Bab 9

20.5K 1.6K 146
                                    

Yasmin berharap, dengan melihat air matanya saat ini, Raven akan mau melepaskannya. Tapi Raven tetap mengeraskan hatinya, tanpa belas kasih Raven bahkan sudah merobek bagian atas gaunnya.

"Apa yang akan kau lakukan?" Tanya Yasmin dari celah bibirnya yang bergetar.

"Mengulang masa lalu," jawab Raven dengan suara parau, pria itu bahkan dengan kurang ajarnya mulai mencumbu area leher Yasmin.

"Ini tidak benar Raven, kita sudah selesai," kata Yasmin tegas, bagaimana pun dia harus tetap berusaha mempertahankan akal sehatnya di tengah cumbuan Raven yang memabukkan.

Namun seolah menulikan telinganya, Raven tidak juga menghentikan aksinya.

Yasmin mengerahkan sisa tenaganya untuk bisa melepaskan diri dari tindihan tubuh Raven yang kokoh dan berat, dia terus memukul-mukulkan kepalan tangannya pada punggung pria itu. Namun tetap tidak berhasil, Raven tampak penuh tekad untuk mengerjai dirinya. Hal itu membuat Yasmin semakin panik hingga dengan reflek dia melayangkan tendangannya pada selangkangan Raven dan berhasil membuat pria itu kembali mengaduh kesakitan.

Dengan cepat Yasmin berlari kearah pintu yang kuncinya masih menggantung disana, namun dia kalah cepat karena Raven sudah berhasil meraihnya kembali. Yasmin meronta-ronta dalam rengkuhan tangan kekar milik Raven yang melingkari bahunya dengan erat.

"Kita sudah tidak ada ikatan, tidak seharusnya kau melakukan ini padaku!" Ucapnya dengan terengah-engah.

Sayangnya kalimat itu tidak juga membuat Raven mau melepaskan Yasmin, malah kini pria itu sudah memepet Yasmin ke dinding. Dan kembali mengurung wanita itu dengan kedua lengannya, yang mana sengaja ia letakkan di samping wajah Yasmin yang sudah pucat pasi hanya untuk mengintimidasi wanita itu.

Sementara itu, kedua telapak tangan Yasmin terus mendorong dada Raven untuk memberi jarak di antara mereka.

Raven menarik salah satu sudut bibirnya, kilat gairah yang beberapa saat lalu Yasmin lihat di kedua mata Raven sudah tiada, berganti dengan tatapan penuh amarah seperti biasanya.

"Rasanya aku tidak percaya mendengar seorang gadis yang dulu pernah menjebakku dengan mencampurkan obat perangsang dalam minumanku, bisa mengatakan hal seperti ini sekarang. Ku pikir untuk wanita sepertimu ada ataupun tanpa ikatan harusnya tidak menjadi masalah bukan?"

Ucapan Raven langsung mengenai hati Yasmin, seakan Raven baru saja mengguyur kepalanya dengan seember air dingin hingga membuatnya membeku. Yasmin tidak tahu bagian mana yang lebih menyakitkan saat ini, cemoohan Raven mengenai betapa rendahnya harga dirinya di masa lalu atau kenangan lama mereka yang selalu saja berhasil membuatnya merasakan penyesalan mendalam di kehidupannya sekarang.

"Aku menyesal, Rav. Aku benar-benar menyesali kejadian itu," ucap Yasmin sungguh-sungguh, sesaat setelah ia berhasil menguasai dirinya kembali, kedua bola matanya yang berwarna merah karena menahan tangis kini menatap Raven dengan memohon.

Bukannya merasa luluh oleh kata-kata itu, Raven justru terlihat semakin berang. "Kau menyesal telah menjebakku atau menyesal karena telah membuat Gladis salah paham hingga membuatnya celaka?" Tanya Raven dengan gigi bergemalatuk.

Tanpa sadar jemari Yasmin meremas jas pria itu, hatinya selalu saja merasakan sakit yang luar biasa ketika dirinya kembali di ingatkan akan kejadian itu. Tapi Yasmin sadar, kalau melihatnya terluka adalah hal yang paling Raven inginkan, karena tujuan Raven memang untuk menyakitinya seperti biasa. Bahkan sudah sejak dulu pria itu selalu mengungkit-ngungkit peristiwa itu demi bisa melihatnya terpuruk.

"Aku menyesali keduanya, aku benar-benar menyesal, Rav!" Jawab Yasmin lirih. "Aku juga menyesal karena gara-gara melihat kejadian itu, Nenekmu sampai memaksamu untuk menikahiku." Yasmin menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan. "Tapi kau harus tahu, itu semua benar-benar di luar rencanaku. Aku tidak tahu kalau kejadian itu malah berujung fatal dengan kematian Gladis. Andai aku bisa memilih, ingin rasanya aku bertukar tempat dengannya saat itu, karena pasti tidak akan ada orang yang menangisi kematianku selain Kak Rion. "

Beautiful Mistake (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang