkanku beberapa makanan ringan, dan aku memberinya buah tangan yang ku beli disalah satu toko donat yang cukup terkenal, yang aku ingat dia dulu sangat menyukainya, setiap 3 sampai 4 hari sekali dia bisa mampir ke toko donat itu untuk hanya sekedar membeli donat bertopping greentea.

"Icha! Udah lama banget aku nggak beli donat ini, ya ampun aku suka banget cha sama donat ini, makasih ya" senyumnya sangat menusuk jantungku, aku harus mulai terbiasa dengan keadaan ini.

Aku mendengarkan dia bercerita Panjang lebar, aku tersenyum mengerti akan cerita-ceritanya yang telah dilontarkannya padaku, dia benar-benar tidak tau bahwa selama ini aku selalu berada dibelakangnya.

Entah bisikan dari mana, entah keberanian dari mana, dan entah kebodohan dari mana tapi mendadak aku mengatakan "kak sasya cantic" aku baru sadar dengan ucapanku sendiri ketika kak sasya mendadak menghentikan ceritanya dan beralih menatapku seolah berkata hah? Apa kamu gila?

Aku yakin kak sasya sangat amat mendengar ucapanku, tapi mungkin karna dia tidak ingin suasananya menjadi canggung maka dia berkata "e. eh.. iya cha? Kamu manggil aku?" aku Kembali menggeleng seperti tidak terjadi apa-apa

Aku pamit pulang, kak sasya berterimakasih dan aku membalasnya dengan senyuman. Kak sasya mengantarku dengan membuntutiku yang hendak keluar, tapi ketika diambang pintu seolah ada yang memaksaku untuk berbalik badan, akhirnya aku mengikuti intuisiku, aku berbalik kebelakang dengan mendadak seperti robot.

Alhasil kak sasya juga tiba-tiba menabrakku, dan aku memeluknya haha.. Tindakan bodoh macam apa ini? Waktu seolah berhenti beberapa detik dengan kak sasya yang mungkin shock dengan perlakuanku, aku menikmati tubuh kak sasya yang ada dipelukannku, jantungnya.. aku bisa merasakan detakan jantungnya yang berirama, meneduhkan.

Aku melepas pelukannya dengan mengatakan terimakasih kak dan dengan begitu aku berlalu pergi menuju kamarku.

______

Semua berjalan sebagaimana semestinya, Icha memberanikan diri berhadapan dengan Sasya, dan Sasya merasa kebingungan dengan sikap Icha.

Kebingungan tak bertuan melanda diri seorang sasya, sasya jadi merasa canggung jika berpapasan dengan icha tapi sebaliknya icha malah menjadi bersemangat jika bertemu sasya.

Icha bukanlah icha yang dulu, dan sasya masihlah seperti sasya yang dulu.

Dulu ketika sasya berlari meninggalkan icha, icha akan tetap memaksakan diri untuk berlari mengejar, namun sekarang ketika sasya sedang berlari, icha akan menghadang jalan sasya dengan cara berdiri tepat dihadapannya.

Sekiranya itulah gambaran icha sekarang, meski nggak banyak ngomong ketika berhadapan dengan sasya, ia lebih suka langsung berbuat sesuatu untuk sasya, seperti misal ketika icha memberikan jasa masak gratis disetiap minggu pagi atau memberikan jasanya untuk menjadi pendengar yang baik kapanpun yang sasya inginkan.

Dan hari ini, pagi yang cerah untuk menatap indahnya mentari. Icha bangun dengan senyum mengembang apik menghadap tembok kamar sasya, "good morning" itulah yang pertama kali ia ucapkan, seolah-olah memang sasya mendengar sapaannya tersebut.

Setelah cuci muka, sikat gigi, dan ganti baju, icha dengan semangat yang membara membuka pintu kamar dan betapa kagetnya ia ketika menemukan sasya yang berdiri tepat di depan pintu kamarnya.

"hai mau aku ketuk tadi.. eh udah nongol duluan hehe" icha tersenyum mendengar perkataan sasya, icha mempersilahkan sasya masuk, dan seperti biasa sasya mengoceh dengan santainya.

Ocehan random sasya berhenti ketika icha bertanya "kakak udah putus dari kak vino?" tercengang, itulah yang sedang menerpa sasya saat ini, memang icha tak pernah banyak bicara, tapi ketika ia sudah bicara maka sasya akan dibuat kaget dengan berbagai ucapan yang keluar dari mulutnya.

Lama tak menyaut akhirnya icha Kembali berucap "maaf~"

"eh.. nggak papa kok cha, aku sama vino udah putus lama hehe, aku kaget aja kamu kok tau aku pernah sama vino" icha Kembali tersenyum

"kakak kan dulu duta kampus" itulah yang selalu menjadi jawaban andalan icha, "kenapa kak putus? aku kira bakal langgeng terus loh"

Sasya diam sejenak lalu berkata "emang icha liat sasya sama orang itu cocok?" mendadak bernada manja membuat icha makin gemas dengan sasya "nggak! Icha nggak suka liatnya" kata icha dengan nada yang tak kalah manja

Kaget dengan respon yang diberikan icha, sasya malah semakin meladeninya "kenapa emang?" berpikir sejenak sebelum Kembali berucap "soalnya icha cemburu" kaget shock mendengar ucapan icha yang terlihat serius itu

"icha cemburu sama sasya? Icha suka sama kak vino?"

Dan dengan tegas icha menjawab "nggak kak, icha Sukanya sama kakak"

Jeder~ sangat jujur sekali kamu cha wkwk :)

___________

Maaf ya, sepertinya tulisan saya yang lalu-lalu benar2 bukan diri saya, saya terlalu memaksakan diri mempunyai gaya Bahasa seperti orang2 lain, tapi di chap ini mungkin jenis dan gaya tulisan saya sudah Kembali, dan saya menjadi diri saya sendiri di chap ini. Karna sebelum2nya saya merasa nggak enjoy, tapi di chap ini saya lebih nggak tertekan hehe maaf kalau nggak suka, saya masih penulis amatir, harap maklum.

Kamu pernah nggak sih jadi orang lain, terus ditengah perjalanan kamu cape sendiri dan malah ngerasa jati diri orang lain itu ngebebani diri kamu banget?

Kalau pernah, gimana cara kamu menyikapinya? Tetap menjadi orang itu, atau Kembali ke jati diri kamu yang sesungguhnya atau malah menggabungkan keduanya?

Makasih pemirsa pembaca, sekian.

Note: waktu saya tinggal < dari 4 bulan, enjoy your time gais.

Vous avez atteint le dernier des chapitres publiés.

⏰ Dernière mise à jour : Aug 03, 2020 ⏰

Ajoutez cette histoire à votre Bibliothèque pour être informé des nouveaux chapitres !

S:heOù les histoires vivent. Découvrez maintenant