"Loh ko kalian ga protes sama ucapan saya"

"Kita kan murid yang nurut sama gurunya"

Pa Diding hanya menggeleng kepala atas kelakuan muridnya.

"Kuis pertama. Kunci apa yang bisa bikin joget?"

"Loh loh ini mah kuis apaan"

"Sudah jangan banyak protes, silahkan yang bisa jawab"

"Kuncintai kamu seutuhnya"

"Huuuuuh dasar bucin"

"Potong kunci kucing kunci di panci, joko minta goyang, goyang empat kali. Geol ke kanan geol kekiri geol ke depan geol ke belakang lalalalalalalala..." ucap Reno cowok berbadan gendut itu tengah berjoget diatas meja dengan menggoyangkan pinggulnya mengikuti alunan lagu.

"Hahahhaha"

"RENO TURUN. MEJA NYA BISA REMUK ITU"

Reno turun dari meja dengan wajah kecewa, padahal dia kan hanya ingin menyanyikan lagu yang sering dia dengar, walaupun salah lirik dan nada.

"Yah penonton gue kecewa"

"Sudah ayok siapa yang bisa jawab, masa pertanyaan kaya gini kalian gak bisa, kalian itu penerus bangsa blablabla......" ucap Pa Diding nyerocos.

Semua murid menutup kupingnya yang berdengung, mereka memohon agar siapa saja bisa menghentikan suara kaleng rombeng Pa Diding.

Rangga yang sudah mual dengan suara Pa Diding pun berdiri, membuat semua murid menatapnya dan berfikir kalo cowok itu akan membuat ulah bukan menjawab kuis.

Dia berjalan keluar kelas dengan santai nya melewati Pa Diding begitu saja tanpa sepatah kata pun, murid yang lainya hanya melongo.

"Hehh Rangga ngapain kamu malah keluar kelas, ga sopan kamu yah" Pa Diding menarik kuping Rangga dan membawanya kembali masuk kelas.

"Aduduh sakit pa lepasin" rengeknya.

"Hahaha main main sama pa botak sih"

"Apa kamu bilang? Botak?" teriaknya marah.

"Lah emang bapak botak ko"

"FAJAR, MAJU KEDEPAN!"

Fajar menuruti Pa Diding diikuti Gavin dibelakangnya.

"Loh Gavin kamu ngapain maju?"

"Sahabat saya kan maju semua, masa saya mundur"

"Kita itu besplen pa, bapa mah lola ah"

"Diam kamu Rangga. Sekarang saya tanya, ngapain kamu keluar kelas tadi?"

"Loh kan tadi kata bapak yang bisa jawab angkat kaki, yaudah saya angkat kaki dari kelas. Emang saya salah ya?"

"Salah bego" ucap Gavin menonyor kening Rangga.

"Hahahha" semua penghuni kelas tertawa membuat seisi ruangan menggema.

"Semuanya Diam. Rangga kamu itu anak siapa sih?"

"Anak Bapak Dion dan Ibu Fitri. Kaka saya namanya Rafi adik saya namanya Rika. Kakek saya namanya Suproto dan nenek saya namanya kunti" ucap Rangga panjang lebar.

"Kuntilanak? Hahahaha"

"Heh kamu ini bikin kepala saya tambah pusing tau gak, ibu kamu ngidam apa sih?" tanya Pa Diding mengusap usap kepalanya yang pusing atas kelakuan Rangga.

"Ohh ibu saya dulu ngidam daun singkong mangkannya saya bisa se tampan ini"

"Tampan dari mananya? Ngaca Rang Ngaca" ucap salah satu siswi.

"Sudah makin ngawur kamu ini, sekarang saya hukum kalian lari lapangan 30 putaran. CEPAT!"

"20 aja deh pak yah, diskon dong"

"30"

"Yaudah 15 deh"

"30"

"10 yah"

"30!" geram Pa Diding.

"Yaudah terakhir nih terakhir, 5 putaran aja ya pak"

"30 putaran, CEPAT LAKSANAKAN SEBELUM KALIAN SEMUA SAYA SUNAT SEKARANG JUGA!"

"Kabuuuuuur"

Fajar, Rangga, dan Gavin berlari keluar kelas dia takut karena ancaman yang sungguh mengerikan dari Pa Diding.

***

Raina dan Senja sedang berjalan ke kelas setelah mengembalikan buku perpustakaan, tak sengaja saat melewati lapangan mereka melihat tiga orang cowok sedang berlari mengelilingi lapangan bahkan banyak siswi yang menonton.

"Lah itu kan Fajar, Rangga sama Gavin. Mereka pasti kena hukum"

"Kasian Fajar, gue mau beliin dia minum ah" ucap Senja berlari kearah kantin.

"Senja tungguin gue" Raina menyusul Senja yang sudah jauh tak terlihat.

Ada satu botol air mineral digenggamannya, Senja tak henti hentinya tersenyum membayangkan ekspresi Fajar kalo Senja sangat perhatian.

"Ngapain lo senyam senyum kek orang gila gitu"

"Gila karena cinta"

Kaki Senja seakan mati rasa dan tak mampu berjalan mendekati Fajar, pemandangan yang dia lihat saat ini sangat menyayat hatinya.

Botol yang ia pegang terjatuh begitu saja, hatinya sangat gerah melihat Fajar meminum air yang diberikan Salsa dan gadis itu tengah mengelap keringat Fajar.

Siapa yang tidak cemburu?

Bahkan Fajar tak menggubris dia hanya diam saja menerima perlakuan Salsa apa cowok itu sangat hobi membuatnya cemburu dan penyakit hati lainnya.

Saat Fajar menyadari kehadiran Senja, gadis itu langsung berlari tak tentu arah meninggalkan lapangan.

"Jingga tunggu" Fajar menghampiri Raina.

"Ngapain lo sama Salsa? Suka lo sama dia?"

Fajar diam dia tak mampu menjawab pertanyaan Raina, cowok itu mengambil botol air mineral yang tergeletak di atas tanah.

"Ini dari Jingga?"

"Yaiyalah masa dari jin" ucapnya Sinis.

"Lo tuh yah, hobi banget si nyakitin Senja. Kalo lo gasuka sama dia ya lo bilang jangan ngasih harapan palsu"

"Bacot lo" ucap Fajar berlalu.

"FAJAR LAKNAT" teriak Raina kencang hingga menggema dilapangan.

"Gausah teriak, suara kamu cempreng kaya radio butut krebek krebek" ucap Rangga menghampiri diikuti Gavin.

"Lo ngatain gue hah?"

"Ngg-ngga ko" ucap Rangga gugup saat mendapat tatapan tajam dari Raina.

"Nih buat lo aja" Raina menyerahkan air mineral ke Gavin dan pergi meninggalkan dua curut itu.

"Minum gue ini" rebut Rangga.

"Punya gue" tarik Gavin.

"Gue"

"Raina ngasih nya kan ke gue"

"Tapi Raina itu gebetan gue"

"Bodo, pokonya ini minuman gue"

"Gue"

"Gue"

Tiba tiba ada seseorang yang dengan gampang nya mengambil air minum itu dari tangan keduanya.

"RENO.." teriak Gavin dan Rangga bersama sama.










Ngakak ga part ini?
Jangan lupa Vote dan Komen nya ya guys⭐😚

Takdir Senja  ( END )Where stories live. Discover now