BAB XLII: Just, say good bye

Bắt đầu từ đầu
                                    

.

.

.

Pagi datang menyambut, sesuai gilirannya Lina datang untuk membangunkan nonanya setelah urusan dapur telah diselesaikannya bersama Amon dari pagi buta.

Tok tok tok

Setelah mengetuk pintu Lina masuk kedalam ruangan itu, menatap nonanya yang terlihat barusaja bangun dari tidurnya. Menghampirinya sambil tersenyum, Lina menyapanya.

"Selamat pagi nona, apa tidur anda nyenyak?" dan langsung saja mendapatkan gelengan dari Erza.

Lina mengernyit. "Apa ada yang mengganggu anda nona?" tanya Lina bingung, karena tidak biasanya dia mendapat jawaban seperti itu.

"Aku tidak bisa tidur karena memikirkan Vano" jawab Erza dengan wajah murung dan ada sedikit garis hitam di bawah matanya.

"Kalau begitu, nona harus bergegas mandi dan sarapan. Saya akan mengatakan pada Amon untuk mengantar anda" balas Lina sambil melipat selimut nonanya setelah itu membuka tirai balkon.

Gadis itu mengangguk angguk sambil berjalan menuju kamar mandi, segera membersihkan dirinya setelah itu memakan sarapannya lalu pergi ke rumah Vano.

.

.

.

Amon memperhatikan nonanya yang sedang memakan sarapan sambil tersenyum kecil diam diam, sedangkan Albert menatap gadis itu sedikit tercengang. Albert memang jarang melihat nonanya ini makan, mungkin hanya pada saat mereka membangkitkan sisi iblis nonanya.

Nafsu makannya sangat luar biasa, maka tak heran kalau Amon sedikit kebingungan saat membagi tugasnya. Antara perusahaan, kebutuhan, dan melindungi nonanya, dikerjakannya sendiri. Dan tak mengherankan juga kalau Amon sering memanggil anjing neraka itu untuk membantunya menghabiskan tulang tulangnya dan beberapa jiwa yang tak sanggup dimakannya karena kenyang.

"Ayo berangkat!" celetuk Erza tiba tiba membuat Albert tersentak.

Gadis itu langsung melenggang keluar dari dapur begitu saja tanpa menunggu jawaban yang diberikan Amon dan Albert.

"Baik nona" jawab Amon, segera mengikuti nonanya yang berlari keluar dan disusul oleh Albert.

Amon dan Albert masuk kedalam mobil menoleh kebelakang sejenak untuk memastikan nona mereka sudah memakai sabuk pengaman. Setelah itu Albert melajukan mobilnya keluar dari halaman.

Selama perjalanan Erza hanya diam tak mengatakan apapun, namun raut wajahnya terlihat cemas entah untuk apa. Amon hanya mengamatinya dari kaca belakang mobil, dia juga hanya diam sampai ponsel disakunya bergetar.

"Nona, tuan berpesan hati hati dijalan" ucap Amon setelah membaca sebuah pesan dari tuannya.

Erza lagi lagi mengangguk. "Katakan pada papa, jangan pulang terlalu malam" pesan gadis itu.

"Baik nona" jawab Amon.

Barms sekarang memeng berada di perusahaan, mengantikan Erza untuk menyelesaikan masalah disana. Karena beberapa tuduhan yang dilaporkan oleh Alex, tidak dapat diselesaikan Erza sendiri dan masih berlanjut sampai sekarang.

Dan tentu saja sebagai pemilik sah perusahaan yang sedang dijalankan putrinya, Barms turun tangan akan hal itu.

.

.

.

Erza mengernyit kebingungan mencari keberadaan Vano yang tiba tiba saja menghilang. Dia sudah datang ke cafe, namun cafe itu tutup. Dia datang kerumah Vano, tapi rumah itu kosong, bahkan tidak ada mobil yang terparkir digarasinya.

Gadis itupun sampai mendatangi satu persatu rumah karyawan yang berkerja di Choco Cafe milik Vano, tapi satupun dari mereka tak ada yang tau keberadaannya. Hanya kalimat 'Aku tidak tau' yang didengarnya saat Erza menanyakan tentang sahabatnya itu.

Dia pun pada akhirnya berputar lagi, Erza kembali ke rumah Vano. Duduk disebuah kursi yang berada di teras rumah itu. Menunggu sambil berharap jikalau Vano akan pulang sebentar lagi.

Tak terhitung hampir 5 jam dirinya duduk disana, sambil sesekali melirik kearah ponselnya. Bahkan pesan yang Erza kirimkan tidak satupun dibacanya, perasaannya semakin tidak enak sekarang.

Gadis itu bangkit dari duduknya, kembali melihat kedalam rumah Vano melewati kaca jendelanya. Didekatinya pintu itu lalu memutar knopnya.

Cklak!

Erza terdiam ditempat, disaat dia menunggu berjam jam diluar sambil melihat lewat jendela. Ternyata pintu rumah itu tidak terkunci. 

.

.

.

Tbc

Hayo, siapa yang mau protes sama aku karena gk update update:)

Mulai sekarang, aku kasih pengumumannya lewat profil aja. Karena kalau harus buat bab lagi yang isinya cuma pengumuman, nanti ceritanya ketimbun. Meski cuma kalian baca ngak papa, aku ngak masalah. 

Okey, aku sadar belum balas komentar kalian. Tapi sudah kubaca semuanya, dan ya semuanya waw. Selalu bikin aku ketawa sampai gk bisa tidur:) 

Maka dari itu aku kasih sedikit penjelasan, karena penjelasan ini sebenarnya ada di novel lain. 

Jiwa: yang kumaksud dinovel ini adalah nyawa seseorang. Dan sistemnya, sekali seorang iblis memakan jiwa manusia, maka akan terkirim langsung ke neraka (Yang dijaga Heronie).

Coklat pagi Erza: bukanlah susu, melainkan campuran darah beberapa manusia yang sudah dipanaskan oleh Amon. 

Amon: seorang pria, bukanlah wanita. Dia terbunuh dan kembali dihidupkan oleh Carl dengan syarat menjadi Demon guard (Iblis penjaga). 

Erza: seorang gadis cacat lahir yang hidup diambang kematian. Amon datang menawarkan perjanjian atas nama Heronie, untuk membiarkan gadis itu hidup dengan syarat menjadi Demon Blood. 

Demon Blood: diciptakan untuk menolong manusia baik hati yang hidup dalam ketidak beruntungan. Hanya manusia berhati paling murni yang hampir tak memiliki dosa, yang bisa jadi Demon Blood menurut peraturan yang dibuat Luis. 

Ini ceritanya yang bisa jadi Demon Blood itu hanya 2 orang dari seluruh dunia. Erza (Sniper Mate) dan Aira (The Red Girl). Tugas mereka adalah mengirim pendosa ke neraka secepatnya. 

Ada pertanyaan lain? 

Sniper Mate: Demon BloodNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ