BAB 9

1.2K 74 4
                                    



***

Kita akan belajar percaya, jujur, dan menerima tentang masa lalu dirimu. Karena masa sekarang kamu adalah kamu, kamu suamiku dan aku istrimu.

***

Sepasang sepatu tersenyum menginjak lantai masa lalu. Berjalan dengan anggun seperti melewati para paparazzi di sampingnya. Mengetuk pintu tanpa suara, hanya senyum yang tersungging dalam bibir. Tak lama, pembantu rumah besar itu menatap wanita yang berpakaian modis di depannya dengan ragu.

"Mau cari siapa ya mbak?"

Wanita yang dipanggil mbak melepas kacamata dan menatap pembantu itu sejenak, "Tentu saja nyonya rumah ini, panggilkan dia dan bilang Devi ingin bertemu." Jawabnya sombong.

Pembantu itu pamit undur diri setelah menyuruh Devi masuk dan duduk di dalam.

"Deviii!!" Panggil nyonya yang ada di rumah itu dengan girang dan berlari kecil menghampiri Devi.

Devi tersenyum dan menghampiri pula itu nyonya. "Tante, Devi kagen banget sama tante." Ucap Devi dengan memeluk orang yang dia panggil tante.

"Tante jugaaaa, gimana kabar kamu?" Mereka berdua melepas pelukkan dan duduk sembari berpegangan tangan. Mereka saling melempar senyum hangat.

"Devi baik-baik saja tante. Kalau tante bagaimana?" Tante Sari tersenyum mendengar jawaban Devi.

"Tante baik, ahh tidak-tidak. Perasaan tente kurang baik sejak anak tante menikah dengan perempuan itu. Tante lebih setuju Zain menikah dengan kamu, Dev. Tapi, suami tante ngotot mau menikahkan Zain dan anak temannya. Pusing pokoknya."

Devi tersenyum tapi dalam hati dia puas dengan jawaban Tante Sari karena memang itu yang dia inginkan. Mereka tetap mengobrol dengan suka cita sembari membicarakan istri dari Zain, Nuha.

Brak. Pintu yang menabrak dinding pertanda bahwa orang yang sedang membuka pintu tadi sedang marah. Devi dan tante Sari menatap pintu dengan was-was, takut jika suami tante Sari pulang dan melihat Devi berada di rumahnya.

"Maaaaa! Mama di manaaa!!!!" Teriak Pina, anak bungsu dari tante Sari dengan kesal.

"Ada apa sayang?"

"Ituuu Maaa, aku kesel samaa kak Za.... Eh, kak Devi kok bisaaa....?" Kaget Pina melihat mamanya dengan mantan pacar kakaknya. Mata Pina berbinar, "Aku kangen tahuu kak." Peluk Pina dengan hangat.

"Kakak juga kangen Pina, gimana kuliahnya? Lancar?" Pina mengangguk tanpa menjawab, karena sekarang dirinya sedang penasaran dengan apa yang terjadi pada kak Devi dan kakak laki-lakinya sebelum mereka putus cinta di masa kelulusan SMA.

"Kok Kakak lama banget si ngilangnya? Banyak berita tahu sejak kakak hilang gitu aja. Apa lagi kak Zain, pas putus sama Kakak, dia di kamar terus sampe dua bulan tapi akhirnya keluar juga pas udah dibujuk Papa. Ya kan Ma?"

"Iya Devi, tante juga sedih banget kenapa kamu pergi dari sisi Zain. Padahalkan kalian ini serasi banget." Timpal tante Sari.

"Iya Tante, Pina. Maafkan Devi ya. Devi belum bisa ceria tapi Devi sekarang udah kembali, dan Devi juga udah sukses."

"Sukses?" Pina dan tante Sari bingung mendengar kata sukses. Pasalnya ayah Devi hanya supir angkot dan ibunya hanya ibu rumah tangga saja.

"Ah, iya tan. Sekarang Devi udah punya dua butik, satu di Bandung dan satunya lagi di Jakarta. Jadi selama Devi menghilang, Devi itu se...."

"Assalamualaikum."

Cerita Devi terpotong mendengar ada salam dari arah pintu, orang yang memberi salam masuk ke rumah itu dan mendapati mertuanya dan adik ipar sedang kedatangan tamu.

Peluk Aku dalam IstiqomahmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang