Ex Boss

1.2K 113 4
                                    

Sebulan sebelum Hinata masuk NB.

Tirringg! Tiiriiriinggg!

Dering jam menggema. Memekik tajam, membangunkan Hinata dengan berisik. Dan hal pertama yang ia lakukan saat bangun pagi, ialah mengecek layar ponselnya. Membaca sebuah pesan yang membuatnya mengucek mata berungkali.

Xxx

Hinata datanglah lebih pagi! Hari ini Big Boss datang! Dan kita harus menyambutnya.

Singkat. Padat. Jelas. Dan mampu membuatnya lompat dari kamar tidurnya. Bergegas lari menuju kamar mandi. Menyeleseikannya dengan waktu lima menit. Tanpa membasahi tubuhnya. Hanya gosok gigi dan membersihkan wajahnya. Ia bahkan merias wajahnya asal. Mengangkat rambutnya dengan cepat, hingga anak rambutnya menyembul ke atas. Dan menyambar tasnya asal. Berlari sambil memakai haknya.

"Hinata!"

Seketika ia berhenti. Mendengar suara yang membuatnya menggeram. "Masih terlalu pagi untuk bertemu sih bangsat!". Ia pun berbalik. Menatap tajam surai merah yang mendekatinya. "Apa lagi sih!"

"Kembalikan uangku!"

Hinata menatapnya cengo. Mencoba mengingat uang apa yang ia maksud.

"Semua yang kamu pakai! Baju! Tas! Sepatu! Bahkan celana dalammu pun dibeli dari uangku!"

"What.... The.....Hell..... jadi... kamu ingin membahasnya sekarang!" Pekik Hinata.

"Ya!"

Hinata menatapnya nyalang. Sedikit mengankat jari telunjuknya tepat di dada mantan Kekasihnya. "Apa kamu lupa..... Sex doll yang kamu beli juga menggunakan uangku!" Desisnya.

"Ck! Uangmu tidak seberapa dengan apa yang kamu pakai sekarang!" Pekik Sasori yang tak kalah tajam.

Hati Hinata berdenyut kencang, mendengar pernyataan yang cukup menyakitkan sang mantan. Apa dia tak cukup membuatnya kesal dengan hobinya yang sangat aneh. Bermain sepanjang waktu dengan Sex Dollnya. Dan setelah hubungannya kandas secara sepihak, dengan seenaknya dia meminta apa yang telah di berikannya dulu. Sementara Hinata tak meminta apa yang telah ia berikan untuk sang mantan. Rasanya, ia seperti di permainkan oleh sang mantan. Seperti pepatah, Habis manis sepah di buang. Awal yang manis akhir di telantarkan. Hingga terbesit di fikirannya, semua cowok sama saja. Tak ada yang tulus. "Fine! Akan aku kembalikan semuanya!". Ia menarik kencang tangan Sasori. Membawanya ke dalam Apartemenya. Serta membuka cepat semua barang pemberian Sasori. "Nih!" Menghentakkanya tepat di wajah Sasori. "Jangan mengganggu Hidupku lagi!" Desisnya.

Sasori tersenyum. "Tenang saja, aku takkan mengusik hidupmu!" Ia memeluk erat Kotak barangnya. "Ini semua akan kupakaikan pada Chibi!"

Hinata semakin mengatupkan rahangnya. 'Dasar Maniak!' Umpatnya. Ia menutup kasar pintu Apartemennya. Dan segera memakai bajunya dengan cepat. "Ck! Aku bisa telat gara - gara Nyamuk!"
.
.
.
30 menit kemudian.

Hinata sampai di kantor tanpa melihat jam di tangannya. Ia sibuk merapikan baju dan rambutnya. Hingga langkahnya sampai tepat di depan Loby, ia berhenti. Terkejut dengan deretan karyawan yang tanpak membungkuk hormat pada sosok yang berada di ujung tepat ia berdiri. 'Mati aku!' Fikirnya. Ia meneguk salivanya dengan kasar.
Menatap wajah yang masih membelakanginya. 'Aku masih punya kesempatan!' Fikirnya. Dengan cepat ia berjalan kesamping. Menunduk dalam. Berharap sang Big Boss tak menyadari.

Tap tap tap

Suara langkah tegas terdengar, mulai mendekatinya. Dan masih berada di posisinya. Hingga matanya menemukan sepasang sepatu tepat berada di depannya. Menghirup aroma yang mulai memasuki indera penciumannya. Namun sedikitpun ia tak berani mendongak.

Night ButterflyWhere stories live. Discover now