08

57.5K 13.6K 10.6K
                                    

Eric, Yonghee, dan Renjun diam memandangi wajah tenang Jinyoung yang belum sadar sejak tadi. Perban mengelilingi kepalanya, dokter bilang dia butuh waktu untuk bangun karena pukulan keras di kepalanya.

Kan, sudah Eric duga sebelumnya, bila setan itu ada pasti ada yang celaka, entah si korban selanjutnya atau orang lain.

Sebenarnya dia bingung, kenapa setan itu mencelakai Jinyoung? Apa Jinyoung korban selanjutnya?

"Gue rasa, setan itu ngincer Jinyoung karena dia orangnya peka." Yonghee memulai pembicaraan, seperti bisa membaca pikiran Eric. "Dia yang pertama sadar kalau ada yang ganjal sama ucapan setan yang menyerupai Renjun tadi."

"Tapi, yang setan itu bilang tadi bener gak?"

Renjun yang sudah mendengar penjelasan Yonghee dan Eric mengenai kejadian tadi mengangguk lemas.

"Iya, tapi gak semua bener. Permainan itu ada yang ngatur, setan itu cuma jalanin perintah."

"Loh, berarti ada yang sengaja dong?!" Seru Eric baru sadar.

Renjun mengangguk lagi. "Iya, tapi gak tau siapa dia, kita ini cuma peserta. Tapi tolong jangan bilang siapa-siapa soal itu, gak semua bisa dipercaya. Gue takut kalian diincer lebih dulu karena tau sesuatu."

"Kalau soal mama lo... itu bener?" Tanya Yonghee hati-hati, takut menyinggung perasaan Renjun.

"Mama meninggal satu tahun lalu, di hari ulang tahun gue, di saat gue diterima di universitas pilihannya. Mama gue itu termasuk salah satu orang yang gak tau apa-apa, tiba-tiba dia masuk ke dalam permainan. Mama korban terakhir, dia sempet bilang kalau permainan ini sebenernya bisa dihentikan, tapi pas mama mau bilang... mama kecelakaan..."

Yonghee mengusap-usap pundak Renjun, pemuda itu seperti ingin menangis. Tapi yang namanya Renjun, dia tidak akan menangis di depan teman-temannya.

"Maaf Njun, kita gak tau apapun tentang mama lo," ucap Eric merasa bersalah.

"Gak apa-apa, itu salah gue karena terlalu tertutup sama kalian."

"Tapi selain Jinyoung... ada yang hampir 'itu' kan? Chani, Sanha, Hyunjin, dan Jihoon, kira-kira kenapa mereka berempat bisa sama kayak Jinyoung?"

"Chani orangnya peka kayak Jinyoung, Hyunjin dan Sanha kalau udah berfirasat buruk suka bener, dan Jihoon suka julid, mungkin itu alasan Jihoon diincer," jelas Renjun disertai candaan.

"Semoga gak ada korban, gue harap kita semua bisa selesaiin ini secepatnya," ucap Yonghee berusaha yakin.

Mereka yang belum membuka grup chat tidak tahu apapun soal kematian Yangyang, mereka sangat cemas pada Jinyoung sampai mengabaikan ponsel mereka.

Andai saja waktu bisa diulang kembali, mereka akan mencegah Jaemin memulai permainan itu.






















































Jisung menggerutu, dia kesal karena teman-temannya tidak ada yang menjelaskan lebih lanjut mengenai apa yang terjadi.

Dia tidak bisa datang, makanya dia bertanya. Tapi malah dikacangin, sakit banget tau.

"Huft, ini si Bomin sama Chani kemana sih? Katanya mau ke rumah."

Sudah satu jam dia menunggu kedua temannya itu di rumah, tapi keduanya tak kunjung datang juga. Mereka berdua kemana sih?

"Makin lama makin aneh aja hidup gue," gumamnya. "Nanti kalau gue gak ada, mama sama papa bakal sedih gak ya...?"

"Jisung, lo ngapain bengong sendirian?! Awas ada setan lewat!"

Lamunannya buyar, dia mendongak dan melihat Woobin sedang melambaikan tangannya di depan pagar rumahnya.

Dia mengernyitkan keningnya, kenapa jadi Woobin yang datang?

"Woi Bin, lo sendiri ngapain di rumah gue?!"

Woobin nyengir. "Hehe, tadi habis dari rumah Jungmo, ini mau pulang. Oh ya, denger-denger si Yoshi sama Jihoon berantem, emang bener?"

Ehh? Berantem? Mereka berdua kenapa lagi?

"Gak tau, gue ketinggalan banyak info hari ini," jawab Jisung seraya menghampiri Woobin agar lebih enak mengobrolnya.

"Sunwoo, Sanha, sama Junkyu juga gak ada kabar. Padahal terakhir mereka bareng Yoshi sama Jihoon," lanjut Woobin memberi tahu.

"Hah?"

"Itu katanya Jihoon sih, gue kurang tau juga."

"Aneh lo, barusan mereka bertiga lewat di depan rumah sambil ketawa-tawa ngeledek gue. Habis itu mereka pergi, katanya mau ke rumah lo."

Sekarang gantian Woobin yang bingung. "Hah? Ngapain ke rumah gue? Perasaan gak ada janji deh..."

"Maklumin aja lah, mereka bertiga kan emang aneh orangnya haha."

Jisung tertawa hambar, mencoba berpikir positif. Mereka bertiga pasti bercanda dan berniat menipunya, sudah biasa.

"Eh Sung, perasaan gue kok gak enak ya..."

"Ah, cuma perasaan lo aja kali, Bin. Eh, mau mampir dulu gak, bikin teh di da-"





Jleb!




Jisung tersentak ke belakang, matanya terbelalak lebar dan badannya gemetar. Kini, bajunya penuh cipratan darah, begitu juga dengan wajahnya.












































Ada kapak jatuh dari atas, lalu membelah tubuh Woobin menjadi dua bagian, lebih tepatnya sengaja dijatuhkan. Dan di atas sana, ada sosok aneh melayang sambil cekikikan.















"Hihi, mau jadi korban selanjutnya, Han Jisung?"



























Menemukan sesuatu
yang mencurigakan?

游戏 | 00Line ✓ [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang