• 5 • Antara Lara

Mulai dari awal
                                        

•    •

Polisi datang dan Frank Harris―ayah tiriku (akhirnya aku ingat namanya)―yang menangani. Mereka berbincang di pojok, menyingkir dari khalayak. Sejumlah mata mencuri pandang di balik gelas minumannya, mencekoki keingintahuan yang tinggi. Terutama para wanita tukang gosip yang berkerumun di dekat meja hidangan, memasok isu-isu panas. Namun, tak ada alasan bagiku untuk melewatkan pembicaraan polisi―tidak akan ketahuan.

"Mr. Ives?"

"Bukan. Harris."

"Oh. Mr. Harris, saya Detektif Castor Krade. Chief Camille Ruth mengirim saya kemari." Pria ini mengingatkanku kasir Moorings, kafe nongkrong terbaik di Neotsborne, yang memiliki rupa ampuh untuk mengusir pelanggan. Yang ini versi tanpa tato. Dagunya tegas, janggut pirang tipis tumbuh di sana―sewarna dengan rambutnya. Matanya selalu terlihat membelalak, seakan pupilnya kalah saing dengan bagian putih mata. Aku sering menjumpainya bertugas ketika kami sama-sama mengusut suatu kasus. Dan kini aku yang menjadi kasusnya. "Hasil autopsi baru saja keluar. Keterangan sudah jelas. Nona Ives tewas seketika di tempat kejadian, kehabisan darah sebab pendarahan di kepalanya. Sebelumnya kami turut berduka."

"Terima kasih."

"Jika tidak mengganggu, bolehkah saya mengajukan beberapa pertanyaan?"

Harris menggosok-gosok rahang bawahnya. "Saya tidak yakin bisa membantu. Kami sudah lama tidak bersama, kau tahu."

"Sejak kapan?" Tangan Detektif Krade tersangkut di ikat pinggang, menyusupkan ujung kemeja yang mencuat keluar. Dia tipe orang yang memulai hari dengan penuh persiapan, tapi sepertinya pagi ini sang istri sedikit keliru menyediakan pakaian. Mereka semestinya mulai memilah-milah busana lama untuk disumbangkan.

"Satu tahun Januari kemarin."

"Seberapa sering kalian berkontak?"

"Dua bulan sekali?"

"Oke." Detektif mengangguk, kemudian melempar lirikan ke tempat Mom berada. "Aku perlu berbicara pada mantan istrimu."

Harris mengikuti pandangan pria tersebut. "Amisha masih syok."

"Tidak apa, bisa kuatasi. Ada yang harus kutanyakan langsung. Penting."

Ayah tiri mengiakan. Selagi si Polisi Kiriman melenggang pergi menghampiri Mom, seorang reporter tergopoh-gopoh menghampiri Harris. Memberinya kesibukan antara menanggapi dan menyampaikan beberapa kutipan, atau berusaha mengusir halus peliput berita itu.

Aku menyusul Detektif Krade, melanjutkan satu-satunya aksi yang dapat kulakukan. Apa lagi kalau bukan mencuri informasi.

"Musibah memang tak kenal waktu, bisa datang tiba-tiba atau bahkan lebih cepat. Tapi di lokasi sepi semacam ini, memungkinkan terjadinya kejahatan. Kami kesulitan melacak kendaraan itu, siapa yang mengemudi pun belum ada gambarannya. Oleh karenanya kami memerlukan beberapa data dari Anda." Ia duduk di bangku ottoman yang diseret dari pinggir pintu, menyerong ke arah sofa tempat Mom duduk. Obrolan dengan wanita yang sedang rapuh harus disertai adab, pembukaan manis kerap kali dibutuhkan.

Mom berpikir sejenak, memperhitungkan apakah sesi investigasi ini perlu sementara dirinya masih ingin berkabung.

Castor Krade kembali bersuara mengetahui Mom tak kunjung merespons. "Kami hanya ingin membantu mengadili tindakan yang menimpa putri Anda. Tabrak lari bukan masalah kecil, kami tidak bisa menutup kasus ini begitu saja. Kuharap Anda tidak keberatan."

After I DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang