Morning ***

1.4K 105 10
                                    

Selamat malam minggu bagi yang merayakannya. Wkwkwkwkw!

Happpyyyy Readinggg guys!!!
Jangan lupakan tombol bintang!
Hahahaha ngarep!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.








Menjelang pagi. Sasuke bangun lebih awal. Tubuhnya di biarkan setengah telanjang dengan perut sampai ujung kaki terselimuti kain tebal. Begitu pun dengan kondisi Hinata yang sengaja ia 'Telanjangi'. Tanpa sehelai benang pun, namun sang gadis masih setia dengan dunia mimpinya. Bahkan tanpa sengaja, sang gadis memeluknya dengan erat. Seakan tubuhnya guling besar pengantar tidurnya.

Tapi Sasuke.... menyukainya, sengaja ia tumpu kepalanya. Menyamping-menatap wajah lelap Hinata. Tanpa gengsi, ia menyingkap helaian rambut itu. Maka sepenuhnya wajah tirus sang gadis terlihat sepenuhnya. "Ne...... Kamu memang tidak seperti dulu.... tapi perasaanku masih sama. Tak berubah sejak pertama kali kita bertemu!" Ucapnya perlahan.

Ia mengusap pelan wajah tirus itu. Membayangkan kembali ingatan saat ia bertemu dengan Hinata. Saat itu, saat dimana ia baru pindah sekolah dan menemukan gadis dengan sikap penolakan tingkat dewa. Ia mengenang, bagaimana sikap kasar Hinata dulu. Dia bukan hanya membuatnya malu di acara pensi melainkan menolaknya secara terang - terangan cintanya. Ia ingat saat dimana ia menyatakan cinta di atap sekolah dengan panorama senja yang sangat ia nantikan. Tapi sang gadis melakukan hal yang tak pernah ia duga. Ia tidak hanya di tolak namun juga di tampar. Menuduhnya seolah pernyataan cinta itu hanyalah bualan semata, padahal jelas memang ia tulus. Yah.... meskipun ia sadar caranya yang salah.

Bibirnya melengkung, kala mengingat sikap angkuhnya dulu. Ia memang jatuh cinta pada Hinata namun ia mendekatinya dengan berpura - pura terus jail pada Hinata, padahal tingkahnya tak pernah berhasil. Karena Hinata selalu tak peduli padanya. Dan sikap itu malah semakin membuat Sasuke semakin penasaran padanya. Tak peduli seberapa besar rasa malu yang ia terima, yang terpenting baginya adalah. Moment kebersamaanya dengan Hinata.

"Aku bersyukur bisa bertemu lagi denganmu. Tapi...... kenapa kamu memilih pekerjaan ini.....!" Jemarinya terhenti di ujung rambut. "Apa yang membuatmu rela menjual tubuhmu?". Sorotannya menyenduh. Menatap iba dengan penuh kasih sayang dan mengecup pelan dahinya.

Cup.

"Hnnmmm!"

Pergerakan Hinata membuatnya melonggarkan pelukannya. Menunggu reaksi apa yang akan di tampilkan Hinata.

Ia menggeliat pelan. Merentangkan tangan dan membuka matanya perlahan. Suasana asing yang sering ia temukan membuatnya menjadi terbiasa. Tak lagi terkejut seperti tempo dulu. Namun sayang..... ia masih terkejut. Terlonjak kaget bukan karena ranjangnya, melainkan sosok yang ada di sampingnya yang menatapnya dengan pandangan yang sulit di artikannya. 'Astaga! Aku lupa belum servis dia semalam!' Fikirnya. Bibirnya terkatup rapat. 'Dia pasti marah!' Lanjutnya. Dan ia mengalihkan pandangannya. Menatap tubuhnya yang sudah telanjang. 'Tapi bajuku! Ap-' fikiranya terhenti kala Sasuke mulai bersuara.

"Kamu belum melayaniku!"

"Tidak mungkin"

Kedua alis Sasuke menukik. "Maksudmu?"

"Kalau belum Servis, kenapa aku telanjang!" Kilahnya.

"Ck! Mana ada maling ngaku!"

"Lah apa hubungannya sama maling! Toh aku punya bukti.! Kamu bisa lihat sendiri tubuhku telanjang!" Ucapnya sembari membuka seluruh selimutnya. Hingga perlahan terlihat, Sasuke hanya mengenakan Celana dalamnya saja.

Night ButterflyWhere stories live. Discover now