Karya: Dika Putra
I
Di antara malam merah
Burung berkicau duka
Kicau tanpa suara menyayat khayal
Tanganku ingin meraihnya
Burung hitam di antara ranting mengering
Kicau setajam bayonet di ujung senapan
Tapi
Ah
Itu bukan burung yang berkicau
Itu hanyalah seonggok daging yang membusuk
Dulunya itu adalah seekor burung
Dulunya dia berkicau dengan nyaring
Tapi dia sudah mati dirobek peluru
Ah
Tanganku juga hancur karena peluru yang mengoyak
Yang tersisa hanyalah sepotong tulang berlumur darah
II
Tubuh tak bernyawa para prajurit di medan perang
Terbaring diam di atas lumpur becampur mesiu
Tanpa nyawa
Mereka yang dibunuh perang
Juga hamparan indah yang dibunuh perang
Semua mati sia-sia
Akibat ego politikus
Juga ego mesiu untuk membunuh
III
Negeri berlumur racun perang
Air berduri runcing mengalir deras
Air yang dirindukan kelembutannya habis menguap
Air berduri runcing mengalir deras
Merobek kerongkongan sekali tenggak
Memberikan siksaan di setiap tetes
Nyawa melayang sia sia akibat perang dan racunnya
Membentuk gumpalan awan berwajah tersiksa
Lalu
Genangan darah mengalir pelan
Dari setetes menjadi sungai kecil
Dari sungai kecil menjadi danau
Dari danau menjadi lautan tak terhingga
Memberikan warna pada segala dengan merah dan kematian
Pilar api berkobar menerangi horizon di kejauhan
IV
Panggung kehancuran yang megah
Pengendali boneka gila perang
Boneka berwujud serdadu yang dipaksa oleh para pengendali
Saling membunuh hingga musnah
Saling menghancurkan demi kehancuran lainnya
Kegilaan di antara pembantaian dan penghancuran
Itulah simfoni neraka perang
Jerit kesakitan
Rintihan sekarat
Peluru merobek daging
Ledakan bom melelehkan daging
Gas racun membakar paru-paru
V
Sungguh tragedi
Mengerikan
Memilukan
Perang yang menjangkiti negeri
Seolah neraka telah dijatuhkan di atasnya
Kehancuran yang sempurna
Perang
Kamis, 23 Juli 2020
YOU ARE READING
Tiga Pujangga Seribu Rasa
PoetrySaat tiga penyair bergandengan tangan, terciptalah sebuah karya tiga rupa, tiga warna, tiga rasa. Hingga melukiskan sebuah puisi, menggoreskan semua isi hati yang seringkali berubah, menyusun semua rasa dalam bait-bait puisi, menyelipkan diksi dan m...