Bagian 4 - Pertemuan Pertama

8.8K 77 11
                                    


“I’m gonna miss you Julia my love my love my love,” kata Andrea saat melihat Julia mengeluarkan koper dari kamarnya.

“Alah biasanya aku juga ga kamu anggap gitu, pas sibuk sama Ben hmm.” jawab Julia.

“hehe itu kan anu hmm” jawab Andrea kebingungan. “Jangan-jangan kamu pindah gara-gara aku ya Julia. Ahh..maafin aku. Aku salah apa Julia, aku salah apa?” rengek Andrea yang semakin erat memeluk Julia.

“Hahaha kamu itu lucu banget si haha ga lah, dijailin dikit kena. Dasar.” kata Julia sambil tertawa.

Muka Andrea langsung berubah datar dan melepaskan pelukannya, “Ga lucu tau.”
Terdengar suara ketukan di pintu masuk apartemen.

“Ini pasti supir yang dikirim buat jemput aku,”kata Julia sambil berjalan ke arah pintu.
Julia membuka pintu dan kaget dengan sosok seorang pria yang sedang berdiri di depan apartemennya.

Pria tinggi dangan badan prosposional itu mengulurkan tangannya “Hai, saya Devon. Kamu pasti Julia.”

Julia masih tidak percaya bahwa calon majikannya ada di depan apartemennya dan terlihat jauh lebih tampan daripada foto yang ditunjukkan Toni kepadanya. Wajah Devon lebih terlihat seperti orang barat daripada Toni, walaupun mereka adalah saudara kandung.
“Ahh iya saya Julia,” kata Julia membuyarkan lamunannya dan menjabat tangan Devon yang terasa lebih besar dan kokoh di tangannya.

Devon memberikan senyuman kepada Julia dan terlihat lengkungan di kedua pipi Devon yang menurut Julia sangat manis.

“Maaf sopir kami sedang tidak bisa jemput, jadi saya gantikan. Ga apa kan?”

“Iya tentu pak. Sebentar saya ambil barang-barang saya dulu.”

Devon mendengar sebutan “pak” yang diberikan Julia sangat lucu yang membuatnya tertawa kecil. Devon berumur 32 tahun tetapi banyak yang mengira dia masih berumur di akhir 20-an.

“Biar saya bantu,” kata Devon melangkahkan kakinya masuk ke dalam apartemen.

Andrea mengarahkan pandangannya kepada Devon dan tanpa sadar mengatakan “fuck” dengan pelan. Andrea tidak pernah melihat pria setampan Devon sebelumnya. Kecuali aktor-aktor Hollywood yang dia tonton di film tentunya.

Andrea mendekati Julia dan berbisik “Siapa dia? Apa kamu tidak mau mengenalkanku padanya?”

“Dia bosku,” bisik Julia

Julia mengambil dua koper dan 1 tas bahunya dan berbalik arah menghadap ke arah Devon. “Pak Devon, ini Andrea teman seapartemen saya.”

Andrea mengulurkan tangannya sambil menahan senyuman lebar yang terbentuk di wajahnya, “Andrea.”

“Devon,” katanya sambil menjabat tangan Andrea dan lagi-lagi mengeluarkan senyuman manis yang membuat Julia meleleh.

Julia seketika sadar bahwa pekerjaannya yang sebenarnya adalah untuk menggoda Devon. Bagaimana cara Julia menggodanya, jika berada di dekatnya saja sudah membuatnya gugup, pikir Julia.

Devon mengambil salah satu koper yang dipegang Julia, “Are you ready?”

Andrea menarik pelan ujung baju Julia, “sebentar pak, saya mau berbicara dulu sebentar dengan Andrea. Apa tidak apa-apa?”

“Tentu. Aku tunggu di depan. Nice to meet you Andrea. ” kata Devon meninggalkan Julia dan Andrea berdua.

Saat Devon sudah tidak terlihat, Andrea memecah keheningan, “What the fuck dude. Kamu mau tinggal serumah sama dia? Astaga beruntungnya dirimu Julia. Wait, jangan-jangan dia sudah punya istri?”

“Iya, dan pekerjaanku memang menjaga anaknya.”

“Oh my god. Just marry him. Jadi istri kedua ga apa deh. Nanti aku istri ketiga.”

“Heh ngawur, jangan keras-keras nanti kedengeran. Ben mau kamu apain?”

“Yaudah suamiku ada dua ga apa-apa kan?” kata Andrea sambil tertawa pelan. “Aku bakalan rindu kamu deh. Kalau ada libur pulang kesini ya? Please..” rengek Andrea.

“Iya, iya. I’ll miss you.” jawab Julia sambil memeluk Andrea.

“Kamu jaga diri baik-baik.” kata Andrea di sela-sela pelukannya.

Setelah Julia meninggalkan Andrea dan apartemennya, kini Julia sedang duduk di kursi depan mobil sambil bingung harus mengatakan apa untuk memecah keheningan yang menurutnya cukup canggung. Beruntungnya akhrinya Devon yang mengatakan sesuatu terlebih dahulu. Sebelumnya Devon sebenarnya terganggu dengan paha Julia yang terlihat di rok jeans yang Julia kenakan.

“Kamu mau pilih lagu apa?” katanya sambil tangan kirinya mencoba memilih lagu.

“Terserah si pak.”

“Oh ya jangan panggil Pak lah, saya jadi ngerasa tua.” kata Devon dengan lagu Halfway Right milik Linkin Park berputar di mobilnya.

“Saya bingung sebutan apa yang lebih sopan soalnya pak,” jawab Julia sambil tertawa pelan.
Devon juga tertawa mendengar jawaban Julia. Julia memang tinggal di ibukota, tetapi menurut Devon sikapnya sangat sopan. Devon berpikir semoga anaknya bisa tumbuh menjadi anak-anak yang sopan seperti Julia juga.

Setelah perjalanan sekitar 1 jam akhirnya mereka sampai di rumah yang begitu megah. Bahkan jarak gerbang masuk dan rumah cukup jauh karena terbentang halaman yang luas.

Julia menarik nafas panjang saat keluar dari mobil, “Wish me luck,” bisiknya pada dirinya sendiri.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 10, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Sang PenggodaWhere stories live. Discover now