Friendship[2] Deven Christiandi Putra

139 17 5
                                    

Kring kring jam weker yang bergambar superman milik Deven berbunyi sehingga membuat Deven terusik sambil mengucek ngucek matanya dan mengambil jam weker sudah menunjukkan pukul 04.08 waktu Indonesia barat.

Mematikan jam weker itu, Deven mulai beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi setelah lama berkutat dengan alat sabun yang ada di kamar mandi.

Deven pun mulai keluar dari kamar mandi dengan wajah segar dan rambut basah yang acak-acakan bahkan air yang ada di rambut Deven menetes di lantai.

Deven mengacak rambutnya berkali-kali dengan berjalan menuju lemari ia memakai baju kaos oblong warna hitam dan celana pendek di atas lutut dengan warna yang senada.

Deven mulai berjalan kembali ke kasurnya dan mengambil handphone-nya mulai terjun ke sosial mendianya ketika ada notifikasi
dari sahabatnya yang menandai dirinya.

Deven mulai kepo dan memencet tombol notifikasi yang di Instagram saat di lihatnya ia terkekeh geli melihat fostingan Anneth yang menciduk dirinya yang memalingkan wajah ke arah lain.

"Hahaha, dasar Nethi. kurang kerjaan aja lo," kekeh Deven sambil melihat fotonya dan foto sahabatnya yang cantik itu memang Anneth sangat cantik dengan wajah putih, bulu mata yang lentik, lensa mata yang agak kemerahan, dengan bibir merah muda yang alami.

"Lo cantik, tapi kok masih jomblo ya?" tanya Deven dalam hati setelah mengomentari fostingan dari sahabatnya ia langsung terjun membuka galeri di mana di sana banyak foto dirinya dan Anneth dengan fose yang berbeda-beda.

"lucu banget sih? andai lo, udah punya pacar? entahlah mungkin. nanti gue lo lupain?" gumam Deven dalam hati sambil melihat galeri ramai foto Anneth dari pada dirinya, padahal itu handphone-nya aneh kan tapi ia suka.

Kalian pasti bertanya tanya Anneth sedekat apa sih sama Deven? sampai Deven aja. tau semua perilaku Anneth? karena Anneth dan Deven adalah sahabat dari kecil yang tidak bisa di pisahkan sampai remaja.

Bahkan orang yang gatau hubungan Anneth dan Deven yang terlalu dekat pasti ngira mereka pacaran padahal mereka hanya sebatas sahabat kecil tidak lebih.

Pasti di antara mereka berdua ada yang menyimpan salah satu perasaan yang lebih dari seorang sahabat tidak mungkin cowo dan cewe bisa bersahabat.

Tiba-tiba suara azan berkumandang
Allahuakbar Allahuakbar Deven pun mulai berjalan ke arah kamar mandi untuk berwudhu dan salat bareng keluarga-nya.

Setelah kurang lebih dari 5 menit Deven dan keluarga-nya pun selesai mengerjakan salat sebagai Agama yang sudah di anutnya.

Deven pun pamit untuk kamarnya kepada kedua orang tuanya dan kakaknya.
"Ma, Pa, Kak? Adek. keatas duluya bye," setelah pamit Deven pun berlari menaiki tangga menuju kamarnya yang ada di lantai kedua.

Sementara Risthi, Andi, dan Jesicca hanya menggeleng-geleng melihat perlakuan si bungsu mereka dengan tersenyum merekah kepadanya.

"Iya, Dek," jawab mereka bersamaan dengan membereskan peralatan salat mereka masing masing dan bergegas ke kamar mereka masing masing.

Deven pun langsung bergegas memakai baju sekolah dan mempersiapksn jadwal mata pelajaran sekolahnya, Deven dan Kakaknya Jesicca hanya tertaut satu tahun kepada Deven yang berarti Deven kelas XI sementara Jesicca ia kelas XII.

Tiba-tiba teriakan dari arah dapur memanggil nama kedua anaknya yang masih di dalam kamar entahlah mereka ngapain di dalam kamar selama itu.

"Jesi! Deven!" teriak Mama kepada kedua anaknya yang masih di dalam kamar.

"Iya Ma! Deven! udah mau turun nih!" balas Deven dengan berteriak sambil menurunnin anak tangga menuju ruang makan.

"Jesi! juga Ma!" susul teriakan Jesi yang mengelegar di rumah sehingga membuat Andi nama ayah dari mereka berdua menggeleng-gelengkan kepalanya aneh kepada istri dan anak anaknya.

Deven dan Jesicca sudah turun dan langsung menduduki bokong mereka masing masing di kursi mereka dengan hidangan yang sudah di sediakan oleh Mama-nya.

"Yaudah, ayok makan. tapi, sebelum makan. kita berdoa dulu," pintah Andi Papa kedua anak dan istri tersebut sambil di angguki oleh mereka bertiga sambil menengadah tangan mereka dan berdoa setelah selesai mereka mengusap di wajah mereka dan berbicara.
"Amin."

Mereka tidak berbicara hanya suara dentingan sendok dan garpu yang menemani mereka masing-masing, Papa yang sudah selesai duluan pun mulai pamit kepada Istri dan kedua anaknya yang masih sedikit lagi selesai sarapan.

"Ma, Kak, Dek, Papa berangkat dulu ya. Assalamualaikum," pamit Papa sambil menjulurkan tangannya kepada istri dan kedua anaknya dan langsung di salimi oleh mereka bertiga sambil mengangguk pelan.

"Waalaikumsalam, hati hati Pa," seru mereka bertiga dan langsung di angguki oleh Papanya dan keluar dari rumah.

Deven dan Jessica sudah menyelesaikan sarapan mereka dan mulai pamit kepada Mamanya yang juga selesai memakan sarapan-nya.

"Ma, Deven, dan Jessica. berangkat dulu ya, Assalamualaikum," pamit Deven dan Jessica sambil mencium punggung tangan Risthi dan menatap Mamanya dengan riang.

"Waalaikumsalam, hati hati nak," pintah Risthi dengan di angguki oleh Deven dan Jessica.

Mereka berdua pun langsung masuk ke mobil mereka masing masing dan langsung mempegal gas-nya di bawah rata rata sementara Jesicca ia di depan Deven, dan Deven di belakangnya.

Mobil Jesicca melaju pesat menuju jalanan ibu kota Jakarta sementara Deven ia berhenti di sebuah rumah minimalis Indo-Italy karena yang punya rumah ialah menyukai interior dari Italy.

Deven mulai memparkirkan mobilnya di garasi rumah Anneth dan langsung membuka pintu mobil dan menutupnya dengan keras dan berjalan pelan menuju pintu utama keluarga Anneth.

Deven pun mulai mengetuk pintu Anneth padahal rumah Anneth ada bel memang dasarnya Deven gitu tok tok sehingga membuat pintu langsung terbuka dan memperlihatkan wanita paruh baya yang bernama Bik Inah pembantu keluarga Anneth yang sudah di anggap merek keluarga.

"Eh, den Deven. mari masuk, non Anneth-nya masih ada di dalam," kata Bik Inah dengan sopan sambil tersenyum manis dan memberi jalan kepada Deven yang notabenenya sahabat dari anak majikannya.

"Eh, iya Bik. makasih yah," ujar Deven sopan sambil berjalan pelan menuju ruang makan dengan wajah datarnya semua orang yang ada di sana sudah tau sikap dan perilaku Deven kepada mereka.

Bik Inah mempersilakan Deven masuk dan di iringi Deven dari belakang sementara Bik Inah dengan senyuman manis yang selalu merias wajahnya setiap hari.

Setelah sampainya Mama pun melihat Bik Inah mengajak tamu ternyata tamunya anak dari sahabatnya, Mama pun dengan senang hati menyapa Deven dengan senyuman yang bertengger di bibirnya.

"Eh, Nak Deven, ternyata. duduk dulu!" pintah Deby tegas sambil menyodorkan kursi kepada Deven dan langsung di angguki oleh Deven dengan mencium punggung tangan Papa dan Mama Anneth.

"Iya, Mi," ujar Deven dengan tersenyum manis kepada mereka bertiga dan di balas oleh mereka.

"Mau makan apa?" tanya Deby tulus kepada Deven dan di gelengi oleh Deven dan berbicara.

"Maaf, Mi. soalnya tadi udah makan, di rumah," tolak Deven dengan halus dengan menggeleng kepala nya tanda ia tidak mau.

"Ouh, yasudah kalo gitu. kalo mau minum ambil aja ya, jangan malu malu," ejek Deby sambil terkekeh dan di ikuti oleh Anneth, Deven, dan Papa.

"Ah, Mami. bisa aja sih!" canda Deven dengan terkekeh dengan Mami yang membereskan piring kotor dengan Bik Inah yang di belakangnya.

"Pi, Mi, Anneth, sama Deven. berangkat dulu ya. Assalamualaikum," izin Anneth sambil mencium tangan Amengk dan Deby di ikuti oleh Deven dengan tersenyum.

"Waalaikumsalam, kalian hati hati ya," pintah Amengk dan Risthi bersamaan kepada Anneth dan Deven di angguki oleh mereka.

Anneth dan Deven mulai berjalan pelan menuju mobil Deven dan langsung memasuki mobil tersebut dengan bersamaan dan Deven pun mulai mempegal gas-nya dengan di bawah rata rata karena jam baru menunjukkan pukul 06.30 berarti masih punya waktu karena mereka masuk jam 07.00 .


Hola gaes jangan lupa Follow akun saya GITASA45 vote, komen dan share ke temen temen kalian semoga suka😘.
Makasih yang udah mau baca cerita saya😍
Palembang, Rambutan
Senin/6/Juli/2020
1246 kata

FriendshipOnde histórias criam vida. Descubra agora