5|Si Putih Mungil|

Start from the beginning
                                    

Siang itu juga Green Mila bertanya tentang keberadaan Juliana pada beberapa murid yang mungkin tanpa sepengetahuannya gadis itu hadir dengan warna barunya. Seperti dirinya yang kini mencoba mengenakan pakaian merah muda, yang menurutnya serasi dengan kulit hijaunya. Namun kebanyakan dari mereka tidak tahu dan seperti yang selama ini ia lihat, bangku kelas Juliana selalu kosong pada akhir-akhir ini. Sehingga Green Mila tiba di sebelah Blackrider, kemudian ia mulai bertanya dengan permisi, lebih daripada peduli Blackrider bahkan balik bertanya.

"Kau mengenalnya?" Blackrider agak menyelidiki.

"Dia sahabatku," jawab Green Mila panik, melihat situasi itu akhirnya Blackrider memberinya sofa kosong, dan ia berpindah duduk ke sebelah Zombierange.

"Oh ya, aku Blackrider," Pemuda itu memulai perkenalan. "Dan dia sahabatku," Ia menatap Zombierange. "Namanya Zombierange."

Green Mila mendesah terkesiap. "Zombie-range?" tanyanya meyakinkan dengan putus-putus.

Zombierange mengerti apa yang membuat gadis itu amat terkejut, ia menyengir, kemudian mengangguk. Hal yang sama ketika pertama kalinya masuk sekolah atau kampus, baginya itu bukan hal baru.

Blackrider tersenyum pada Green Mila, sejenak menoleh menatap sahabatnya, lalu kembali menatap Green Mila. "Dia pernah mengatakan bahwa..." Ia menjulurkan satu tangan pada Zombierange, lalu menurunkannya, "...ayahnya bilang Zombie itu nama pahlawan Islam di Brazil," jelasnya.

Zombierange tergelak sebelum mulai bicara, kemudian mendongak menatap Green Mila. "Sejarah mencatat. Zombie adalah pahlawan Islam dari Brazil," Ia menarik napas lalu menghelanya. "Pada Tahun 1643, dengan gagah berani ia mendeklarasikan berdirinya Negara Islam di Brazil. Zombie bersama Ulama dan rakyatnya berjihad melawan penjajah Portugis. Namun kini oleh propaganda barat, namanya dijadikan sebagai makhluk pembunuh."

Zombierange tertunduk menahan kecewa.

Sedikitnya Green Mila merasa bersalah karena telah menganggap nama pemuda oranye itu buruk.

"Maaf," kata Green Mila akhirnya. "Sungguh namamu itu doa yang baik," Ia berharap bahwa Zombierange akan memaafkannya. "Dan terima kasih karena telah menjelaskan, jadi aku tidak salah paham lagi."

Zombierange mendongak. "Ayolah," katanya. "Itu bukan masalah, lupakan saja."

Pada Malam harinya Blackrider tengah duduk bersandar di bingkai tingkap kamarnya yang terbuka, berkirim pesan dengan akun Instacolor bernama Whitie_PalesWatn. Padahal ia menyimpan kontak gadis itu dengan nama Si Putih Mungil tanpa sepengetahuannya.

Assalamualaikum.

Jawabannya tertera sesaat kemudian.

Waalaikumussalam.

Aada apa, Blackrider?

Ibu Jari Blackrider menari di atas keyboard Miniseluler.

Maaf, sebenarnya aku ingin meminta tolong, tapi aku takut itu bukan bidangmu.

Watn mengernyit, ia berpikir sejenak, tidak mungkin ia bicara begitu kalau tidak mengalami masalah penting. Ia membalas:

Katakan saja, insyaa Allah aku bisa membantumu.

Pesan itu segera tertunda ketika Black Shawn, ayah Blackrider membuka pintu kamarnya.

"Kau belum tidur, sayang?" tanyanya, ketika mendapati jam dinding menunjukkan pukul sepuluh.

Blackrider segera menutup Miniseluler dan menyembunyikannya, ia merekahkan senyum. "Belum, Ayah," jawabnya.

Black Shawn dan Blackrider tampak seperti saudara kandung, karena usia mereka tidak begitu jauh, pernikahannya dengan Pinker Belle terbilang sangat muda, jadi wajar saja jika mereka sama-sama muda. Black Shawn menghampirinya, duduk di bingkai jendela sebelahnya.

"Sedang apa kau, Nak?" tanyanya.

Blackrider menyengir, ia menceritakan tentang hilangnya Juliana yang tak masuk akal pada ayahnya, dan ia berniat untuk meminta tolong pada sahabatnya.

"Bagaimana pendapat ayah?" Blackrider mengigit bibir, berharap bahwa tindakannya bukanlah sebuah kesalahan.

Black Shawn menatap Blackrider. "Berusaha untuk menemukan temanmu yang hilang bukanlah hal buruk," jawabnya berusaha menirukan lembutnya bicara Pinker Belle, namun seberapa lembut dirinya tetap saja takkan bisa sama dengan isterinya.

"Jadi?" Blackrider mengedikkan kedua alis.

"Tetap berhati-hati," kata Black Shawn. "Aku tak ingin kehilangan orang yang kucinta untuk kedua kalinya, tetaplah membuat permohonan."

Jawaban itu cukup membuatnya sadar bahwa sebenarnya ia juga tak menginginkan hal itu terjadi.

Seminggu setelah itu Watn ditugaskan untuk mengantar surat-surat penting kepada wali kota Kota Merah muda, rasanya adalah sebuah keberuntungan baginya untuk dapat datang ke sana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seminggu setelah itu Watn ditugaskan untuk mengantar surat-surat penting kepada wali kota Kota Merah muda, rasanya adalah sebuah keberuntungan baginya untuk dapat datang ke sana. Pagi itu juga ia tiba di Bandara Kota Coklat, berdiri di balik jendela sambil menggenggam gagang koper, senyumnya merekah, merekatkan satu tapak tangan pada kaca jendela. Ia telah mengetahui apa permintaan Blackrider padanya. Dengan segenap jiwanya ia bersedia.

Blackrider, aku akan datang....(*)

Wonder Colours: Fight in Color WorldWhere stories live. Discover now