Spin Off 5 : Pluemon (1 year later)

1.4K 79 0
                                    

Sebuah mobil audi berwarna hitam berhenti di depan lobby Rumah Sakit. Di bangku kemudi ada seorang pria memakai kacamata hitam sedangkan di bangku penumpang depan ada seorang remaja masih memakai seragam SMA nya sedang merapikan bukunya dan memasukkannya ke dalam tas selempangnya. "Kok tumben sih Mon kamu ijinin Pluem ambil shift di hari Valentine? Tahun tahun kemarin kamu pasti marah kalau Pluem gak libur di hari Valentine." komentar Gun, mami nya Gun sambil melepas kacamata hitamnya.

"Mon kan udah gede mi, masa Mon harus dituruti terus kemauannya, kasihan mas Pluem nya. Mon bisa urus diri sendiri, tapi orang sakit perlu diurus mas Pluem." selesai memasukan bukunya, Chimon merapikan rambutnya agar lebih rapi.

"Ya udah, kamu jangan lupa makan ya. Boleh makan bareng Pluem tapi kalo sampai jam 8 Pluem belum selesai, kamu makan duluan. Gak boleh telat makan, nanti kamu sakit. Boleh nginep tapi telepon mami atau papi dulu ya. Jadi kita gak khawatir."

"Siap, mi." Chimon mencium pipi mami nya lalu keluar dari mobil sambil tersenyum. Gun hanya menghela nafas pasrah melihat tingkah laku anak semata wayangnya yang terlihat sangat jatuh cinta dengan kekasihnya. 3 tahun yang lalu, Chimon meminta izin pada kedua orang tuanya supaya bisa menjalin hubungan dengan kakak sahabatnya, Pluem. Off dan Gun mengira Chimon hanya mengalami fase cinta monyet dan hanya akan bertahan sebentar. Tak disangka 3 tahun berlalu dan Chimon masih terlihat jatuh cinta saat tahun pertama menjalin hubungan. Gun juga bingung sendiri kenapa Chimon, anak yang sangat manja dan tak bisa diam, bisa bertahan dengan Pluem, anak yang super sibuk dan pendiam, namun Gun tidak berpikir terlalu jauh. Asal Chimon bahagia, itu sudah cukup.

Chimon berjalan menuju nurse station Unit Gawat Darurat, senyumnya melebar saat melihat Win sedang berbicara dengan salah satu perawat. "Kak Win!" Chimon menyapa nya sambil melambaikan tangannya.

Merasa terpanggil, Win menoleh dan tersenyum melihat Chimon melambaikan tangannya. "Oh, Mon!" Win pun berjalan menuju Chimon. "Mau nemuin Pluem?"

"Iya kak." Chimon mengangkat tas kecil yang sedari tadi ia bawa. "Mon bawa makan malam sama coklat buat mas Pluem."

"Makan malam Valentine di Rumah Sakit? Gak romantis banget sih Pluem." komentar Win dengan wajah tidak suka.

"Romantis lah, kan makan malamnya sama aku." jawab Chimon sambil tersenyum lebar.

"Dasar kamu bisa aja." Win pun ikut tersenyum mendengar kalimat Chimon. "Kamu nunggu di kamar Pluem?" tanya Win.

"Mas punya kamar sendiri?"

"Iya, mau liat? Yuk." Win pun berjalan keluar Unit Gawat Darurat dan Chimon mengikutinya dari belakang. "Pluem gak cerita kalo dia punya kamar sendiri?"

"Gak, mas tadi bilangnya Mon nunggu di kamar tidur dokter. Mon kira kamar tidur dokter yang buat rame rame yang biasa Mon datangi. Mas punya kamar sendiri?"

"Punya. Kamu tahu kan orang tua gue sesayang apa sama Pluem dan Janhae. Jadi mereka punya kamar sendiri." Win membawa Chimon ke lorong yang sepi, jauh dari keramaian dimana lorong ini mempunyai beberapa pintu. "Ini kamar Eyang. Udah jarang dipakai karena Eyang udah jarang praktek. Eyang sekarang praktek kalau ada kasus spesial aja." cerita Win sambil menunjuk pintu pertama. "Ini kamarku. Jarang kupakai juga soalnya tugasku di Rumah Sakit gak banyak dan aku jarang dapat shift malam" cerita Win sambil menunjuk pintu kedua. "Ini kamar Janhae. Akhir-akhir sering dipakai soalnya dia udah mulai praktek disini." kata Win sambil menunjuk pintu ketiga. Saat giliran pintu keempat, Win pun berhenti. "Ini kamar tidur Pluem sama Daddy New."

"Kamarnya mas berdua ama Daddy?" tanya Chimon sedikit kaget.

"Iya, makanya Pluem lebih suka tidur di kamar tidur dokter ketimbang tidur disini. Gak mau ganggu daddy nya katanya, tapi kayaknya kamu tahu lah ya alasan sebenarnya." Chimon tersenyum sedih lalu mengangguk pelan. Setelah perpisahan kedua orang tuanya, Pluem memang jarang sekali berinteraksi dengan kedua orang tuanya. Bukan karena Pluem bermusuhan dengan orang tuanya, bukan. Hanya saja Pluem takut lepas kendali mencurahkan kesedihannya di hadapan orang tuanya. Bagi Pluem, ia harus kuat untuk kedua adiknya. Chimon tahu Pluem sama bersedihnya seperti Nanon. Berada di dekat orang tuanya Pluem akan mengingat masa-masa mereka bersama dan meminta kedua orang tuanya untuk rujuk, dimana itu adalah permintaan egois bagi Pluem jadi Pluem memutuskan untuk tidak terlalu dekat dengan orang tuanya dan memilih untuk berjalan sendiri. Tidak, Pluem lebih memilih Chimon untuk menemaninya berjalan.

PerjodohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang