Part 37 | Pesan Terakhir

128 50 6
                                    

Note : Jangan lupa putar instrument yang tercantum di multimedia :))

Happy Reading!
___________________________________________

Suara gesekan brankar dorong terhantam lantai begitu keras. Fira menangis histeris saat mendapati putri semata wayangnya terbujur kaku dengan kondisi yang mengenaskan.

"DOK! TOLONG SELAMATKAN NYAWA PUTRI SAYA DOK?!" ujar Fira sambil menggoyang-goyangkan tubuh seorang dokter dengan begitu keras.

"DOK- hiks... Hiks... Hiks..."

"Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan putri ibu. Untuk para keluarga diharapkan menanti di luar," ujar dokter tersebut.

BRAKKK

"SEMUA INI TERJADI KARENA KAMU!" Fira mendorong tubuh Dania dengan begitu keras.

"Argh," ringis Dania kesakitan.

"SEMUA YANG MENIMPA FLARETTA SELALU DISEBABKAN OLEH KAMU DANIA?!"

Fira menatap tajam mata Dania. Ia semakin mengeratkan cekikannya pada gadis tersebut.

"KAMU DAN DESTI ITU NGGAK ADA BEDANYA!"

"SAMA-SAMA PENGHANCUR KEBAHAGIAAN ORANG LAIN!"

"ARGH! LE-LEPASIN A-AKU TA-NTE" ujar Dania. Gadis tersebut hampir kehabisan nafasnya karena Fira semakin mengeratkan cekikannya.

"NGGAK! KAMU HARUS MENGALAMI NASIB YANG SAMA DENGAN FLARETTA ANAK-KU HAHAHAHAHA!" murka Fira.

DORR

"JANGAN BERGERAK!" ujar dua orang polisi yang tiba-tiba saja mencuri tempat itu, dan memberikan tembakan peringatan. Membuat Fira langsung melepaskan cengkraman tangannya dari Dania. Dengan sigap kedua polisi itu segera memborgol kedua tangan Fira.

"LEPASIN GUA! ARGHH LEPASIN!"

"LIAT AJA LO DANIA DESTI! GUA BAKAL PASTIIN HIDUP LO BERDUA NGGAK BAKAL BAHAGIA SELAMANYA!"

"Uhuk-uhuk!"

"Dania, Lo nggak papa kan Dan?" ujar Beby dengan tatapan penuh kekhawatiran.

Dania menggeleng. "Nggak. Gua nggak papa kok Beb," ujar Dania meyakinkan.

"Beb."

"Kenapa Dan?"

"Ternyata bener kata Tante Fira, kalau kehadiran gua itu cuman sebagai penghancur kebahagiaan orang lain." Dania tersenyum miris.

"Ternyata bener kalau gua nggak berhak bahagia."

"Dan lo sal-"

"Nggak Beb."

"Mulai dari bokap gua yang ninggalin gua sama nyokap dari kecil, Daniel, Dimas, dan sekarang apalagi Beb?"

"Orang yang gua kira adalah sahabat gua justru menjadi penyebab seluruh masalah yang menimpa gua."

Dania menghapus air matanya. Kemudian ia tersenyum ringan. "Kalau kayak gini, buat apa gua hidup coba?"

"Kalaupun gua mati, kalian nggak bakal nyariin gua kan?"

"STOP DAN STOP!"

"STOP MENYALAHKAN DIRI LO SENDIRI ATAS SETIAP PERISTIWA YANG MENIMPA LO! ITU UDAH TAKDIR DAN!"

"LO BILANG ITU TAKDIR CEL?" Dania menunjuk dada Celin dengan tatapan tajam. "LO BISA BILANG KAYAK GITU KARENA LO NGGAK TAU GIMANA RASANYA JADI GUA CEL!"

THE PHILOMATH'S ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang