12

881 163 12
                                    

“Yang ini mau ga? Menu kesukaan gua nih” Ucap Juyeon, sambil menunjuk sebuah menu kepada Chanhee. Chanhee pun membalas dengan sebuah anggukan. “Boleh Kak, aku juga mau nyoba!”

Juyeon tersenyum, ia memanggil pelayan, kemudian menyebutkan beberapa pesanannya. Sambil menunggu pesanan mereka jadi, Juyeon ingin menanyakan beberapa hal kepada Chanhee, terutama mengenai Sangyeon.

“Eh, gimana sama yang itu?”

“Hah, yang mana Kak? Itu apanya?” Chanhee bingung dengan pertanyaan Juyeon, sedangkan Juyeon sedikit ragu untuk menanyakan hal itu. “Errr... Itu.. Sangyeon?”

Chanhee pun langsung mengerti, ia tersenyum, lalu menundukkan kepalanya. Chanhee menggeleng pelan.

“Ga Kak, aku belum yakin. Tapi mungkin aku bakal ngasi jawabannya pas Kak Sangyeon lulus aja, jadi dia ga ada beban pikiran selagi ujian”

“Yes!”

“H-hah?” Chanhee langsung menatap Juyeon, yang ditatap hanya terdiam.

“A-ah enggak, tadi gua kepikiran kalo gua bakal ngegantiin posisi Sangyeon” Juyeon hanya menggaruk tengkuknya. Ia sangat senang. Chanhee masih belum berpacaran. Ini artinya, ia masih memiliki kesempatan untuk menaklukkan hati Chanhee dan tentu saja mengeluarkan Sangyeon dari sana.

“Maaf kawan, tapi mau gimana lagi. Kita harus bersaing sehat, kan?”

◎◎◎

Juyeon memberikan helm kepada Chanhee. Mereka kali ini berencana akan pergi ke tempat favorit milik Juyeon selanjutnya. Tentu saja Chanhee sangat penasaran, karena selera seniornya ini tak buruk juga.

“Ini tempat gua nyantai biasa, kadang kalo pikiran gua riwet, gua biasa kesana” Chanhee hanya mengangguk sambil mendengar penjelasan Juyeon.

Mereka pun akhirnya berangkat bersama. Perjalanannya cukup jauh, namun Chanhee dapat melihat pemandangan yang indah. Tanpa sadar, Chanhee merangkul perut Juyeon karena terlalu terbawa suasana. Yang dirangkul sempat kaget. Juyeon melihat tangan kecil menghias di perutnya.

Wajah Juyeon merah padam, namun ia tersenyum pelan, dan kembali fokus ke jalanan. Tampaknya ini merupakan lampu hijau baginya.

Perjalanan yang cukup lama namun menenangkan. Chanhee tak sadar bahwa akhirnya mereka telah sampai ke tujuan, dan ia juga tak sadar bahwa ia tengah merangkul seniornya itu.

“Chan, kita sudah sampai” Suara berat yang akhirnya menyadarkan Chanhee. Chanhee pun langsung menyadari posisi tangannya, kemudian melepaskan rangkulannya. Wajahhya sangat merah.

“A-ah, maaf Kak!” Chanhee segera turun dari motor, dan melepaskan helm milik Juyeon. Juyeon pun segera memarkirkan motornya.

“Yuk masuk” Ajak Juyeon, sambil mengacak rambut Chanhee. Tentu saja Chanhee kesal, ia segera menyubit pinggang Juyeon dan sukses membuatnya kesakitan.

“Jangan diacakin tau kak! Ini susah ngerapiinnyaaa” Omel Chanhee, diiringi manyun khasnya yang sangat gemas, membuat jantung Juyeon kembali berdebar.

◎◎◎

Sangyeon selesai membereskan beberapa barang bawaannya. Sebenarnya Chanhee belum memberinya kabar, tapi entah kenapa mood Sangyeon sangat baik. Mungkin ia terlalu bersemangat dan berpikir kesempatannya untuk ditolak sedikit. Sangyeon tampak lega.

Sebuah tepukan pelan mengenai Sangyeon, terlihat Jacob sedang membawa beberapa barang, juga memberi kode Sangyeon untuk mendekat. "Saerom, mencarimu" Bisik Jacob, yang sukses membuat Sangyeon termenung.

“H-hah? Ngapain Saerom kesini???” Jacob hanya menaikan kedua bahunya, tak tahu akan jawaban dari pertanyaannya. Sangyeon hanya berterima kasih dan Jacob kembali fokus ke pekerjaannya.

“Kok dia kesini tanpa ngabarin sih? Dan kenapa tiba-tiba?”  Batin Sangyeon. Ia pun merapikan pakaiannya. Walau bukan dengan siapa-siapa lagi, ia harus selalu terlihat tampan.

Sangyeon pun berjalan keluar dari ruangan osis, menuju lorong kelasnya, mencari Saerom. Di dekat halaman sekolah, terlihat gadis cantik dengan dress selutut berwarna biru.

Rambut yang hampir sebahu, tertiup pelan oleh angin. Dan wajah rupawan terlihat, ekspresinya sangat sendu. Penampilan Saerom saat ini, sukses membuat hati Sangyeon nyeri.

Sungguh, mantan kekasihnya itu selalu saja terlihat sempurna.

“Rom, ada apa?” Tanya Sangyeon setelah ia sudah berada di belakang mantannya itu. Sedangkan yang terpanggil, segera menghadapnya, kemudian tersenyum. “Hai, Sangyeon. Apa kabar?”

Kedua mata sendu yang indah itu, sangat Sangyeon rindukan. Hampir saja Sangyeon ingin memeluk gadis didepannya ini, namun kesadaran Sangyeon masih penuh. Ia tak akan lancang langsung memeluk seorang gadis yang bukan siapa-siapanya lagi. “Baik kok, kamu sendiri? Gimana disana? Bukankah orang tuamu menentang kita untuk bertemu ya?”

“Yeon.. Tolong”

Sangyeon sedikit kaget, ia menahan tubuh Saerom yang hampir jatuh, Sangyeon panik. Ia segera mencari tempat duduk, lalu membantu Saerom untuk istirahat. “Ada apa Rom?”

Saerom membenarkan rambutnya, ia pun meremas pelan tangannya. Menggigit bibirnya seakan tak ingin berbicara, namun ia harus menjawab pertanyaan dari Sangyeon.

“Mama.. sakit keras. M-mama... meninggal. A-aku.. mau dijodohkan dengan orang lain. Papaku... sekarang berbeda” Sebuah air mata, lolos dari mata Saerom. Tak dapat ditahan lagi, ia menangis. Sangyeon segera memeluk Saerom, mengusap pelan rambutnya.

“Aku tidak bisa melupakanmu, tolong aku Yeon”

“Maaf Rom, maaf. Maafkan aku” Sangyeon hanya meminta maaf kepada Saerom. Ia sangat tahu maksud dari ucapan Sangyeon, maksud dari permintaan tolongnya.

Ia juga tak bisa berbohong, ia sebenarnya juga masih memiliki rasa terhadap gadis ini. Namun, Sangyeon masih memiliki Chanhee yang belum memberikannya jawaban. Jadi Sangyeon akan menunggu jawaban dari Chanhee, apapun itu.

“Maaf, aku tak bisa membantumu, kita sudah menjadi masa lalu, dan juga ada yang harus aku jaga, Rom”

◎◎◎

Nametag [ JuNew ]Where stories live. Discover now