Part 1

22 5 0
                                    

"Seseorang yang sudah benar-benar pergi tidak akan bisa kembali lagi."
-Adora Anindita Keisha-

***

Adora berjalan menuju meja belajar. Dia mulai membuka diary hitam kesayangannya. Pena itu mulai asyik menari di atas kertas putih. Adora merindukan cinta pertamanya. Lagi dan lagi. Dan Adora hanya bisa berdo'a dan menuliskan rindunya kepada seseorang itu.

Ayah, kini aku sudah tumbuh dewasa. Maukah kau mendengarkan kisahku yang memilukan ini? Aku tidak membencimu, sungguh. Tidak bisakah kita bicarakan baik-baik tentang semuanya sebelum kau benar-benar pergi? Ini semua terlalu cepat ayah. Aku tak yakin aku mampu melewati hidupku tanpamu. Kau yang selalu menguatkanku, ayah. Tanpamu, aku bisa apa?

Tak sadar, bulir-bulir bening telah menghujani pipi Adora. Pipinya kini banjir akan air mata yang telah menganak sungai. Isakan kecil mulai mengisi kesunyiannya.

"Ayah mau kemana?" tanya Adora sambil menghampirinya.

"Ayah, tunggu!" teriak Adora. Semakin Adora mendekat, ayahnya semakin menjauh.

"Ayah kenapa jauh-jauh sih?! Tungguin Adora!"

"Ayah!"

"Berhenti, Ayah! Adora rindu Ayah! Ayah kenapa sih jauh-jauh mulu?! Tungguin Adora!" teriak Adora menjadi-jadi. Tenggorokannya terasa kering. Napasnya tersengal-sengal. Adora terus mengejar ayahnya meskipun dia tersandung dan terjatuh berkali-kali. Namun, ayahnya tidak terlihat lagi oleh pengelihatannya. Adora hanya dapat menangis tersedu-sedu.

"Ayah!" pekik Adora terbangun dari tidur. Ah, ternyata semua ini hanya mimpi. Adora tertidur di meja belajar. Dia pun menutup diary hitamnya.

Selamat malam, ayah. Baik-baik di sana ya ayah. Yang tenang di sana. Adora rindu ayah.

Adora berjalan ke kamar mandi. Dia pun mulai menggosok gigi, cuci muka, dan memakai skin care malam. Meskipun dia selalu berpenampilan acak-acakan di depan umum, tapi dia juga merawat dirinya dengan cukup baik. Setelah semua rutinitasnya selesai, dia kembali tidur di kasur kesayangannya dan menggunakan selimut pemberian Sang ayah, sembari tersenyum pilu.

***

Pagi ini, Adora berangkat ke sekolah. Penampilannya sangat berantakan. Rambutnya yang panjang seperti tidak disisir. Bajunya ketat dan juga roknya minimalis. Tapi dia tetap terlihat cantik. Dia pun bergegas menaiki angkutan umum yang berlalu lalang di jalan sebelum dia akan terlambat sampai di sekolah.

Sesampainya di sekolah, banyak orang yang menatapnya tidak suka dan terus berbisik tentang penampilannya. Sangat berantakan menurut mereka. Adora sama sekali tak menghiraukan hal itu. Dia tetap berjalan menuju kelasnya.

Adora pun masuk ke dalam kelas dan menempati tempat duduk yang berada di paling belakang dan di ujung. Dia hanya sendirian. Tidak ada yang mau sebangku dengan seseorang yang nampak berantakan sepertinya.

Bahkan saat ia sudah duduk di bangkunya, samar-samar ia masih bisa mendengar bisikan-bisikan dari teman-temannya yang ada di kelas, yang di mana itu membuat Adora yang awalnya memang sangat bersedih ingin rasanya ia berteriak. Bisikan-bisikan itu selalu mengganggu indera pendengarannya.

Cih, dasar murid yang bikin nama sekolah favorit kita jadi tercemar. Harusnya dia nggak sekolah di sini.

Ih kucel banget sih mukanya.

Kek orang ga punya malu.

Dia mau sekolah apa mau mulung sih hahaha.

Dasar  cewek ga tau diri.

30 Days with YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang