Part 24 | Return To The Original Body

146 61 4
                                    

Mungkin ini merupakan akhir dari kisah kita berdua. Terimakasih telah mengajarkanku apa arti perjuangan yang sesungguhnya.

~ Dania Putri Salsabilla ~

______________________________________

"Semoga tenang disana Niel." gumam Dania pelan. Namun tanpa ia sadari, Dimas mendengar gumamannya tersebut. Laki-laki tersebut menoleh ke arah Dania dengan raut wajah yang tidak bisa diartikan.

"Kamu kenapa dim?" ujar Dania. Gadis tersebut menyadari perubahan raut wajah kekasihnya itu. Dimas menggeleng. Kemudian lelaki itu tersenyum. Tak lupa ia berkata, "Gapapa."

"Oh iya, udah jam 10 lho. Mau balik ke Jakarta kapan? Besok Senin." ujarnya lagi.

"Balik sekarang aja kuy." ujar Abi sambil menepuk pundak Dimas. Dimas hanya menjawab pernyataan Abi dengan anggukan.

"Woe kumpul! Ayo balik ke rumah Dania." seru Abi memanggil teman-temannya yang lain.

Kemudian, mereka berenam pun  meninggalkan danau tersebut untuk kembali ke rumah Dania, dan pulang ke Jakarta.

***

Keenam orang yang sedang melakukan trip itu kini sedang sibuk berkemas sebelum pulang ke kota asal mereka. Begitupula dengan Dimas. Tampak laki-laki itu menepukan kedua telapak tangannya. Tak lupa keringat yang bercucuran di dahinya, menandakan bahwa ia lelah karena telah selesai berkemas.

Dania melihat raut lelah dari wajah sang kekasih. Ia menghampiri lelaki itu dengan selembar sapu tangan yang selalu ia selipkan di saku celana nya.

Tangan mungilnya bergerak mengelap pelan keringat yang menetes dari dahi Dimas. Perlakuan gadis itu membuat senyuman manis tercetak dari mulut Dimas. Dania segera memalingkan wajahnya ke lain arah untuk menetralkan degup jantungnya yang berdetak sangat kencang hanya karena diseyumi oleh Dimas.

"Ganteng banget sih." gumam Dania sangat pelan.

"Kamu kenapa?" tanya Dimas sambil tertawa ringan. Dania menggeleng. "Gapapa, udah ayok pulang." ujarnya sambil menyeret Dimas memasuki mobil.

***

"Dim, aku mau tanya." ujar Dania sambil menoleh ke arah Dimas yang menyetir.

"Apa?" jawab Dimas sambil tetap fokus memperhatikan jalanan.

"Aku heran, kamu kok bisa ganteng banget sih. Bunda dulu ngidam apa?" tanya Dania polos.

Dimas tertawa ringan. Tangannya beralih mengacak-acak gemas rambut Dania. "Udah takdir kali. Aku juga gak pernah tanya ke bunda soal itu. Kamu mau tanya sendiri?" jawab Dimas sambil menyerahkan handphonenya.

Dania menggeleng. "Masa aku yang tanya sih. Malu lah." ujarnya.

Lagi dan lagi laki-laki itu tertawa ringan. Dia sepertinya tak sadar kalau senyumannya bahkan tawanya membawa dampak yang dahsyat untuk jantung Dania. "Ya kalau aku nggak ganteng, gak mungkin bisa punya pacar secantik kamu." jawabnya, sedikit menggoda Dania. Ucapannya tersebut membuat gadis itu memalingkan wajah ke lain arah.

Kecanggungan pun terjadi diantara mereka berdua. Hingga Dania berkata, "Dim, mampir beli yoghurt di swalayan depan ya."

Dimas mengangguk. Ia segera memelankan laju mobilnya untuk menepikannya. Namun,

"Lho, kok rem nya blong!" ujar nya sambil berkali-kali menekan rem mobil dengan telapak kakinya. Ucapan lelaki tersebut, membuat Dania terkejut sekaligus takut. Gadis tersebut reflek memeluk Dimas sambil berdoa. Bayangan kecelakaan Daniel terlintas jelas dipikirannya.

THE PHILOMATH'S ✔️ Where stories live. Discover now