25

42.6K 12.6K 14.8K
                                    

"I-iblis?!"

Jinyoung sampai tidak bisa berkata-kata lagi setelahnya, Jeno berubah menjadi iblis seperti sosok iblis di komik yang ia baca semalam?!

Gila, pantas saja ketika membaca komik itu tiba-tiba Jeno terlintas di pikirannya, ternyata ini maksudnya.

"Soobin! Jangan disitu, bodoh!" Sembur Bomin panik dan menarik Soobin untuk menjauh.

Jinyoung pun mundur selangkah, mendekat ke Bomin dan Soobin dengan posisi waspada. Mereka tidak bisa pergi, hawa disana mulai tidak enak dan kabut mengelilingi mereka.

Dan lagi... Felix tiba-tiba terdiam ketika pundaknya disentuh oleh Jeno. Ah tidak, iblis yang menggunakan tubuh Jeno.

Jinyoung sudah sadar sejak lama kalau ada yang tidak beres dengan Jeno, lebih tepatnya sejak Jeno berkumpul di rumah Jaemin saat itu.

Saat itu Jinyoung datang, lebih tepatnya mengawasi mereka yang datang dari luar rumah. Tak peduli hujan, dia ingin memastikan apa pengelihatannya salah atau tidak.

Dan rupanya benar, Jeno sudah tiada dan tubuhnya digunakan oleh iblis licik, anak buah si pengatur permainan.

"Seharusnya kamu gak perlu suruh mereka kesini, Soobin," ucap iblis itu dengan tangan terangkat di depan, telapak tangan di atas, memunculkan bola cahaya berwarna hitam kemerahan yang terasa menyengat bila ada di dekatnya.

"Kalau kamu saja... berarti kan hanya kamu yang mati malam ini," lanjutnya dengan pupil mata semakin merah, menuju ke hitam.

"Kalau udah jadi iblis ya jadi iblis aja dong, gak usah pake badan temen gue! Gue bacain doa mampus lo!" Oceh Bomin membentak.

Pletak!

"Aw! Nyoung, kok malah nabok gue sih?!"

"Diem dulu bisa kan?! Lo bilang gitu nanti bikin iblisnya marah!"

"Ah bodo amat, kalau dia marah kenapa gue enggak?!"

"Lo gak liat Felix, hah? Dia jadi diem sejak ditepuk pundaknya sama iblis itu! Lo mau gitu juga?!"

"BERISIK!"

Iblis itu benar-benar marah! Jinyoung melirik Bomin tajam, anak itu benar-benar memancing kematiannya sendiri.

Eh tapi, kenapa Jinyoung tidak melihat rasa takut sedikitpun pada Bomin?

Hmm, mencurigakan.

"Bin, lo kan yang paling tinggi-" Bomin mendorong Soobin sedikit maju ke depan. "-lo ulur waktu ya, gue mau telpon orang dulu."

Soobin mendelik. Apa-apaan itu, kenapa harus dia? Padahal tadi Bomin menyuruhnya mundur, sekarang disuruh maju.

Maju mundur maju mundur syantik, syantik.

"Kalian ini banyak bicara ya..."

Iblis yang akan kita panggil sebagai iblis Jeno itu mengeluarkan aura gelap, matanya tak lagi merah, tapi merah kehitaman.

Bola cahaya yang ada di atas telapak tangannya semakin besar ukurannya, keluar percikan-percikan aneh seperti listrik yang bersiap melukai siapa saja.

Sial, Soobin tidak akan tinggal diam. Dia harus melakukan sesuatu, terutama melindungi keempat temannya.

Ah, lebih tepatnya hanya dua.

"Hei, kalian bertiga-"

Fancy you~ uuu

"Pft!"

Bomin refleks menahan tawa, begitu juga Jinyoung. Iblis Jeno mendesis, kenapa ponsel Jeno berdering di saat yang tidak tepat, sih?!

"Tunggu ya, saya jawab telpon dulu," kata iblis itu seraya merogoh saku celananya. Kemudian ia mengernyit.

"Hmm, Jaemin?"

"Angkat dong, jangan lupa loudspeaker, ya," ucap Bomin, lalu melakukan tos dengan Jinyoung.

"Cih, dasar," decih iblis itu, kemudian berdeham dan mengangkat panggilan telepon. "Halo Jaem, ada perlu apa?"

"Hili Jiim, idi pirli ipi, sok basa-basi banget, cuih!"

"Bomin bego!"

"Gue gak bego ya, pala kecil!"

"Jen, ada Bomin sama Jinyoung? Kok ngumpul gak ngajak gue, sih?"

"Ha ha ha, enggak kok. Cuma orang lewat yang kebetulan suaranya mirip, kenapa lo telpon gue?"

"Oh, gak apa-apa. Gue pingin mastiin lo baik-baik aja setelah denger ini."

"Denger... apa?"

"Sanha dan Jungmo, tuh anak dua udah gue iket di pohon. Menurut lo, mereka harus gue apain?"

Jeno mengernyit. "Lo ngapain iket mereka berdua?"

"Kan pengkhianat harus dikasih pelajaran, Jen. Sama kayak lo, hehe."

"H-hah?"

"Lo pikir gue gak tau kalau lo bukan Jeno? Cih, belum dapet sertifikat akting kok akting terus sih. Ckck, dasar iblis."

Soobin, Bomin, dan Jinyoung terkejut mendengar kalimat yang terlontar dari mulut Jaemin lewat telepon itu. Darimana Jaemin tahu hal itu?

"Jaem, gue temen lo, loh..."

"Temen? Harusnya lo mikir dong, seorang temen gak mungkin makan daging mayat temennya sendiri."

"Jaem, maksud lo apa?!" Tanya Bomin cepat, sebelum iblis itu kembali berbicara.

"Kan iblis itu gali kuburannya Hyunjin buat dimakan dagingnya. Eh bentar, bukannya lo lagi sama Sunwoo, ya?"

"H-hah? Enggak kok, gue dari tadi di tempatnya Soobin..."

"Anjing, berarti bener dugaan gue, bangsat. Mana si Seunghwan gak bisa dihubungin, sialan," umpat Jaemin kasar dari seberang sana, lalu menutup telepon dengan sepihak.

"Jaemin... kenal Seunghwan?" Soobin mendadak linglung. "Berarti, dia tau sesuatu, dong..."

"Haha, kalian ini bodoh atau gimana sih?" Tawa iblis Jeno. "Kalian malah diem aja disini, gak mau tolongin temen kalian?"

"Maksud lo Haechan?" Tebak Bomin, iblis Jeno terkejut.

"Kok tau?!"

"Ya tau lah, gue kan sempet ketemu Haechan. Gue suruh dia pulang, ah enggak, lebih tepatnya gue suruh dia ke rumah Renjun, cari jimat disana."

Pletak!

"Nyoung, kok lo demen banget nabok gue, sih?!" Seru Bomin tak terima.

"Kenapa lo kasih tau?! Nanti kalau Haechan kenapa-napa gimana, hah?!"

"Iya juga, ya..."

"Daripada buang-buang waktu... tahap ketiga resmi dimulai!"

Jeng jeng jeng!







Gedebuk!








"ADUH!"

"Aish, siapa lagi yang datang kali ini─eh?" Iblis Jeno terkejut, begitu juga dengan Soobin dan Bomin.

"Yoshi?!"

Pemuda berambut hitam legam itu berdiri dari jatuhnya. Dengan berani ia menatap iblis Jeno, lalu menunjuknya dengan tangannya yang penuh garis-garis abstrak berwarna hitam, seperti retakan.

























































"Iblis gak boleh lawan manusia, iblis lawan iblis, dong."

游戏 | 00Line ✓ [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang