"Pake nanya! Seharusnya lo biarin aja dong foto si nenek peot terpampang indah di sana! Biar dia tau rasa!"

Bella terdiam sebentar. Dia menatap ke arah tempat sampah itu dengan wajah yang seolah sedang memikirkan sesuatu.

"Gue pernah ada di posisi dia."

"Maksud lo?"

"Di permaluin di depan umum." jawab Bella pelan. Lalu arah pandangannya pun beralih melihat Merza yang masih memasang wajah bingungnya.

"Udah deh nggak penting. Lupain aja," kata Bella seraya terkekeh pelan. Dia pun mulai melangkahkan kaki hendak menuju kantin.

Sedangkan Merza masih menatap punggung kecil Bella yang perlahan mulai menjauh.

****

"Lusa gue berangkat." perkataan Bella yang tiba-tiba itu berhasil membuat Merza tersedak minumannya sendiri.

"Lusa?"

Bella mengangguk sambil melahap nasi gorengnya.

"Cepet banget ih! Jadi ini hari terakhir lo kuliah di sini dong?

Bella mengangguk lagi.

Merza menekuk wajahnya. Tangannya kini tak henti mengaduk asal minuman berwarna orange itu.

"Tenang aja, gue nggak bakal ngelupain lo. Kita kan cuma beda negara doang, bukan beda alam." ucap Bella dengan tertawa kecil.

"Beda negara apaan nih? Siapa yang mau pindah?" celetuk seseorang yang tiba-tiba datang lalu duduk tepat disamping Bella.

"Eh, Rasya. Gimana adek lo?"

Pertanyaan Bella membuat dahi Rasya mengerut.

"Lo tau kalo gue keluar kota karna adek gue sakit? Tau dari mana?"

"Iya dari pembantu rumah lo. Kemarin jam tangan lo tinggal di rumah gue, makanya gue dateng ke rumah." jelas Bella, dan Rasya pun mengangguk.

"Jam tangan? Tinggal di rumah?" Merza bergumam dengan mata menyipit menatap Bella dan Rasya bergantian.

"Lo ngapain ke rumah Bella?"

Rasya sudah berniat untuk menjawab, namun Bella terdahulu oleh Bella.

"Nggak ngapa-ngapain. Cuma mampir bentar karna kemarin pas dia nganter gue pulang lagi ujan deres."

Mendengar jawaban Bella, Merza pun mengangguk pelan. Namun tetap saja, dia yakin jika ada yang tidak beres.

"Bell." panggil Rasya dengan mata yang menatap dalam kedua netra cokelat Bella.

"Hm?"

"Kalo ada cowok yang nyatain perasaan ke lo gimana?"

Bella yang tadinya hendak meminun jus stroberinya pun menghentikan gerakan. Ia menoleh ke arah Rasya.

"Mungkin bakal gue tolak."

Rasya terkekeh pelan mendengarnya.
"Masih berharap sama dia?"

Seketika suasana di sana terasa canggung. Merza yang sedari tadi menyibukkan diri dengan memainkan ponselnya pun menjadi tidak tenang.

Mata cokelat redup milik Bella tampak menatap kearah lain, lalu kemudian beralih menatap Rasya.

"Kalau mungkin, gue bakal jawab iya."

****
Cowok yang memakai baju kaus hitam lengan pendek itu memasuki pintu kantin dengan menyandang tas ransel di bahu kirinya.

Seperti tadi, beberapa mahasiswi pasti melirik ke arahnya. Sudah biasa memang, namun kini tampaknya tidak biasa.  Foto-foto Audy yang tiba-tiba ada di mading. Itu pasti penyebabnya.

Miserable 2 Where stories live. Discover now