Mr. SOP

1.1K 116 11
                                    

Hinata memandang langit dengan bosan. Mengetukan ujung sepatunya dengan cepat. Sementara wajahnya di tekuk masam. "Ino, keterlaluan! Membuatku menunggu terlalu lama!" Gumannya pelan.

Srek!

Suara kursi bergesek membuatnya melirik ke depan. 'Ck! Menyebalkan!' Fikirnya.

"Hei Manis!" Sang pria cantik menatapnya berbinar. "Pagi pagi ko' Cemberut. Kenapa!"

Hinata membuang pandangannya. Menatap kembali hamparan langit yang mulai berwarna biru cerah. Dan sedikit meremas jemarinya. Yah! Ini yang membuatnya malas menginap di apartemen sahabatnya. Yang sudah pasti masih satu atap dengan saudara laki - lakinya. Dan sekedar informasi, kakaknya Ino bersahabat baik dengan mantannya yang maniak boneka. 'Ck! Memikirnya saja membuatku muak!' Fikir Hinata. Bagaimana tidak! Ia masih kesal dengan sang mantan yang lebih memilih Sex Dollnya dari pada dia. Dan sekarang rasanya enggan untuk menanggapi godaan kakak sahabatnya.

"Hmmm begitu yah..... sekarang sudah lupa yah sama aku! Apa sebegitunya kamu marah sama Sasori sampai aku juga di cuekin gituh!"

"Ck! Jangan menyebut namanya di depanku, Dei!" Delik Hinata.

"Well! Sikapmu mengatakan kamu masih berharap sama dia!" Ia berdiri. "Benarkan Hinata?"

Hinata hanya terdiam. Namun menatapnya tajam.

"Dan bisa jadi, kalau dia minta jatah juga pasti di kasih sama kamu kan?".

Seketika emosi Hinata tersulut. Dengan cepat ia meraih gelas di depannya dan menumpahkannya di wajah Deidara. "Itu untuk mulut sampahmu!". Berjalan cepat menemui Ino.

Sementara Deidara menggeram. "Ck! Dasar Sadako!"
.
.
.

Blam!

Suara pintu tertutup mengagetkan Ino. Ia menatap wajah yang bersungut padanya. "Kamu kenapa sih Nat!"

"Kamu yang kenapa! Make Up aja pake lama!" Ia menghentakkan pantatnya pada ranjang. "Kau tahu! Saudara Gay mu hampir saja menggodaku!"

"Yah... tinggal cuekin aja Nat!" Ia menghapus sisa maskara yang tercoret di wajahnya.

"Sudah! Tapi mulutnya masih lemes. Masih saja bahas Mantan!"

"Terus kamu tanggepin!"

"Gimana gak di tanggepin, dia masih mengira aku ngasih jatah sama si maniak itu! Lagian aku heran sama kamu, kenapa juga masih nampung benalu di sini!"

"Dia saudaraku satu - satunya yang masih hidup Nat. Yah..... meskipun cuma bisa merepotkan aku saja sih!" Ia mulai menata rambutnya. Mengikatnya ke atas dan membersihkan sisa Make Up yang menempel di bajunya. Dan berdiri. "Yuk berangkat!".

"Hn! Jadi apa yang membuatmu lama pake Make Up?"

"Alis." Celetuknya.

"Alis?"

"Yah. Aku harus memeriksanya beberapa kali agar sejajar yang satu dengan lainnya. Membuatnya terlihat tajam dan juga akurat."

"Ck! Merepotkan!"

"Kurasa tidak! Lagi pula jika hasilnya baik untuk Klienku, kenapa tidak?".

Hinata menatapnya jengah. Berdebat dengan sahabatnya sudah pasti hasilnya dia yang akan kalah. Hingga perjalanan mereka pun telah sampai di lantai 2 NB.

Mereka tengah duduk di antrian. Menunggu giliran untuk di beri penanda karyawan NB.

"Aku sudah pesan Nomornya lewat akunku!" Celetuk Ino. Menyibukkan jemarinya di layar Smartphone nya. "No 15!" Gumannya. Dan meletakkan kembali ponselnya di dalam tas. Menengadah ke atas. "Ha.... sekarang baru No 13 jadi kita harus menunggu dua orang lagi!."

Night ButterflyWhere stories live. Discover now