09

53.1K 13.5K 14.5K
                                    

Malam jumat telah tiba~
Yang tidur sendiri...
Jangan lupa cek
Kolong kasurnya ya~























Sekarang hari sudah siang, hari ini adalah hari pemakaman Yangyang dan... Woobin, dua teman mereka yang meninggal dengan kondisi tidak wajar.

Acara sudah selesai beberapa menit yang lalu, tapi mereka belum pergi dari makam keduanya.

Iya, keduanya dimakamkan berdekatan. Jadi bila ingin berkunjung akan mudah dan tidak memakan waktu.

"Sung, terakhir kali lo bareng Woobin, kan?" Tanya Jungmo dengan mata sembab dan tatapan tajamnya.

Jisung yang ditatap begitu langsung menciut, Jungmo terlihat seram dengan matanya yang seperti itu.

"Jungmo, tenang dulu ya. Ini bukan salah Jisung," bujuk Hyunjoon karena tahu apa yang akan Jungmo lakukan selanjutnya.

"Kan emang bukan salah Jisung, tapi salah Jaemin," sahut Jihoon dengan sinisnya, yang disebut namanya langsung melotot tak terima.

"Apaan sih, gue kan gak tau!"

"Kalian kalau masih tau cara bersikap lebih baik diam," sela Felix dengan suara beratnya. Otomatis Jihoon dan Jaemin langsung diam, merinding cuy.

"Sebenernya, ada berapa setan sih? Soalnya di rumahnya Hyunjoon tadi malem ada, di depan rumah Jisung ada, dan di tempatnya Yangyang juga ada," heran Seungmin, tapi kalau dipikir-pikir benar juga sih.

"Ada tiga," jawab Bomin cepat. "Ada yang kayak penyihir, badut, dan gue gak tau yang satu lagi namanya apa, pokoknya kepalanya putih dan tingginya selangit-langit ruangan."

Mereka langsung merinding, kecuali anak indigo tentunya. Lagian sih, bahas setan kok di kuburan. Nanti setan disana tertarik terus ikut pulang gimana?

"Kalau Jinyoung belum bangun, ya?"

Yonghee menggeleng. "Belum, gue khawatir karena dia gak bangun juga. Gue takut dia kenapa-napa, apalagi dia celaka karena setan itu."

"Gue ada ide!" Soobin menjentikkan jarinya. "Kalau ada tanda-tanda ada mau meninggal, siapapun tolong jagain dia. Setan itu beraksi pas kita lengah, kalau dijagain pasti korban berikutnya baik-baik aja."

"Lo yakin itu berhasil?" Tanya Jeno tidak yakin. "Masalahnya, setan itu bisa muncul kapan aja. Kita kan gak tau, kalau kita lagi gak bareng korban gimana?"

"Iya juga sih..."

Eric dan Yonghee saling tatap, sepertinya mereka akan mulai mencari tahu siapa dalang dari permainan ini, siapa tahu di antara mereka, kan?

Tapi, bagaimana caranya?

Sunwoo berekspresi santai lalu bertanya, "Hoon, kemarin lo bilang apa? Lo pura-pura nurut sama Jaemin?"

"Apaan sih, Sun! Kok jadi bahas itu?!"

"Kalau gak suka kenapa masih temenan sama Jaemin? Takut gak punya temen ya?"

"Seharusnya lo ngomong itu ke Haechan, bukan gue!"

Haechan kaget. "Heh, justru gue dikasih amanah sama Yangyang buat jagain Jaemin. Ohh, apa jangan-jangan maksud Yangyang itu lo?!"

"Maksud lo apaan?!"

"Yangyang bilang ke gue kalau beberapa di antara kita-"

"Chan, stop," potong Yoonbin segera. "Jangan ngomong apapun disini, bahaya."

"Sejak awal gue dalam bahaya, Bin. Kita semua dalam bahaya, jadi gue mau jujur sebelum gue pergi," balas Haechan tak peduli. "Beberapa di antara kita ada yang berniat nusuk dari belakang, tapi gue gak tau siapa orangnya. Terserah mau percaya atau engga, itu ucapan terakhir Yangyang."

"Lo sengaja bilang itu supaya kita kepecah belah dan gampang dibunuh, ya?" Tuduh Junkyu tiba-tiba.

"Lo sengaja nuduh gue karena bela Jihoon, ya?" Balas Haechan dengan dagu terangkat.

"Tolong sadar kalau kita masih di kuburan," ucap Renjun mengingatkan. "Gue gak mau terjadi hal buruk, ya."

Yoshinori geleng-geleng kepala melihat perdebatan mereka. Dia lebih baik diam daripada kena marah sama Soobin yang sedang memperhatikan mereka dengan dingin.

"Argh! Ini semua gara-gara lo!" Bentak Jihoon pada Sunwoo. "Kalau lo gak ngomong tentang itu, gue gak akan terpojokkan kayak gini!"

"Justru bagus gue jujur, semua orang bakal tau sifat lo yang sebenernya, manusia bermuka dua!"

"Anjing lo Sun, gue gak muka dua!"

"Terus muka berapa hah?! Muka lima?!"

"Woi, bisa diem gak sih?!" Seru Jongho terpancing emosi. "Lo berdua mau gue tonjok ya?!"

"Udah dong, daripada berantem mending nyusul Chani ke rumah sakit." Sanha yang biasanya bercanda ikut emosi juga. "Kalau gak mau, mending cari cara supaya gak ada korban lagi."

"Lo sih!" Seru Jihoon pada Sunwoo.

"Udah salah, nyalahin orang," balas Sunwoo sambil berdecak.

Tiba-tiba, Soobin berjalan pergi dari sana sambil membenarkan jas hitamnya. Seketika mereka semua panik, Soobin marah.

"Siapapun tolong bujuk dia, ya. Gue gak mau disuruh potong rumput pake gunting kuku lagi," pinta Haechan memelas.

"Kayaknya, itu nanti dulu deh."

Mereka semua langsung menoleh pada Hyunjin yang sejak tadi diam dan tak bersuara.

"Kenapa, Jin?"

"Kayaknya... gue tau tanda-tanda ada korban lagi."

"Serius lo? Emang gimana?" Tanya Jaemin penasaran.

"Nama yang tertulis di kertas ini bakal pudar... dan ada satu nama yang pudar disini..."

Mendadak atmosfer disana terasa mencekam. Oh tidak, ini buruk.

"Nama yang pudar disini itu-"







































"-nama gue."















































"Cih, udah gede bukannya mikir apa yang harus dilakuin," decih Soobin sambil masuk ke dalam mobil dan menutup pintunya kuat-kuat.

"Udah tau hari ini hari pemakaman temen sendiri, suasana lagi berduka malah ribut. Ckck, mana ada yang bersikap gak tau apa-apa."

Soobin menyalakan mesin mobilnya lalu melaju meninggalkan area pemakaman. Masa bodo dengan teman-temannya disana, dia ingin ke rumah sakit duluan menjenguk Jinyoung.

"Tapi, seenggaknya dengan mereka ribut gue jadi tau siapa yang sebenernya muka dua," ucapnya dengan senyuman miring yang terukir di sudut bibirnya.






















































"Chani..."

"Apa, Young?"

"Itu... tepat di belakang lo ada badut... dia mau pegang pundak lo. Dan... ada sosok aneh... naik ke atas bangsal. Tolong."

游戏 | 00Line ✓ [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang