Saat ini mereka semua berkumpul di rumah Jungmo, tidak semua sih... karena Renjun, Yoonbin, Bomin, Yonghee, dan Eric belum datang. Kalau Renjun alasannya macet, Yoonbin sebentar lagi sampai, kalau Yonghee dan Eric beralasan ada urusan yang harus diselesaikan, dan Bomin tidak tahu kemana.
Tidak ada yang bersuara, mereka semua diam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Tapi beberapa dari mereka memfokuskan atensi mereka kepada Jaemin, tapi pemuda bermarga Na itu hanya cuek dan bersikap seolah-olah tidak terjadi apapun.
Jinyoung yang amarahnya sudah mereda kembali dibuat marah, ingin rasanya dia memaki pemuda itu, tapi langsung ditahan Yoshi.
"Jadi... gimana?"
Hening, tidak ada yang menjawab pertanyaan Soobin. Pemuda tinggi tersebut menghela nafasnya, lalu kembali bertanya.
Omong-omong, sekarang pukul delapan malam waktu setempat. Awalnya janjian siang, tapi banyak yang tidak bisa. Alhasil Jungmo memutuskan malam, setuju tidak setuju.
"Siapa yang mulai permainan ini?"
Serentak beberapa dari mereka langsung menoleh pada Jaemin, Soobin mengangguk-angguk lalu bertanya lagi.
"Berarti lo yang daftarin kita, ya?"
Jaemin masih tutup mulut, malah asik memainkan benang yang menggantung di lengan bajunya.
"Woi anjing, lo punya telinga kan?!"
Jaemin terlonjak kaget akibat bentakan Sunwoo yang keras tersebut. Tak hanya dia, yang lainnya juga terkejut.
"Lo ada dendam apa sama kita? Kenapa lo nyeret-nyeret kita buat ikut permainan konyol itu hah?!"
"Sunwoo, tenang dulu dong," bujuk Hyunjoon. Tapi yang namanya Sunwoo tidak akan tenang semudah itu.
"Gue kan gak tau," balas Jaemin kesal, masih menganggap kalau dirinya tidak bersalah.
"Iya lo gak tau, tapi kenapa lo nekat main?! Udah tau gak tau gimana permainan itu, tapi masih aja dimainin. Gila ya lo?!"
"Bisa diem dulu gak!" Seru Soobin menengahi. "Kita omongin itu baik-baik, kita cari jalan keluarnya."
Kemudian, Soobin berdiri dari duduknya. "Siapa yang hampir meninggal tadi malem?"
Jinyoung, Chani, Sanha, Hyunjin, dan Jihoon mengangkat tangan. Banyak juga, itu tandanya permainan itu sudah dimulai, bukan dimulai besok.
"Coba jelasin awal mula semuanya dimulai."
Jeno berdeham sebentar, mengangguk lalu mulai menjelaskan. "Gue, Jaemin, Yangyang, Haechan, Renjun, Yoshi, dan Jisung kumpul di rumah Jaemin tadi malem. Karena bosen, Jaemin ngajak kita untuk main game. Gue gak ikut-ikutan ya, gue aja kaget pas tau nama gue ditulis sama dia."
"Ohh, pantesan aja kita masuk ke dalam permainan," timpal Hyunjin berapi-api, dia mulai marah.
"Mana kertasnya?" Tanya Soobin, Jeno langsung menyikut lengan Jaemin.
Jaemin memutar bola matanya malas, merogoh saku celananya, mengeluarkan kertas yang ia lipat menjadi kecil lalu ia buka lebar-lebar di atas meja.
Mereka semua terkejut, nama mereka benar-benar tertulis di kertas tersebut!
"Udah gak waras nih orang." Felix berdecak kesal sambil mengusak rambutnya. "Kita cuma perlu diam dan nunggu kematian datang, gitu kan?"
"Apa-apaan! Gue gak mau mati!" Seru Jaemin tak terima.
"Jaemin, gue tau lo pingin kita kumpul bareng, main game bareng, tapi gak gini caranya," ucap Woobin berusaha tenang.
"Tau ih, gue kalau jadi Jaemin sih gak bakal lakuin itu," ucap Jihoon menambahkan dengan sinisnya.
"Hooh, gue juga gak bakal lakuin karena gue gak berani. Daripada kenapa-napa, iya gak?" Balas Seungmin.
"Bentar." Jungmo buru-buru menyela. "Ini yang belum dateng kemana? Kok belum sampe sih?"
"Mungkin mereka naik siput," jawab Junkyu dengan tampang polosnya.
Jongho yang lagi belah apel meliriknya sinis. "Disaat begini masih bisa bercanda? Wah, bagus banget, Kyu."
Junkyu nyengir. "Berarti jawaban gue bener, kan? Iya kan?"
"Terserah lo!" Sembur Sunwoo ngegas.
Disaat yang lain sibuk berdebat dan mengobrol, Jisung, Yoshi, dan Haechan memperhatikan nama-nama yang tertulis di kertas.
Mereka bertiga saling melempar pandang, sepertinya apa yang ada di pikiran mereka saat ini sama.
Kenapa namanya Yangyang terlihat memudar?
Bomin bersiul seiringan dengan langkah kakinya menuju tempat tujuannya. Dengan kedua tangan berada di kantung celana, dia berjalan santai menikmati hembusan angin sepoi-sepoi yang menerpa wajahnya.
Kanan dan kirinya kebun, sepi, dan tidak ada orang yang berlalu lalang disana.
Tapi itulah yang Bomin suka, dia menyukai tempat yang sepi namun membuat dirinya nyaman.
"Pasti mereka lagi bingung gimana cara selesaiin permainan itu."
Bomin menendang batu di depannya sambil terkekeh. "Gue yakin itu gak menghasilkan apa-apa, mereka pasti berantem disana."
Kepalanya menatap lurus rumah seorang Goo Jungmo di ujung jalan sana, tapi tidak ada niat sedikitpun untuk pergi dan berkumpul bersama teman-temannya.
Buat apa dia kesana kalau nantinya dia tetap mati juga?
"Padahal ada anak indigo disana, tapi gak nyadar ada setan ngeliatin mereka dari jendela."
Bomin geleng-geleng kepala.
"Kamu juga indigo, tapi kenapa tidak sadar ada aku di sampingmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
游戏 | 00Line ✓ [TELAH TERBIT]
Horror❝Kata mama, permainan ini bisa bikin meninggal.❞