"Rasya lagi pdkt an tuh, lo kapan?"
celetuk Davin. Cowok yang duduk di depan Arkan itu tampak menaikkan satu alisnya.

Dia tidak menjawab perkataan Davin, melainkan melihat satu objek yang berada cukup jauh dari tempatnya kini.

"Kapan lo pindah?" Regan bertanya. Dan Arkan pun mengalihkan perhatiannya.

"Lusa."

"Kemarin lo nolak buat mimpin perusahaan, kenapa sekarang lo berubah pikiran?

"Tau tuh, lo bahkan sampe nggak pulang ke rumah gara-gara itu." sambung Davin, sembari mengingat-ingat Arkan yang tidak ingin pulang ke rumah dan memilih untuk menghabiskan malam bersama Bella di taman kala itu.

"Kalo perasaan aja bisa berubah. Kenapa pikiran nggak?" balas Arkan lalu berdiri dari duduknya.

"Mau kemana lo?"

"Ada urusan, gue minjem motor lo." kata Arkan sembari menyambar kunci motor Regan yang tergeletak di atas meja. Tanpa mendengar persetujuan Regan, dia berlalu pergi begitu saja.

****

"Iya, Sha?" tanya Bella pertama kali saat Shae meneleponnya.

"Kak, Om surya udah di rumah, mereka juga udah bantu kita ngemasin barang. Kakak kapan pulang?"

Bella melangkah pelan menyusuri koridor kampus bersama Merza. Karena kelas mereka telah usai, mereka pun berjalan beriringan menuju parkiran.

"Ini udah mau pulang kok, kamu tunggu aja ya."

"Iya kak, hati-hati ya." ucap Shae lalu menutup panggilan.

"Dari Shae?" tanya Merza seraya membuka pintu mobilnya.

"Iya. Barang-barang di rumah lagi di susun sama mereka."

Merza mengangguk paham. Dia hendak masuk ke dalam mobil, begitu pun dengan Bella, namun lagi-lagi ponsel ber-case cokelat itu berdering.

"Bell, lo harus ke taman belakang sekarang!"

Dahi Bella tertaut sempurna saat mendengar ucapan Davin.

"Kenapa?"

"Arkan sama Rasya berantem! Gue sama Regan nggak bisa misahin mereka, udah cepetan lo ke sini sebelum dosen tau!" ucap Davin dengan intonasi sedikit keras, setelah mengatakan itu dia langsung memutus panggilan.

Bella diam dan melihat layar ponselnya yang masih menyala. Antara ingin datang atau tidak. Karena dia sudah berjanji untuk tidak ingin bertemu Arkan lagi.

"Siapa yang nelpon?" Merza menghampiri Bella yang masih saja diam dengan wajah seolah berpikir.

"Bell," panggil Merza.

"Gue harus pergi sekarang. Lo pulang duluan aja ya, Za!" ucap Bella lalu berlari ke arah kiri, tepat menuju ke taman belakang kampus.

****
"Ck, nggak ada gunanya lo mukulin gue! Percuma, gue nggak bakal lepasin dia!" kata Rasya dengan tersenyum miring.

Kedua tangan Arkan terkepal sempurna. Tatapan tajamnya sudah cukup menggambarkan bagaimana suasana hatinya saat ini.

"Ayo! Kenapa lo diem? Udah nyadar karna lo nggak ada hak buat ini?" Rasya berkicau lagi, membuat Arkan ingin kembali memukul wajah cowok itu, namun belum saja itu terjadi, ada satu tangan yang menghalanginya.

"Lo itu apa-apaan sih? Kenapa lo mukulin dia?!" Bella berucap dengan nada keras. Dia menghampas tangan Arkan, dan menatap tajam kedua bola mata cowok itu.

Sedangkan di belakang mereka, Rasya yang sudah tampak babak belur pun dibawa oleh beberapa orang yang ada di sana. Dan kini, yang tertinggal hanya mereka berdua.

Miserable 2 Where stories live. Discover now