Bab 12

20.4K 1.7K 176
                                    

Yasmin menuju ruangan paling sudut di rumah itu hanya untuk mengawasi keluarga kecil Arion dari balik jendela, dia memilih untuk tidak kembali ke kamarnya karena khawatir Raven akan mengulang aksinya lagi. Lagi pula, salah satu kebiasaan Yasmin dalam tujuh tahun ini adalah menyendiri dan merenung dalam dunianya yang pekat, entah kenapa setelah peristiwa kehilangan calon anaknya pada saat itu membuatnya lebih senang sendirian dari pada berkumpul dengan orang-orang yang kerap menunjukkan kebahagaiaan, bisa jadi Yasmin hanya merasa minder karena kehidupannya tidak seberuntung kehidupan orang-orang di sekitarnya. Maka, tidak jarang pula dia menarik diri dalam pergaulan hanya untuk menyembunyikan masa lalunya yang kelam. Dan karena hal itu jugalah kepribadiannya yang dulu sangat periang kini berubah menjadi wanita pemuram, hingga kehidupannya yang sekarang pun tidak ada bedanya dengan kehidupannya yang dulu-tidak punya teman dan selalu sendirian.

Mata Yasmin terus mengawasi anak-anak yang berlarian, matanya berbinar hangat seperti tatapan seorang ibu yang tengah memperhatikan anak-anaknya bermain, tanpa sadar kejadian itu malah membawa ingatannya akan peristiwa yang menimpanya 7 tahun lalu, andai anaknya itu masih hidup pasti sekarang dia juga sedang berlarian bersama Edgar dan teman-temannya.

Mendadak kedua matanya yang terasa panas, melelehkan cairan bening yang sudah di tahannya sedari tadi.

Namun di saat yang sama dia mendengar sebuah suara dekhaman pelan di balik punggungnya yang menyentak kesadarannya dengan keras.

"Ekhemmm!"

Yasmin langsung buru-buru menghapus air matanya sebelum kemudian berbalik dan melihat seorang pria tengah berada di ambang pintu yang berjarak hanya beberapa langkah darinya.

"Sorry, aku tadi dari toilet dan ingin kembali sana." Pria itu menunjuk kearah jendela dengan dagunya. "Tapi malah tersesat hingga kemari."

Yasmin mengerjap. "Oh, kalau begitu biar aku yang akan tunjukkan jalannya," tawarnya setelah kesadarannya kembali.

Si pria mengangguk pelan seraya tersenyum, dia lalu menepi untuk memberi jalan kepada Yasmin. "Maaf, aku jadi merepotkanmu."

Yasmin menoleh di saat keduanya sudah jalan berdampingan menuju pintu yang menghubungkan ruangan tengah dengan taman belakang.

"Tidak apa-apa, anggap saja ini kewajiban tuan rumah dalam melayani tamunya." Yasmin memaksakan senyum. "Lagipula aku juga tidak sedang sibuk," lanjutnya dengan santai.

Si pria yang tidak di ketahui namanya itu tersenyum mendengar jawaban Yasmin, dia tidak membalas ucapan Yasmin melainkan hanya terus menatapnya-tanpa berkedip, seolah tidak ada yang bisa menarik perhatiannya selain kecantikan wanita yang tengah berjalan di sampingnya saat ini. Ketika Yasmin menoleh padanya, pria itu buru-buru mengalihkan pandangannya, gelagapan.

"Sudah sampai," kata Yasmin ketika mereka sudah sampai di beranda rumah.

Pria itu terkesiap sejenak dan di saat itulah dia baru menyadari kalau Yasmin telah membawa dirinya ke tempat tujuan.

"Thanks ya," jawabnya dengan sedikit salah tingkah.

Yasmin mengangguk pelan dan nyaris tanpa ekspresi sesaat sebelum ia memutar badan untuk kembali masuk ke dalam.

"Tunggu, kamu Yasmin kan?"

Pertanyaan tersebut sontak menghentikan langkahnya, Yasmin kemudian berpaling dan kembali bertatapan dengan pria itu yang juga tengah melihat ke arahnya.

Kening Yasmin berkerut, dia menatap pria itu dengan bingung.

"Aku Ken, kakak kelasmu dulu waktu SMA. Kamu tidak ingat, ya?"

Yasmin tercengang, menatap sosok tinggi gagah di hadapannya seraya memutar ingatannya.

"Kamu Ken yang....?"

Beautiful Mistake (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang